Morgan Stanley: Minyak Jatuh & Bahaya untuk Pasar Keuangan

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
11 March 2020 13:18
RI Untung Apa Buntung?
Foto: Sri Mulyani (CNBC Indonesia/ Lidya Kembaren)
Jadi dampaknya memang cenderung negatif bagi perekonomian, begitu juga ke pasar keuangan. Anjloknya harga minyak membuat pasar saham global bergerak dengan volatilitas yang tinggi yang mencerminkan ruang ketidakpastian yang besar pula.

Lantas apakah dampaknya juga negatif ke perekonomian Indonesia?

Indonesia merupakan negara net importir minyak. Artinya RI lebih banyak mengimpor minyak daripada mengekspor minyak. Pada tahun lalu saja nilai impor minyak mentah dan hasil minyak Indonesia saja sudah mencapai US$ 19,4 miliar sementara nilai ekspornya hanya US$ 3,63 miliar, artinya RI tekor sebesar US$ 15.8 miliar.

Dengan anjloknya harga minyak ini, kabar positifnya adalah beban impor minyak menjadi berkurang. Indonesia banyak mengimpor minyak jadi ketimbang minyak mentah. Anjloknya harga minyak dapat membuat harga BBM dapat lebih murah.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan anjloknya harga minyak memberikan dampak positif bagi perekonomian dalam negeri. "Di dalam kondisi ekonomi yang sedang tertekan, ini jadi salah satu positif dalam artian menstimulasi dan tidak membebani."

Namun Sri Mulyani menegaskan, anjloknya harga minyak juga menjadi hal yang mengkhawatirkan dan terus dipantau oleh pemerintah. Anjloknya harga minyak membuat harga saat ini berada di bawah asumsi ICP APBN.

Harga minyak yang rontok sangat mempengaruhi aktivitas di sektor hulu. Harga minyak yang jatuh tentu menggerus margin dari aktivitas di sektor hulu.

Jika ini terus terjadi dan bertahan lama, maka aktivitas di sektor hulu menjadi tidak ekonomis dan membuat appetite investor untuk menggarap sektor ini jadi berkurang. Ini tentu jadi penghambat target pemerintah untuk bisa lifting minyak sebesar 1 juta bpd.

Hal ini juga nantinya akan mempengaruhi kapasitas fiskal dari pemerintah itu sendiri untuk pos Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) paling besar dari sektor migas yang berkontribusi sebesar lebih dari 42% dari total PNBP. Kalau PNBP berkurang maka kapasitas fiskal menjadi lebih sempit.

Selain itu, pergerakan harga minyak juga turut mempengaruhi harga komoditas lain terutama untuk komoditas yang digunakan di sektor energi seperti batu bara untuk pembangkit listrik dan minyak sawit mentah (CPO) untuk biodiesel.

Menurut studi yang dipublikasikan di Internasional Journal of Energi Economics and Policy (IJEEP), supply and demand shocks pada komoditas minyak akan mempengaruhi harga komoditas batu bara secara signifikan.

Jadi ini bukan kabar yang baik juga mengingat batu bara dan CPO merupakan dua komoditas ekspor unggulan RI. Kapasitas fiskal bisa makin sempit akibat turunnya pendapatan dari royalti pertambangan maupun pungutan ekspor CPO.

Bagaimanapun juga apakah dampaknya akan signifikan atau tidak bagi perekonomian RI tentu tergantung pada seberapa besar harga minyak anjlok dan akan seberapa lama fenomena ini berlangsung.



TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular