
Emas di Bawah US$ 1.700/oz, Waktunya Beli atau Jual?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 March 2020 14:27

Kondisi global saat ini membuat banyak analis memprediksi harga emas akan terus melanju naik di tahun ini. Analis dari bank investasi ternama, Goldman Sachs, memprediksi harga emas bisa menuju US$ 1.750/troy ons jika wabah virus corona terjadi hanya di kuartal I-2020. Tetapi jika wabah tersebut berlanjut hingga kuartal II-2020, Goldman memprediksi emas akan melesat ke US$ 1.850/troy ons.
Goldman juga mengatakan emas menjadi alokasi investasi yang strategis untuk melindungi portofolio dari risiko wabah virus corona de-dolarisasi, serta negatif yield.
Sementara itu dalam survei tahunan London Bullion Market Association (LBMA) yang dirilis 3 Februari lalu, hasil survei terhadap 30 analis menunjukkan rata-rata harga emas di tahun ini diprediksi di level US$ 1.558,8/troy ons, naik 11,9% dibandingkan rata-rata actual tahun 2019 sebesar US$ 1.392,6/troy ons.
James Stell analis dari HSBC, yang disuervei LBMA memprediksi rata-rata harga emas berada di US$ 1.613/troy ons, dengan level terendah di US$ 1.475 dan tertinggi di US$ 1.705/troy ons.
Sementara itu Ross Norman mantan CEO Sharps Pixely, salah satu broker emas terbesar di London, menjadi yang paling bullish dalam survei tersebut.
Norman memprediksi harga emas dunia bisa mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.080/troy ons di tahun ini, dengan level terendah di US$ 1.520/troy ons. Rata-rata harga emas di tahun ini diramal di level US$ 1.755/troy ons.
Untuk diketahui, Ross Norman pada tahun lalu menjadi pemenangan survei harga palladium. Rata-rata prediksi harga palladium yang ia berikan di tahun 2019 menjadi yang paling mendekati rata-rata aktual, dibandingkan dengan analis lainnya.
Sementara pemenang survei harga emas tahun lalu, Rene Hochreiter dari Noah Capital Markets/Sieberana Research memprediksi rata-rata harga emas di tahun ini di level US$ 1.670/troy ons, dengan level terendah US$ 1.550/troy ons dan tertinggi di US$ 1.720/troy ons.
Dalam survei tersebut LBMA melihat ada tiga faktor utama yang menggerakkan harga emas di tahun ini. Pertama, tensi ekonomi dan geopolitik, misalnya perang dagang, Brexit, dan Pemilu AS. Faktor ini diprediksi memberikan pengaruh sebesar 38% terhadap harga emas dunia.
Kedua, dengan pengaruh 35% adalah kebijakan moneter bank sentral dunia, khususnya bank sentral AS. Ketiga, adalah permintaan dari China dan India yang akan mempengaruhi pergerakan emas sebesar 15%. 12% sisanya dipengaruhi faktor-faktor lainnya.
Hasil survei LBMA tersebut dirilis sebelum wabah virus corona meluas hingga saat ini, yang membuat harga emas melesat hingga ke atas US$ 1.700/troy ons Senin kemarin. Itu artinya, meski tidak ada wabah virus corona, hasil survei dari LBMA menunjukkan harga emas memang diprediksi akan menguat di tahun ini.
(pap/pap)
Goldman juga mengatakan emas menjadi alokasi investasi yang strategis untuk melindungi portofolio dari risiko wabah virus corona de-dolarisasi, serta negatif yield.
Sementara itu dalam survei tahunan London Bullion Market Association (LBMA) yang dirilis 3 Februari lalu, hasil survei terhadap 30 analis menunjukkan rata-rata harga emas di tahun ini diprediksi di level US$ 1.558,8/troy ons, naik 11,9% dibandingkan rata-rata actual tahun 2019 sebesar US$ 1.392,6/troy ons.
Sementara itu Ross Norman mantan CEO Sharps Pixely, salah satu broker emas terbesar di London, menjadi yang paling bullish dalam survei tersebut.
Norman memprediksi harga emas dunia bisa mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.080/troy ons di tahun ini, dengan level terendah di US$ 1.520/troy ons. Rata-rata harga emas di tahun ini diramal di level US$ 1.755/troy ons.
Untuk diketahui, Ross Norman pada tahun lalu menjadi pemenangan survei harga palladium. Rata-rata prediksi harga palladium yang ia berikan di tahun 2019 menjadi yang paling mendekati rata-rata aktual, dibandingkan dengan analis lainnya.
Sementara pemenang survei harga emas tahun lalu, Rene Hochreiter dari Noah Capital Markets/Sieberana Research memprediksi rata-rata harga emas di tahun ini di level US$ 1.670/troy ons, dengan level terendah US$ 1.550/troy ons dan tertinggi di US$ 1.720/troy ons.
Dalam survei tersebut LBMA melihat ada tiga faktor utama yang menggerakkan harga emas di tahun ini. Pertama, tensi ekonomi dan geopolitik, misalnya perang dagang, Brexit, dan Pemilu AS. Faktor ini diprediksi memberikan pengaruh sebesar 38% terhadap harga emas dunia.
Kedua, dengan pengaruh 35% adalah kebijakan moneter bank sentral dunia, khususnya bank sentral AS. Ketiga, adalah permintaan dari China dan India yang akan mempengaruhi pergerakan emas sebesar 15%. 12% sisanya dipengaruhi faktor-faktor lainnya.
Hasil survei LBMA tersebut dirilis sebelum wabah virus corona meluas hingga saat ini, yang membuat harga emas melesat hingga ke atas US$ 1.700/troy ons Senin kemarin. Itu artinya, meski tidak ada wabah virus corona, hasil survei dari LBMA menunjukkan harga emas memang diprediksi akan menguat di tahun ini.
(pap/pap)
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular