
Jual, Jual, Jual! Corona Bikin Investor Buang Dolar Singapura
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 February 2020 11:53

Riset DBS menyebutkan China menyumbang 30-40% dari total ekspor produk tekstil dan alas kaki global. Selain itu, sekitar 20% ekspor mesin dan peralatan listrik dunia berasal dari Negeri Tirai Bambu.
Produk ekspor China itu tentu butuh bahan baku/penolong dan barang modal dari negara-negara lain. Singapura adalah salah satu pemasok bagi industri manufaktur China.
Pada 2019, ekspor Singapura ke China tercatat US$ 51,63 miliar. Naik 2,42% dibandingkan tahun sebelumnya. China adalah mitra dagang nomor satu bagi Singapura.
Jadi, penurunan permintaan dari China pasti akan memukul ekspor Singapura. Padahal ekspor adalah penyumbang utama Produk Domestik Bruto (PDB) di Singapura. Rasio ekspor terhadap PDB di Singapura mencapai lebih dari 100%.
Â
Selain ekspor, dampak virus Corona ke Singapura juga masuk melalui jalur pariwisata. Apalagi China adalah negara asal wisatawan mancanegara (wisman) terbesar di Singapura.
Pada 2018, kunjungan wisman asal China yang datang ke Singapura adalah 3,42 juta. Rata-rata mereka mengeluarkan uang SG$ 1.145,97 (Rp 11,31 juta dengan kurs saat ini) per kunjungan. Andai Singapura menempuh langkah penutupan jalur penerbangan dari dan ke China (termasuk transit), maka dengan perhitungan sederhana potensi devisa yang hilang dari sektor pariwisata adalah SG$ 3,92 miliar atau sekira Rp 38,67 triliun.
Oleh karena itu, tidak heran resesi kini mulai jadi bahan pembicaraan di Singapura. Menteri Singapura Lee Hsien Liong mengatakan, bukan tidak mungkin negaranya terjerumus ke resesi.
"Dampaknya akan signifikan, setidaknya dalam beberapa kuartal ke depan. Penyebaran (virus Corona) sangat intensif. "Saya tidak bisa mengatakan bahwa Singapura akan resesi atau tidak. Bisa saja, tetapi yang jelas perekonomian Singapura akan terpukul," ungkap Lee, seperti diberitakan Reuters.
Investor mana yang ingin memegang mata uang negara terancam resesi?
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Produk ekspor China itu tentu butuh bahan baku/penolong dan barang modal dari negara-negara lain. Singapura adalah salah satu pemasok bagi industri manufaktur China.
Pada 2019, ekspor Singapura ke China tercatat US$ 51,63 miliar. Naik 2,42% dibandingkan tahun sebelumnya. China adalah mitra dagang nomor satu bagi Singapura.
Jadi, penurunan permintaan dari China pasti akan memukul ekspor Singapura. Padahal ekspor adalah penyumbang utama Produk Domestik Bruto (PDB) di Singapura. Rasio ekspor terhadap PDB di Singapura mencapai lebih dari 100%.
Â
Selain ekspor, dampak virus Corona ke Singapura juga masuk melalui jalur pariwisata. Apalagi China adalah negara asal wisatawan mancanegara (wisman) terbesar di Singapura.
Pada 2018, kunjungan wisman asal China yang datang ke Singapura adalah 3,42 juta. Rata-rata mereka mengeluarkan uang SG$ 1.145,97 (Rp 11,31 juta dengan kurs saat ini) per kunjungan. Andai Singapura menempuh langkah penutupan jalur penerbangan dari dan ke China (termasuk transit), maka dengan perhitungan sederhana potensi devisa yang hilang dari sektor pariwisata adalah SG$ 3,92 miliar atau sekira Rp 38,67 triliun.
Oleh karena itu, tidak heran resesi kini mulai jadi bahan pembicaraan di Singapura. Menteri Singapura Lee Hsien Liong mengatakan, bukan tidak mungkin negaranya terjerumus ke resesi.
"Dampaknya akan signifikan, setidaknya dalam beberapa kuartal ke depan. Penyebaran (virus Corona) sangat intensif. "Saya tidak bisa mengatakan bahwa Singapura akan resesi atau tidak. Bisa saja, tetapi yang jelas perekonomian Singapura akan terpukul," ungkap Lee, seperti diberitakan Reuters.
Investor mana yang ingin memegang mata uang negara terancam resesi?
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular