Jangan Kaget, Harga Emas Dunia Anjlok Lebih dari 1,5%

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 February 2020 17:02
Dalam empat hari terakhir harga emas total mencatat penguatan nyaris 5%
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia anjlok pada perdagangan Selasa (25/1/2020) padahal pelaku pasar masih cemas akan penyebaran wabah virus corona di luar China, dan terjadi aksi jual di bursa saham.

Di perdagangan sesi Asia hari ini, harga emas anjlok 1,65% ke US$ 1.633,1/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv. Posisi tersebut membaik, emas berada di level US$ 1.644,07/troy ons, atau melemah 0,98% pada pukul 15:13 WIB.

Dalam empat hari terakhir harga emas total mencatat penguatan nyaris 5% akibat sentimen alih risiko pelaku pasar menyusul merosotnya bursa saham global. Senin kemarin, emas bahkan mencapai level US$ 1.688/troy ons, atau yang tertinggi sejak 23 Januari 2013.

Kenaikan tajam dalam waktu singkat tersebut tentunya menggoda pelaku pasar untuk mencairkan cuan, sehingga terjadi aksi ambil untung (profit taking) yang membuat harga emas anjlok.



Bursa saham AS (Wall Street) mengalami aksi jual Senin kemarin. Indeks Dow Jones merosot lebih dari 1.000 poin atau 3,56%, menjadi penurunan harian terbesar sejak Februari 2018. Dow Jones bahkan langsung masuk ke zona merah secara year-to-date. Dua indeks lainnya juga bernasib sama, S&P 500 dan Nasdaq masing-masing anjlok 3,35% dan 3,71%.

Merosotnya Wall Street diikuti sebagian bursa utama Asia hari ini, indeks Nikkei Jepang misalnya, merosot lebih dari 3%.



Penyebaran wabah virus corona yang pesat di luar China menjadi penyebab aksi jual tersebut. Pelaku pasar cemas wabah corona akan menjadi pandemi, sehingga menghindari aset-aset berisiko dan memicu aksi jual di bursa saham.

Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis dari Johns Hopkins korban meninggal akibat virus corona sebanyak 2.699 orang, dan menjangkiti lebih dari 80.000 orang di berbagai negara.

Peningkatan pesat terjadi di Korea Selatan yang kini menjadi negara dengan jumlah kasus corona terbanyak kedua setelah China. Kemudian Italia yang menjadi negara terbanyak ketiga. Hingga saat ini, jumlah kasus di Korsel dan Italia sebanyak 893 dan 229 kasus.

Selain itu, wabah virus corona juga dikhawatirkan akan memicu resesi di beberapa negara sehingga permintaan emas sebagai safe haven melonjak, harganya pun melesat sebelum diterpa aksi profit taking pada hari ini.



Meski demikian, pelemahan emas akibat aksi profit taking cenderung tidak berlangsung lama, dan emas berpeluang kembali naik.

Harga emas diprediksi bisa menuju US$ 1.750/troy ons oleh bank investasi ternama, Goldman Sachs. Goldman bahkan memprediksi emas bisa ke US$ 1.850/troy ons, jika wabah virus corona berlangsung hingga kuartal II tahun ini.

Goldman juga mengatakan emas menjadi alokasi investasi yang strategis untuk melindungi portofolio dari risiko wabah virus corona de-dolarisasi, serta negatif yield.

Sementara itu jika dilihat secara Teknikal, pada pertengahan tahun lalu Tim Riset CNBC Indonesia memberikan proyeksi harga emas berpeluang naik ke US$ 1.800/troy ons bahkan lebih tinggi lagi setelah menembus resisten (tahanan atas) di kisaran US$ 1.433/troy ons. Sejak saat itu, Tim Riset CNBC Indonesia memberikan outlook bullish bagi emas dalam jangka panjang.  

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]




(pap/tas) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular