COVID-19 Jadi Pandemi, IHSG Nyungsep Nyaris 4%

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
12 March 2020 09:05
COVID-19 Jadi Pandemi, IHSG Nyungsep Nyaris 4%
Foto: Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini dibuka di zona merah setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan COVID-19 sebagai pandemi.

Kemarin WHO telah menyatakan wabah COVID-19 yang kini menjangkiti dunia sebagai pandemi. Artinya wabah ini telah menginfeksi banyak orang di penjuru dunia dengan laju yang sangat cepat.

Hal ini memicu IHSG tertekan lagi. Pada pembukaan perdagangan Kamis (12/3/2020), IHSG dibuka melemah 2,2% ke level 5.040,96 dan telah keluar dari level psikologis 5.100.

Beberapa menit setelah pembukaan berselang, IHSG anjlok makin dalam 3,7%. Sejak awal tahun dan jumlah kasus infeksi COVID-19 melonjak tinggi, IHSG jadi cedera parah. Sejak awal tahun hingga kemarin, IHSG telah anjlok sebesar 18,18%.

Indonesia yang sebelumnya tak tertembus COVID-19, akhirnya kebobolan juga. Kasus pertama dilaporkan awal Maret ini oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Dua orang yang menjadi kasus pertama di Indonesia adalah dua orang perempuan yang merupakan ibu (61 tahun) dan seorang anak (34 tahun).

Per hari ini, jumlah kasus COVID-19 di Indonesia sudah mencapai 34 dengan satu kasus kematian. Korban meninggal di Indonesia adalah seorang yang berkebangsaan asing (WNA). Pemerintah terus berupaya melacak kasus penyebaran COVID-19 di tanah air. Namun jumlah suspect COVID-19 tidak akan diumumkan berapa jumlahnya.

Merebaknya COVID-19 di berbagai penjuru dunia termasuk di Indonesia telah menjadi sentimen negatif bagi bursa saham global dan tanah air. Saham-saham di tanah air sudah cedera parah.

Banyak saham-saham yang berfundamental bagus diobral murah di bursa dan ini membuat harga saham-saham tersebut menjadi semakin menjauhi nilai intrinsiknya. Melihat IHSG yang sudah terseok-seok, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membolehkan emiten untuk melakukan buy back saham tanpa harus melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Selasa (10/3/2020) mengatakan ada 12 emiten pelat merah yang siap melakukan buy back saham dengan total anggaran Rp 7 triliun - Rp 8 triliun.

"Tadi sudah koordinasi untuk buyback saham, ada 12 BUMN yg akan buyback nilainya Rp 7triliun- Rp 8 triliun," kata Arya Sinulingga, Staf Khusus Menteri BUMN di Kantor Kementerian BUMN, setelah melakukan pertemuan dengan para direksi perusahaan pelat merah, Selasa (10/3/2020).

Sebanyak 12 perusahaan pelat merah tersebut termasuk dalam 3 sektor, finansial, konstruksi, dan pertambangan.

[Gambas:Video CNBC]



Dari sektor finansial, ada 4 BUMN yang akan melakukan buyback yaitu dari sektor perbankan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).

Sementara dari sektor konstruksi, ada PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT PP Tbk (PTPP), PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang siap buyback.

Lalu dari sektor pertambangan, buyback akan dilakukan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Timah Tbk (TINS). 

Selain OJK, otoritas bursa juga melakukan langkah lain demi mengurangi volatilitas yang terlalu tinggi di pasar saham tanah air. Pertama dengan menghentikan transaksi short selling dan kedua mulai menerapkan autoreject untuk saham-saham yang terkoreksi hingga 10%.

Namun tetap saja IHSG masih terus berada di zona pesakitan. Maklum bursa saham global juga demikian. Tadi pagi saat penutupan perdagangan, tiga indeks bursa saham utama Paman Sam ditutup di zona pesakitan.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ambruk 5,86%, S&P 500 dan Nasdaq Composite kompak mengekor di belakangnya dengan koreksi masing-masing sebesar 4,89% dan 4,7%.

Dow Jones sudah terkoreksi lebih dari 20% sejak akhir bulan lalu yang menandai bahwa siklus ekspansi indeks yang berisi 30 saham pilihan AS ini telah selesai dan memasuki fase ‘bearish’.

Tekanan jual juga kembali menghampiri, akibatnya pagi ini Kamis (12/3/2020) bursa saham utama kawasan Asia kompak bergerak di zona merah.

Indeks Topix (Jepang) ambrol 4,2%, Kospi (Korea Selatan) anjlok 3,7%, Shang Hai Composite (China) ambles 1,4%, Hang Seng (Hong Kong) nyungsep 2,7%, Straits Times (Singapura) jatuh 2,8%.

Tak bisa dipungkiri pasar sudah diliputi kepanikan. Wabah ini telah menjadi tragedi kemanusiaan pada dekade ini. Bukan hanya kesehatan manusia saja yang dilukai, COVID-19 telah menjadi ancaman terbesar bagi perekonomian global.

Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) merevisi turun perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada 2020 menjadi 2,4% dari sebelumnya 2,9%. Ekonomi China diramal tumbuh 4,9% tahun ini, padahal perkiraan sebelumnya tumbuh 5,7%.



TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular