Analisis Teknikal

Bidik 6.090, IHSG Siap Menguat 5 Hari Beruntun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 July 2021 08:05
Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (24/11/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan lalu membukukan penguatan sangat tipis 0,01% atau nyaris stagnan di 6.023,008.

Namun, IHSG masih mencatat kinerja yang cukup bagus, mampu menguat dalam 4 hari beruntun. Bursa kebanggaan Tanah Air ini anjlok 1,4% di hari Senin (28/6/2021), setelahnya sukses mencatat penguatan beruntun.

Di awal pekan ini, Senin (5/7/2021) ruang berlanjutnya penguatan beruntun IHSG terbuka cukup lebar, mengingat sentimen positif datang dari eksternal.

Saat IHSG kesulitan menguat, bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street justru mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Indeks S&P 500 bahkan mencatat penguatan 7 hari perdagangan beruntun, mengakhiri pekan lalu di level 4.352,34 yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa. Dalam sepekan, S&P 500 mencatat penguatan 1,7%.

Indeks Dow Jones sepanjang pekan lalu menguat 1% ke 34.786,35, juga merupakan rekor tertinggi sepanjang masa. Nasdaq memimpin penguatan nyaris 2% dalam 5 hari perdagangan ke 14.639,33 juga merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.

Penguatan tersebut tentunya bisa mengirim sentimen positif ke pasar Asia, termasuk IHSG hari ini. Apalagi, rilis data tenaga kerja AS Jumat lalu diprediksi belum akan membuat bank sentral AS (The Fed) mempercepat tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE).

"Saya pikir laporan tersebut sangat bagus, karena perekrutan tenaga kerja semakin cepat yang menjadi tanda positif pemulihan ekonomi di semester II. Tetapi data tersebut tidak akan membuat The Fed mengubah panduannya untuk memulai tapering saat ini, kata Angelo Kourkafas, ahli strategi investasi di Edward Jones, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (2/7/2021).

Sementara itu, hari ini merupakan respon pertama IHSG dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat yang dimulai sejak Sabtu lalu. Melihat pergerakan IHSG yang masih mampu mencatat penguatan beruntun setelah PPKM Mikro Darurat resmi diumumkan Kamis lalu, respon pasar berpeluang masih sama.

Namun, bisa menjadi sentimen negatif yakni kasus penyakit virus corona (Covid-19) yang lagi-lagi mencetak rekor tertinggi di awal PPKM Mikro Darurat.

Kemarin, jumlah kasus Covid-19 dilaporkan bertambah sebanyak 27.233 orang, sedikit turun dibandingkan Sabtu lalu yakni 27.913 orang yang merupakan rekor penambahan kasus per hari.

Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah kasus aktif yang terus menanjak, hingga saat ini sebanyak 295.228 kasus yang merupakan rekor tertinggi.

PPKM Mikro Darurat yang berlangsung hingga 20 Juli mendatang ditargetkan mampu menekan penambahan kasus Covid-19 ke bawah 10.000 per hari. Tetapi jika belum tercapai tidak menutup kemungkinan akan diperpanjang, sehingga bisa mengganggu pemulihan ekonomi.

Secara teknikal, IHSG sukses bertahan di atas rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 100/MA 100), bahkan di atas level psikologis 6.000.

Artinya, IHSG memiliki peluang untuk kembali menguat, dengan target ke MA 100 di kisaran 6.080 hingga 6.090.

MA 100 tersebut merupakan tembok tebal atau resisten yang kuat, beberapa kali IHSG mencoba melewatinya tetapi selalu gagal. Sebab, pada April lalu terjadi persilangan antara MA 50 dan MA 100 yang menjadi sinyal penurunan IHSG, dan untuk mengakhiri tekanan tersebut tembok tebalnya harus dijebol dengan konsisten.

Dengan kata lain, jika mampu mengakhiri perdagangan di atas MA 100, maka ruang berlanjutnya penguatan IHSG akan terbuka lebar.

Sementara itu indikator stochastic pada grafik harian sudah mulai turun dari wilayah overbought.

jkseGrafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Tekanan bagi IHSG berkurang setelah Stochastic keluar dari wilayah overbought, meski harus menunggu hingga mencapai oversold agar mendapat momentum penguatan yang kuat.

Level psikologis akan menjadi penghadang penurunan IHSG, tetapi jika dilewati support yang cukup kuat berada di kisaran 5.980 hingga 5.970 (MA 50). Penembusan support tersebut berisiko membawa IHSG turun ke ke 5.940.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Covid-19 Makin Mengerikan, tapi IHSG Mau Coba Tembus 6.100

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular