Yakin Harga Emas Bakal Meredup Usai Cetak Rekor?

Haryanto & Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 March 2020 06:32
Yakin Harga Emas Bakal Meredup Usai Cetak Rekor?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia berbalik melemah pada perdagangan Senin tadi malam (9/3/2020) setelah sempat melewati level level US$ 1.700/troy ons pada Senin pagi.

Data Refinitiv mencatat, begitu perdagangan awal pekan dibuka, harga emas langsung melesat 1,2% ke US$ 1.694/troy ons. Tidak perlu waktu lama, harga logam mulia ini langsung mencapai level US$ 1.702,56/troy ons atau menguat 1,72% di pasar spot. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Desember 2012.

Namun setelah mencapai level tersebut, harga emas justru melorot hingga 1% ke US$ 1.657,36/troy ons.


Meski demikian bukan berarti harga emas akan terus merosot, mengingat penguatan tajam hingga melewati US$ 1.700/troy ons untuk pertama kalinya tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat harganya turun.

Ketika profit taking mereda, harga emas tentunya bisa bangkit lagi, apalagi bursa saham global sedang mengalami aksi jual, yang tentunya membuat emas menjadi investasi alternatif terfavorit. Emas merupakan aset yang dianggap aman (safe haven) dan menjadi buruan pelaku pasar ketika terjadi gejolak di pasar finansial.

Terbukti, menjelang dibukanya perdagangan sesi AS, harga emas berhasil menipiskan pelemahan hingga 0,05% saja, di level US$ 1.673/troy ons pada pukul 19:35 WIB, tadi malam.

Bursa saham Asia pada perdagangan Senin kemarin merosot. Data perdagangan mencatat, indeks Nikkei Jepang jeblok lebih dari 5%, Kospi Korea Selatan lebih dari 4% dan Shanghai Composite China lebih dari 3%.

Sementara itu bursa Eropa lebih parah lagi, DAX 30 Jerman, FTSE 100 Inggris dan CAC 40 Perancis, ambles lebih dari 7%. Sementara itu FTSE MIB Italia anjlok lebih dari 10%.

Tadi malam, perdagangan di bursa saham Wall Street AS dihentikan hanya hitungan menit setelah dibuka pada Senin (9/3/2020). Seperti dikutip dari Reuters, penghentian perdagangan dilakukan karena indeks karena S&P 500 turun 7% dan memicu penghentian otomatis perdagangan selama 15 menit. Ini merupakan penghentian perdagangan pertama sejak krisis 2008-2009.


Pada Selasa (3/3/2020) malam (Selasa pagi waktu AS), The Fed mengumumkan memangkas suku bunga acuannya atau Federal Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) ke 1%-1,25%. Pemangkasan mendadak itu menjadi yang pertama sejak Desember 2008 atau saat krisis finansial 2008. Kala itu The Fed memangkas suku bunga 75 bps.

Bank sentral paling powerful di dunia ini seharusnya mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Maret waktu AS, tetapi penyebaran wabah corona virus menjadi alasan The Fed memangkas suku bunga lebih awal dari jadwal RDG. Pemangkasan itu sudah diprediksi oleh pelaku pasar, hanya saja terjadi lebih cepat dari jadwal RDG pekan mendatang.

Pelaku pasar memprediksi The Fed masih akan memangkas suku bunga lagi saat mengumumkan suku bunga 18 Maret (19 Maret waktu Indonesia) nanti.

Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat adanya probabilitas sebesar 77,5% The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 bps menjadi 0,5-0,75%.

Selain itu pelaku pasar melihat 22,5% suku bunga akan dipangkas 75 bps menjadi 0,25%-0,5%, dan tidak ada probabilitas suku bunga dipangkas 25 bps ataupun dipertahankan.

Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, suku bunga rendah di AS membuat opportunity cost atau atau biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas, dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi AS, sehingga ketika suku bunga di AS turun, harga emas cenderung menguat.

[Gambas:Video CNBC]

Di tengah penguatan harga emas dunia, harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga naik sebesar 1,78% Rp 14.000 menjadi Rp 802.000/gram pada perdagangan Senin kemarin (9/3/2020), dari sebelumnya yakni Rp 788.000/gram pada Sabtu pekan lalu (7/3).

Penguatan emas Antam seiring dengan kenaikan harga emas spot dunia yang juga melonjak signifikan, melewati level kunci atau psikologisnya di area US$1.700/troy ons untuk pertama kalinya sejak akhir 2012 lalu.

Lonjakan pada emas dunia terdorong oleh meluasnya wabah virus corona dan terjunnya harga minyak mentah yang menghantam ekuitas dan membuat investor bergegas mencari tempat berlindung yang aman, ke dalam aset safe haven logam emas.

Berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram menguat menjadi Rp 80,29 juta dari harga Sabtu lalu Rp 78,80 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.


Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam hari ini ditetapkan pada Rp 776.000/gram, naik dari posisi kemarin Rp 760.000/gram.

Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.

Untuk jenis lain, Antam juga menawarkan emas batik dan emas tematik serta menampilkan harga hariannya di situs yang sama.

Beberapa faktor yang mempengaruhi harga emas adalah nilai tukar rupiah, penawaran-permintaan, permintaan industri emas, isu global, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.

Penguatan harga emas Antam biasanya mencerminkan kecenderungan masyarakat untuk memburu emas ritel ketika kondisi tidak kondusif, sehingga mencerminkan fungsi logam mulia sebagai instrumen yang dinilai lebih aman (safe haven) untuk masyarakat di dalam negeri.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular