Market Crash, Saham Otomotif Jatuh Lebih dari 11%

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
09 March 2020 18:44
Harga saham emiten otomotif di BEI berjatuhan pada perdagangan di awal pekan ini, Senin (9/3/2020), sejalan dengan laju IHSG yang melemah 6,57%
Foto: IST

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten otomotif di Bursa Efek Indonesia berjatuhan pada perdagangan di awal pekan ini, Senin (9/3/2020), sejalan dengan laju Indeks Harga Saham Gabungan yang melemah 6,57%, terdalam sejak 2008.

Sentimen meluasnya penyebaran virus Corona dan perang harga minyak menjadi ketakutan global yang menekan seluruh bursa saham dunia, termasuk di regional. Imbasnya, hampir seluruh sektor di BEI terbenam di zona merah.

Misalnya saja, emiten otomotif PT Astra International Tbk (ASII), terkoreksi cukup dalam 11,45% ke posisi Rp 5.025 per saham, turun 650 poin. Hari ini, investor asing melepas kepemilikan saham Astra Rp 14,78 miliar di pasar reguler. Net foreign buy tercatat Rp 1,55 miliar.

Emiten otomotif lainnya, PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) juga mencatatkan penurunan yang cukup signifikan sebesar 11,76% atau 80 poin ke level Rp 600 per saham. Jika dilihat sejak awal tahun, pelemahan saham Indomobil sebesar 48,05%.


Kepala Divisi Komunikasi Korporat PT Astra International Tbk (ASII) Boy Kelana Soebroto, saat dihubungi CNBC Indonesia, mengatakan masih memonitor dan mengevaluasi kegiatan manufaktur Grup Astra di tengah wabah Corona Virus Disease (Covid-19). Pun mengenai potensi rantai pasokan (supply chain) yang terganggu akibat virus mematikan ini.

"Hingga saat ini, Astra dan perusahaan-perusahaan Grup Astra tetap beroperasi seperti biasa, sambil kami terus memonitor dan mengevaluasi kegiatan bisnis dari waktu ke waktu guna mengetahui potensi dampak ke operasional perusahaan," kata Boy Kelana, Senin (9/3/2020).

Terpukul Kurs

Secara terpisah, Analis PT Mirae Asset Sekuritas, Anthony Kevin menjelaskan, sektor otomotif menghadapi tiga tantangan sekaligus, pertama adalah supply yang terdisrupsi karena wabah Corona. Alhasil, banyak pabrik yang meliburkan karyawan dan mengganti rantai pasok secara global.

Dari data yang dihimpun Mirae Asset Sekuritas, China menjadi salah satu dari 10 negara tujuan impor terbesar sepanjang tahun 2019 dengan nilai impor sebesar US$ 44,91 miliar.

Dari jumlah tersebut, 10 barang yang paling besar diimpor Indonesia dari China, di antaranya besi dan baja, mesin dan peralatan listrik. Nilainya masing-masing mencapai US$ 9,2 miliar dan US$ 2,1 miliar.


"Selain karena supply disruption karena corona, belakangan Rupiah terus melemah, which means biaya impor lebih mahal. Di sisi lain, demand yang sedang melemah bahkan sebelum Corona," kata Anthony kepada CNBC Indonesia, Senin (9/3/2020).

Sementara itu, jika merujuk pada data tahun 2018, China memberikan andil 16,3% terhadap total ekspor Indonesia. Sedangkan kontribusi Negeri Tirai Bambu terhadap impor Indonesia pada tahun sama mencapai 23,7% alias mendekati hampir seperempat impor Indonesia berasal dari China.

[Gambas:Video CNBC]




(dob/dob) Next Article Kinclong, Laba Bersih Astra Melesat 84%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular