Italia Nyatakan Darurat Corona, Kurs Euro Melempem

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 February 2020 21:59
Italia melaporkan tujuh kematian akibat virus corona atau yang disebut Covid-19.
Foto: Uang kertas 200 euro baru (REUTERS/Kai Pfaffenbach)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar euro melemah tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (25/2/2020). Italia yang kini berstatus gawat virus corona membebani pergerakan mata uang 19 negara ini.

Pada pukul 21:27 WIB, euro melemah 0,08% ke 1,0843/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada pekan lalu, euro melemah hingga menyentuh level terlemahnya nyaris dalam 3 tahun terakhir

Italia melaporkan tujuh kematian karena virus corona atau yang disebut Covid-19. Jumlah orang tertular naik menjadi 229 orang. Ini merupakan kasus terbanyak di Eropa. Bahkan sebanyak 50 ribu penduduk di 11 kota kini diisolasi, sekitar 10 kota di wilayah Lombardy dan satu kota di Veneto.

"Sejujurnya tidak ada yang mengira penyebaran akan begitu agresif," kata Gubernur wilayah Lombardy, Attilio Fontana, sebagaimana ditulis Reuters mengutip radio setempat.


Ekonom memperingatkan corona bisa mengganggu perekonomian. Apalagi Italia adalah negara yang paling banyak dikunjungi wisatawan dengan sumbangan pariwisata mencapai 13% dari PDB. Italia sudah melaporkan adanya warga positif corona sejak awal Februari. Namun kasus menjadi signifikan sejak 24 Februari kemarin.

Tidak hanya di Italia, Korea Selatan dan Iran juga mengalami peningkatan yang signifikan, dan disebut sangat memprihatinkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).

"Peningkatan kasus yang tiba-tiba di Italia, Republik Islam Iran dan Republik Korea (Korsel) sangat memprihatinkan," kata Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus sebagaimana dikutip dari AFP, Selasa (25/2/2020).

Sementara itu Kepala Program Kedaruratan Kesehatan WHO mengaku tim WHO telah mengunjungi Italia untuk menindaklanjuti hal ini. Setelah itu, tim juga dikatakan akan mengunjungi Iran.

Tekanan tidak hanya datang dari virus corona tetapi juga "produk turunan" wabah tersebut, yakni pelambatan ekonomi, yang dikhawatirkan berujung pada resesi. Jerman menjadi negara yang paling disorot.



Pertumbuhan ekonomi Negeri Panser di kuartal IV-2019 stagnan alias tidak tumbuh dari kuartal sebelumnya. Pada tahun lalu, Jerman sudah nyaris mengalami resesi akibat perang dagang AS dengan China.

"Tahun lalu kami menemukan seberapa sensitif ekonomi Jerman terhadap China, dan saya pikir setiap orang masih menganggap remeh bagaimana dampak ekonomi China ke Eropa" kata John Marley, konsultan senior dan spesialis manajemen risiko valuta asing di SmartCurrencyBusiness, sebagaimana dilansir Reuters.

Jerman merupakan negara yang berorientasi ekspor dan China merupakan pasar terbesar ketiganya. Pada tahun 2018, nilai ekspor Jerman ke China US$ 109,9 miliar atau menyumbang 7,1% dari total ekspor negara tersebut.

Melambatnya perekonomian China tentu menurunkan permintaan atas produk Jerman, sehingga ekonomi Negeri Panzer juga berisiko terpukul, dan berdampak buruk ke negara-negara lainnya di kawasan tersebut. Dampaknya, euro masih belum bisa bergerak jauh dari level terlemahnya sejak 21 April 2017.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular