
Status Pandemi Corona Bikin Harga CPO Ambles Lagi
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
12 March 2020 12:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) langsung anjlok seiring dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menetapkan wabah corona (COVID-19) sebagai pandemi.
Kamis (12/3/2020), harga CPO kontrak ambles 4,2% ke level RM 2.260/ton. Harga CPO langsung anjlok 99 ringgit. Anjloknya harga CPO mengekor jatuhnya harga minyak pada perdagangan hari ini. Harga minyak mentah melorot lebih dari 5% pada hari ini.
Pandemi, satu kata yang menakutkan. Itulah status COVID-19 saat ini yang telah ditetapkan WHO. Organisasi global itu mengimbau untuk bersiap siaga melakukan langkah-langkah yang dapat digunakan untuk 'menjinakkan' virus ganas ini.
Salah satu konsekuensi yang harus diterima adalah larangan bepergian atau travel ban. Amerika Serikat (AS) mulai melarang kunjungan dari Eropa untuk menghindari penyebaran virus yang makin tak terkendali.
Jika langkah tersebut semakin banyak diikuti oleh nagara-negara lain, maka jumlah penumpang pesawat secara global akan drop signifikan. Pendapatan industri maskapai akan berkurang drastis dan permintaan minyak akan anjlok.
Di tengah anjloknya permintaan minyak, pasar justru berpotensi kebanjiran pasokan karena perang harga minyak Arab dan Rusia. Setelah OPEC+ gagal capai kata sepakat untuk pangkas produksi minyak, Arab memilih melakukan manuver dengan rencananya untuk menggenjot produksi secara besar-besaran dan mendiskon harga minyak ekspornya sebesar 10%
Langkah Arab juga akan diikuti oleh Uni Emirat Arab dan bahkan Rusia. Ketika permintaan minyak terancam anjlok karena COVID-19, pasokan justru meningkat jadilah harga minyak anjlok.
CPO memang tidak bersaing secara langsung di pasar dengan minyak. Namun CPO dapat digunakan sebagai bahan bakar biodiesel yang merupakan produk substitusi minyak, sehingga pergerakan harga minyak juga turut jadi sentimen untuk harga CPO.
Selain itu dengan berlakunya status pandemi ini menjadi ancaman besar untuk perekonomian. Ekonomi China diramal oleh OECD pada tahun ini tumbuh 4,9%. Padahal sebelumnya organisasi tersebut meramal ekonomi China tumbuh 5,7% pada 2020. Sementara ekonomi global diramal hanya tumbuh 5,4% di tahun ini.
Kata pandemi memang terdengar sangat seram di pasar, harga CPO langsung rontok dibuatnya. Tak hanya harga CPO saja, harga minyak kedelai di Bursa Dalian dan Chicago juga ambles masing-masing 4% dan 3,2%.
Pandemi dalam sekejap menghapus semua sentimen positif yang berpotensi mengerek naik harga CPO mulai dari potensi rujuknya India dan Malaysia dan kemungkinan lonjakan permintaan jelang bulan Ramadhan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Malaysia Bolehkan Perkebunan Sawit Beroperasi, Harga CPO Drop
Kamis (12/3/2020), harga CPO kontrak ambles 4,2% ke level RM 2.260/ton. Harga CPO langsung anjlok 99 ringgit. Anjloknya harga CPO mengekor jatuhnya harga minyak pada perdagangan hari ini. Harga minyak mentah melorot lebih dari 5% pada hari ini.
Pandemi, satu kata yang menakutkan. Itulah status COVID-19 saat ini yang telah ditetapkan WHO. Organisasi global itu mengimbau untuk bersiap siaga melakukan langkah-langkah yang dapat digunakan untuk 'menjinakkan' virus ganas ini.
Salah satu konsekuensi yang harus diterima adalah larangan bepergian atau travel ban. Amerika Serikat (AS) mulai melarang kunjungan dari Eropa untuk menghindari penyebaran virus yang makin tak terkendali.
Jika langkah tersebut semakin banyak diikuti oleh nagara-negara lain, maka jumlah penumpang pesawat secara global akan drop signifikan. Pendapatan industri maskapai akan berkurang drastis dan permintaan minyak akan anjlok.
Di tengah anjloknya permintaan minyak, pasar justru berpotensi kebanjiran pasokan karena perang harga minyak Arab dan Rusia. Setelah OPEC+ gagal capai kata sepakat untuk pangkas produksi minyak, Arab memilih melakukan manuver dengan rencananya untuk menggenjot produksi secara besar-besaran dan mendiskon harga minyak ekspornya sebesar 10%
Langkah Arab juga akan diikuti oleh Uni Emirat Arab dan bahkan Rusia. Ketika permintaan minyak terancam anjlok karena COVID-19, pasokan justru meningkat jadilah harga minyak anjlok.
CPO memang tidak bersaing secara langsung di pasar dengan minyak. Namun CPO dapat digunakan sebagai bahan bakar biodiesel yang merupakan produk substitusi minyak, sehingga pergerakan harga minyak juga turut jadi sentimen untuk harga CPO.
Selain itu dengan berlakunya status pandemi ini menjadi ancaman besar untuk perekonomian. Ekonomi China diramal oleh OECD pada tahun ini tumbuh 4,9%. Padahal sebelumnya organisasi tersebut meramal ekonomi China tumbuh 5,7% pada 2020. Sementara ekonomi global diramal hanya tumbuh 5,4% di tahun ini.
Kata pandemi memang terdengar sangat seram di pasar, harga CPO langsung rontok dibuatnya. Tak hanya harga CPO saja, harga minyak kedelai di Bursa Dalian dan Chicago juga ambles masing-masing 4% dan 3,2%.
Pandemi dalam sekejap menghapus semua sentimen positif yang berpotensi mengerek naik harga CPO mulai dari potensi rujuknya India dan Malaysia dan kemungkinan lonjakan permintaan jelang bulan Ramadhan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Malaysia Bolehkan Perkebunan Sawit Beroperasi, Harga CPO Drop
Most Popular