
Sri Mulyani Warning CPO, China Pasar Terbesar Kena Corona
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
07 March 2020 19:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Wabah COVID-19 atau virus corona membuat Indonesia harus waspadai fluktuasi harga Kelapa Sawit (Crude Palm Oil/CPO) yang menjadi salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia. Pasalnya, salah satu importir terbesar CPO Indonesia adalah China, yang terkena dampak terbesar dari penyebaran virus ini.
"Kita harus mewaspadai perkembangan harga CPO karena tidak dipungkiri Tiongkok (China) adalah importir terbesar kedua dari produk CPO kita," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menggelar jumpa pers di kantornya, Senin (2/3/2020).
Sri Mulyani menekankan pentingnya peran industri kelapa sawit terhadap perekonomian Indonesia. Untuk itu, penunjukkan kepala Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit (BPDPKS) perlu sangat cermat dan tidak sama dengan pimpinan badan lainnya. Menkeu menunjuk Edi Abdurachman menjadi Kepala BPDPKS, menggantikan Dono Boestami.
"BPDPKS adalah badan layanan umum yang berkedudukan di bawah Kementerian Keuangan, tugasnya di dalam pengelolaan dana perkebunan Kelapa Sawit yang juga untuk menjaga keberlangsungan industri kelapa sawit sebagai komoditas strategis nasional Indonesia," ujar Sri.
Pada Selasa (3/3/2020), harga minyak sawit mentah (CPO) di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) melanjutkan penguatan setelah kemarin ditutup naik tipis. Harga CPO kontrak pengiriman Juni 2020 berada di level RM 2.336/ton atau naik 15 ringgit dibanding posisi penutupan kemarin. Harga CPO mencatatkan kenaikan 0,65% pada perdagangan hari ini.
Pada Harga CPO naik ditopang oleh beredarnya kabar akan kembali rujuknya Malaysia dengan India. Pasca pengunduran diri Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad pada minggu lalu, Yang Dipertuan Agong menunjuk Muhyiddin Yasin jadi PM yang baru.
Namun kenaikan harga tak bisa banyak-banyak terjadi pada hari ini karena produksi bulan Februari diperkirakan naik 39,75%. Sementara di waktu yang sama ekspor minyak sawit Malaysia diperkirakan lebih rendah 11.84 % - 12,9% dibanding bulan Januari.
Bagaimanapun juga sentimen lain yang memberatkan harga CPO masih ada. Apalagi kalau bukan virus corona. Walau jumlah kasus infeksi virus corona yang baru di China dilaporkan turun, tetapi lonjakan kasus baru masih terjadi di luar China terutama di Korea Selatan, Italia dan India.
Menurut data Gapki ekspor CPO dan produk turunannya sepanjang 2019 mencapai 36,17 juta ton. China menjadi pasar ekspor terbesar sebanyak 6 juta ton (di luar produk oleokimia dan biodiesel).
Selain China, ekspor CPO terbesar kedua ke India sebesar 4,8 juta ton dan Uni Eropa 4,6 juta ton. Khusus untuk produk oleokimia dan biodiesel, ekspor terbesar adalah ke China 825 ribu ton, diikuti oleh Uni Eropa 513 ribu ton.
Sementara itu, ekspor minyak sawit ke Afrika mencapai 2,9 juta ton pada 2019, naik 11% dari 2,6 juta ton pada 2018.
(hps/hps) Next Article Sempat Naik, Harga CPO Mulai Stagnan karena Eropa Lockdown
"Kita harus mewaspadai perkembangan harga CPO karena tidak dipungkiri Tiongkok (China) adalah importir terbesar kedua dari produk CPO kita," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menggelar jumpa pers di kantornya, Senin (2/3/2020).
Sri Mulyani menekankan pentingnya peran industri kelapa sawit terhadap perekonomian Indonesia. Untuk itu, penunjukkan kepala Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit (BPDPKS) perlu sangat cermat dan tidak sama dengan pimpinan badan lainnya. Menkeu menunjuk Edi Abdurachman menjadi Kepala BPDPKS, menggantikan Dono Boestami.
Pada Selasa (3/3/2020), harga minyak sawit mentah (CPO) di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) melanjutkan penguatan setelah kemarin ditutup naik tipis. Harga CPO kontrak pengiriman Juni 2020 berada di level RM 2.336/ton atau naik 15 ringgit dibanding posisi penutupan kemarin. Harga CPO mencatatkan kenaikan 0,65% pada perdagangan hari ini.
Pada Harga CPO naik ditopang oleh beredarnya kabar akan kembali rujuknya Malaysia dengan India. Pasca pengunduran diri Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad pada minggu lalu, Yang Dipertuan Agong menunjuk Muhyiddin Yasin jadi PM yang baru.
Namun kenaikan harga tak bisa banyak-banyak terjadi pada hari ini karena produksi bulan Februari diperkirakan naik 39,75%. Sementara di waktu yang sama ekspor minyak sawit Malaysia diperkirakan lebih rendah 11.84 % - 12,9% dibanding bulan Januari.
Bagaimanapun juga sentimen lain yang memberatkan harga CPO masih ada. Apalagi kalau bukan virus corona. Walau jumlah kasus infeksi virus corona yang baru di China dilaporkan turun, tetapi lonjakan kasus baru masih terjadi di luar China terutama di Korea Selatan, Italia dan India.
Menurut data Gapki ekspor CPO dan produk turunannya sepanjang 2019 mencapai 36,17 juta ton. China menjadi pasar ekspor terbesar sebanyak 6 juta ton (di luar produk oleokimia dan biodiesel).
Selain China, ekspor CPO terbesar kedua ke India sebesar 4,8 juta ton dan Uni Eropa 4,6 juta ton. Khusus untuk produk oleokimia dan biodiesel, ekspor terbesar adalah ke China 825 ribu ton, diikuti oleh Uni Eropa 513 ribu ton.
Sementara itu, ekspor minyak sawit ke Afrika mencapai 2,9 juta ton pada 2019, naik 11% dari 2,6 juta ton pada 2018.
(hps/hps) Next Article Sempat Naik, Harga CPO Mulai Stagnan karena Eropa Lockdown
Most Popular