Suku Bunga The Fed Tak Naik 3 Tahun ke Depan, Pasar Happy!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 February 2021 11:58
The Fed: Kebijakan Moneter Longgar Tetap Dipertahankan (CNBC Indonesia TV)
Foto: The Fed: Kebijakan Moneter Longgar Tetap Dipertahankan (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, Jerome Powell, kembali memberikan testimoninya pada Rabu (24/2/2021) waktu setempat. Tidak seperti hari sebelumnya, kali ini pasar merespon dengan happy, bursa saham AS melesat lebih dari 1% dengan indeks Dow Jones mencatat rekor tertinggi sepanjang masa.

Bursa utama Asia juga menyusul hari ini, Kamis (25/2/2021), indeks Nikkei Jepang dan Shanghai Composite China melesat lebih dari 1%, Hang Seng Hong Kong dan Kospi Korea Selatan bahkan lebih dari 2%.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga sempat melesat ke atas level 6.300.

Pada Selasa lalu, Powell, yang memberikan testimoni di hadapan Komite Perbankan Senat AS.

"Perekonomian AS masih jauh dari target inflasi dan pasar tenaga kerja kami, dan kemungkinan memerlukan waktu cukup lama untuk mendapatkan kemajuan yang substansial," kata Powell, sebagaimana dilansir CNBC International, Selasa (24/2/2021).

Powell menegaskan The Fed berkomitmen untuk menggunakan instrumen moneter secara penuh untuk mendukung perekonomian, serta membantu memastikan pemulihan ekonomi hingga sekuat mungkin.

Sejak akhir tahun lalu, The pendekatannya terhadap inflasi. Sebelumnya, The Fed menetapkan target inflasi 2%, ketika inflasi mendekati target The Fed biasanya akan mengetatkan moneter. Kini bank sentral paling powerful di dunia ini menetapkan target inflasi rata-rata 2%. Yang digarisbawahi adalah kata "rata-rata"


"Dengan perubahan tersebut, kita tidak akan mengetatkan kebijakan moneter meski pasar tenaga kerja sudah menguat," kata Powell.

Artinya, meski inflasi nanti mencapai 2%, The Fed tidak akan langsung merubah kebijakannya, tetapi membiarkannya lebih tinggi dari 2% dalam beberapa waktu ke depan. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai rata-rata inflasi 2%, sebab inflasi saat ini masih jauh di bawahnya.

The Fed menggunakan inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE), yang saat ini berada di level 1,3%.

Sementara kemarin, Powell memberikan testimoni di hadapan Komite Jasa Keuangan House of Representative (DPR), pernyataannya pun tidak jauh berbeda dibandingkan hari sebelumnya.

"Kami jujur saja bahwa tantangan masih berat. Kami tidak akan menaikkan suku bunga acuan sampai ada tanda-tanda inflasi menuju target 2%. Kita bisa mencapai itu, kita akan menuju ke sana. Namun mungkin butuh waktu lebih dari tiga tahun," ungkap Powell, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Pernyataan Powell tersebut menegaskan era suku bunga rendah yang selama ini menjadi salah satu penopang penguatan pasar saham masih akan berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Alhasil, bursa saham global melesat sejak Rabu kemarin.

Sementara untuk program pembelian aset (quantitative easing/QE) Powell senilai US$ 120 miliar per bulan, pada hari Selasa sudah menegaskan tidak akan mengurangi nilainya sampai ada kemajuan substansial perekonomian AS terhadap target pasar tenaga kerja maksimum serta inflasi The Fed.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular