
Buka Sesi Perdana Maret, Dow Futures Berkubang di Zona Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kontrak berjangka (futures) saham unggulan di Wall Street belum pulih dari kekhawatiran seputar virus corona, hingga mengawali hari pertama perdagangan Maret pada Senin (2/3/2020) dengan bercokol di zona merah.
Indeks Dow Futures menunjukkan volatilitas tinggi pekan lalu karena bergerak dalam kisaran lebih dari 1.000 poin. Indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq semuanya bergerak turun, hingga 10% pekan lalu, menjadi koreksi mingguan terbesar sejak Oktober 2008.
Pada pukul 07:30 waktu setempat (19:30 WIB), indeks Dow futures diperdagangkan melemah 117 poin, mengindikasikan koreksi sebesar 155 poin pada pembukaan Senin. Indeks S&P 500 futures dan Nasdaq 100 futures juga tertekan.
Saham maskapai penerbangan seperti Delta Airlines dan American anjlok setidaknya 2% pada sesi pra-pembukaan, sedangkan saham perhotelan Marriott International kehilangan 2,2%. Saham emiten minyak ConocoPhillips longsor 6%.
"Wabah Covid-19 benar-benar mengubah narasi jangka pendek... Ini menjadi kejutan dini, tatkala pertumbuhan ekonomi global lagi lemah dan pemulihan diekspektasikan sedang berlangsung," tutur Chetan Ahya, Kepala Ekonom Global Morgan Stanley, dalam laporan risetnya yang dikutip CNBC International.
Hingga Minggu, lebih dari 85.000 kasus corona telah terkonfirmasi, yang menyebabkan 2.900 orang meninggal dunia. Australia, Thailand dan AS melaporkan korban jiwa pertama akhir pekan lalu. Gubernur New York pada Minggu mengonfirmasi kasus corona pertamanya.
Di sisi lain, data Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/ PMI) sektor manufaktur di China tercatat menyentuh level terendah sepanjang masa pada Februari kemarin, pada 40,3 atau jauh di bawah polling Reuters di angka 45,7. Angka di atas 50 mengindikasikan ekspansi, sedangkan di bawah itu mengindikasikan kontraksi manufaktur.
Koreksi itu menunjukkan sejauh mana wabah corona bisa memukul ekonomi. "Semuanya cukup tak pasti, dan kita bisa saja terlalu lebay. Namun, kita juga tidak ingin cuek bebek," tutur Ed Hyman, pendiri Evercore ISI, dalam laporan riset, sebagaimana dikutip CNBC International.
Kecemasan seputar corona mendorong investor global memburu surat berharga pemerintah AS hingga imbal hasilnya (yield) menyentuh titik terendah sepanjang masa. Yield obligasi bertenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar menyentuh titik 1,04% pertama kali.
TIM RISET CNBC INDONESIA(ags/ags) Next Article Wall Street Dibuka Menguat Sambut Rilis Kinerja Emiten AS