
Mohon Maaf IHSG, Wall Street Tak Terkesan Kebijakan The Fed

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,83% ke 5.058,282 pada perdagangan Rabu kemarin.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 983 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi menyentuh Rp 6,5 triliun.
Pelaku pasar menanti pengumuman kebijakan moneter dari bank sentral Amerika Serikat (The Fed) dan Bank Indonesia hari ini, Kamis (17/9/2020).
The Fed sudah mengumumkan kebijakan dini hari tadi, hasilnya membuat bursa saham AS (Wall Street) volatil, sempat menguat sebelum berakhir melemah untuk indeks S&P 500 (-0,46%) dan Nasdaq (-1,25%), sementara Dow Jones menguat 0,13%.
The Fed menyatakan masih akan mempertahankan suku bunga di dekat 0% hingga tahun 2023 nanti. Bos The Fed, Jerome Powell, juga optimistis terhadap pemulihan ekonomi AS, bahkan tingkat pengangguran sudah turun lebih cepat dari prediksi The Fed.
Kebijakan dan sikap The Fed tersebut seharusnya membuat pasar saham menguat, tetapi nyatanya di akhir perdagangan Wall Street malah bervariasi. Pasar Asia pun merespon sama, beberapa bursa saham yang sudah dibuka pagi ini masuk ke zona merah.
Sementara itu dari dalam negeri, BI hari ini akan mengumumkan kebijakan moneter mulai pukul 14:00 WIB. Konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memperkirakan BI akan tetap menahan suku bunga acuannya di angka 4%
BI memandang cara memulihkan perekonomian adalah melalui jalur pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE).
Hal ini diungkapkan langsung oleh Gubernur BI Perry Warjiyo. Dengan QE, BI menyuntikkan likuiditas ke pasar melalui penurunan Giro Wajib Minimun (GWM) maupun ekspansi moneter. Hingga 14 Agustus, BI telah memberikan QE sebesar Rp 651,54 triliun.
Secara teknikal, level 5.163 terbukti menjadi resisten yang kuat menahan penguatan IHSG. Pada Selasa lalu, IHSG gagal melewati 5.163 dan akhirnya merosot, berlanjut hingga perdagangan Rabu kemarin.
Level tersebut merupakan Fibonnaci Retracement 50% pada grafik harian, sehingga menjadi resisten/support yang kuat. Fibonnaci tersebut ditarik dari level tertinggi September 2019 di 6.414 ke level terlemah tahun ini 3.911 pada grafik harian.
Indikator stochastic pada grafik harian sudah naik dari wilayah jenuh jual (oversold).
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Sementara itu melihat grafik 1 jam, indikator stochastic masuk ke wilayah oversold, sehingga memberikan peluang rebound.
![]() Foto: Refinitiv |
Support berada di 5.040, jika berhasil dilewati IHSG berisiko turun menuju level psikologis 5.000. Aksi jual IHSG akan meningkat jika level psikologis tersebut ditembus.
Sementara jika bertahan di atas support, IHSG berpeluang menguat ke resisten terdekat 5.090, jika berhasil dilewati IHSG berpeluang menguat kembali menuju 5.130.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Sudah Ambrol 7%, Jangan Panik! The Fed Siap Membantu