
Karena Corona, Investor Asing Mulai Keluar dari SUN

Hingga sore ini, angka penyebaran hingga 81.187 kasus di seluruh dunia dengan 2.768 orang yang meninggal karena virus itu telah membuat investor asing keluar dari pasar surat utang negara (SUN). Keluarnya investor asing tercermin dari nilai kepemilikan mereka pada SUN senilai Rp 1.057 triliun atau berarti sudah lebih kecil Rp 4,47 triliun sejak akhir 2019.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan keuntungan yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0082 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 5,7 basis poin (bps) menjadi 6,58%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 26 Feb'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 25 Feb'20 (%) | Yield 26 Feb'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 26 Feb'21 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 5.704 | 5.687 | -1.70 | 5.6869 |
FR0082 | 10 tahun | 6.525 | 6.582 | 5.70 | 6.6044 |
FR0080 | 15 tahun | 7.038 | 7.094 | 5.60 | 7.1075 |
FR0083 | 20 tahun | 7.277 | 7.319 | 4.20 | 7.3094 |
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah. Indeks tersebut turun 0,53 poin (0,19%) menjadi 279,24 dari posisi kemarin 279,77.
Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 521 bps, melebar dari posisi kemarin 519 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 3,7 bps hingga 1,36% dari posisi kemarin 1,33%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 25 Feb'20 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 25 Feb'20 (%) | Yield 26 Feb'20 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.531 | 1.536 | 3 bulan-5 tahun | 35.4 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.191 | 1.189 | 2 tahun-5 tahun | 0.7 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.155 | 1.168 | 3 tahun-5 tahun | -1.4 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.157 | 1.182 | 3 bulan-10 tahun | 16.9 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.33 | 1.367 | 2 tahun-10 tahun | -17.8 |
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.057 triliun SBN, atau 37,51% dari total beredar Rp 2.818 triliun berdasarkan data per 25 Februari 2020.
Angka itu menunjukkan kepemilikan investor asing sudah mulai keluar dari pasar SUN senilai Rp 12,86 triliun sejak akhir pekan lalu, sedangkan sejak awal bulan masih defisit Rp 19,67 triliun.
Sejak awal tahun ini, posisi investor asing masih negatif Rp 4,47 triliun dibanding posisi akhir Desember 2019 Rp 1.061,86 triliun, tetapi persentasenya turun dari 38,57% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, penguatan harga terjadi secara luas sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif virus corona terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 25 Feb'20 (%) | Yield 26 Feb'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 6.58 | 6.57 | -1.00 |
China (A+) | 2.872 | 2.877 | 0.50 |
Jerman (AAA) | -0.512 | -0.491 | 2.10 |
Prancis (AA) | -0.243 | -0.212 | 3.10 |
Inggris Raya (AA) | 0.52 | 0.514 | -0.60 |
India (BBB-) | 6.368 | 6.348 | -2.00 |
Jepang (A) | -0.093 | -0.088 | 0.50 |
Malaysia (A-) | 2.974 | 2.846 | -12.80 |
Filipina (BBB) | 4.337 | 4.333 | -0.40 |
Rusia (BBB) | 6.08 | 6.13 | 5.00 |
Singapura (AAA) | 1.59 | 1.515 | -7.50 |
Thailand (BBB+) | 1.1 | 1.06 | -4.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 1.33 | 1.367 | 3.70 |
Afrika Selatan (BB+) | 8.8 | 8.735 | -6.50 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Keperkasaan Rupiah Dukung Pasar SUN, Asing Makin Deras Masuk