
Analisis
Sudah Melesat 2% Lebih, Sekuat Apa Kenaikan Harga Emas?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 February 2020 15:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia terkoreksi dari level tertinggi tujuh tahun yang dicapai pada perdagangan Rabu kemarin. Setelah melemah di awal pekan, harga emas melesat dalam 2 hari terakhir. Total kenaikan yang dibukukan dalam 2 hari sebesar 2,01% ke US$ 1.611,34/troy ons. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Maret 2013.
Sementara pada hari ini, Kamis (20/2/2020) pukul 13:40 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.606,26/troy ons, melemah 0,25% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Penguatan tajam dalam dua hari terakhir dipicu oleh "produk turun" dari wabah virus corona yang melanda China dan diprediksi memangkas pertumbuhan ekonomi Negeri Tiongkok. Dari sisi makro, "produk turunan" virus corona yakni risiko terjadinya resesi, sementara dari sisi mikro penurunan pendapatan perusahaan.
Setidaknya ada tiga negara yang berisiko mengalami resesi, yakni Singapura, Jerman, dan Jepang. Ketiganya memiliki hubungan erat dengan China.
Pemerintah Singapura di awal pekan ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini. Mengutip Reuters, Singapura memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2020 ada di kisaran -0,5%-1,5%. Padahal sebelumnya, pemerintah memproyeksikan, pertumbuhan di kisaran 0,5%-2,5%.
Setelah Singapura, Jerman juga sudah waspada. Pertumbuhan ekonomi Negeri Panser di kuartal IV-2019 stagnan alias tidak tumbuh dari kuartal sebelumnya. Pada tahun lalu, Jerman sudah nyaris mengalami resesi akibat perang dagang AS dengan China.
Selanjutnya Jepang, negara dengan nilai ekonomi terbesar ketiga di dunia, yang sudah dekat dengan resesi. Perekonomian Jepang berkontraksi tajam di kuartal IV-2019, bahkan menjadi yang terdalam sejak 6 tahun terakhir. Data dari Cabinet Office menunjukkan produk domestic bruto (PBD) kuartal IV-2019 berkontraksi 1,6% quarter-on-quarter (QoQ), menjadi yang terdalam sejak kuartal II-2014.
Sementara itu raksasa teknologi asal AS, Apple Inc. menyatakan pendapatan di kuartal II tahun fiskal 2020 akan lebih rendah dari prediksi sebelumnya akibat wabah Covid-19, yang menyebabkan gangguan suplai serta penurunan penjualan di China. Apple sebelumnya memberikan prediksi penjualan bersih akan mencapai US$ 63 miliar sampai US$ 67 miliar.
Apple Inc. merupakan perusahaan dengan kapitalisasi pasar lebih dari US$ 1,3 triliun. Sebagai perbandingan nilai perekonomian Indonesia di tahun 2018 sebesar US$ 1,042 triliun, masih di bawah kapitalisasi pasar Apple. Di tahun yang sama, nilai ekonomi AS sebagai yang terbesar di dunia sebesar US$ 20,5 triliun, itu artinya kapitalisasi pasar perusahaan pembuat iPhone ini sekitar 6,3% dari nilai ekonomi AS.
Tidak hanya itu melansir Investopedia yang melihat data World Bank, hanya ada 14 negara yang nilai ekonominya lebih besar dari Apple.
Maka ketika Apple mengumumkan kemungkinan penurunan pendapatan akan memberikan dampak buruk ke sentimen pelaku pasar. Apalagi banyak perusahaan yang bermitra dengan Apple di berbagai negara, sehingga bursa saham global akan terguncang.
Tetapi efek dari pernyataan Apple tidak berlangsung lama, saham Apple yang sebelumnya anjlok 1,8% pada perdagangan Selasa, berbalik menguat 1,5% kemarin.
Tom Essaye, co-founder The Seven Report, mengatakan kurangnya update panduan pendapatan Apple menunjukkan produsen iPhone tersebut tidak tahu seberapa besar dampak dari wabah virus corona, sebagaimana dilansir CNBC International.
Itu artinya ada kemungkinan pendapatan Apple tidak akan tergerus banyak seperti yang ditakutkan, sehingga saham Apple kembali naik.
Selain itu, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) menurunkan suku bunga acuan kredit perbankan (Loan Prime Rate/LPR) yang membuat bursa saham Asia menguat, dan membuat harga emas terkoreksi.
Untuk LPR tenor setahun turun dari 4,15% menjadi 4,05%, sementara lima tahun turun dari 4,8% menjadi 4,75%.
Di awal pekan PBoC juga menurunan suku bunga Medium-term Lending Facility (MLF) tenor setahun dari 3,25% menjadi 3,15%. Selain itu PBoC juga akan menggelontorkan dana senilai US$ 29 miliar dalam bentuk pinjaman jangka menengah.
Bukan di pekan ini saja China bertindak, di awal bulan lalu PBoC sudah menurunkan suku bunga reverse repo tenor 7 hari i menjadi 2,4%, sementara tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55%. Selain itu PBoC menyuntikkan likuiditas senilai 1,7 triliun yuan (US$ 242,74 miliar) melalui operasi pasar terbuka.
Stimulus yang diberikan PBoC diharapkan mampu meredam dampak wabah cirus corona ke perekonomian, sehingga sentimen pelaku pasar membaik dari masuk kembali ke aset-aet berisiko. Akibatnya emas yang merupakan aset aman (safe haven) diterpa aksi ambil untung (profit taking) yang membuat harganya melemah.
Sementara pada hari ini, Kamis (20/2/2020) pukul 13:40 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.606,26/troy ons, melemah 0,25% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Penguatan tajam dalam dua hari terakhir dipicu oleh "produk turun" dari wabah virus corona yang melanda China dan diprediksi memangkas pertumbuhan ekonomi Negeri Tiongkok. Dari sisi makro, "produk turunan" virus corona yakni risiko terjadinya resesi, sementara dari sisi mikro penurunan pendapatan perusahaan.
Pemerintah Singapura di awal pekan ini memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini. Mengutip Reuters, Singapura memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2020 ada di kisaran -0,5%-1,5%. Padahal sebelumnya, pemerintah memproyeksikan, pertumbuhan di kisaran 0,5%-2,5%.
Setelah Singapura, Jerman juga sudah waspada. Pertumbuhan ekonomi Negeri Panser di kuartal IV-2019 stagnan alias tidak tumbuh dari kuartal sebelumnya. Pada tahun lalu, Jerman sudah nyaris mengalami resesi akibat perang dagang AS dengan China.
Selanjutnya Jepang, negara dengan nilai ekonomi terbesar ketiga di dunia, yang sudah dekat dengan resesi. Perekonomian Jepang berkontraksi tajam di kuartal IV-2019, bahkan menjadi yang terdalam sejak 6 tahun terakhir. Data dari Cabinet Office menunjukkan produk domestic bruto (PBD) kuartal IV-2019 berkontraksi 1,6% quarter-on-quarter (QoQ), menjadi yang terdalam sejak kuartal II-2014.
Sementara itu raksasa teknologi asal AS, Apple Inc. menyatakan pendapatan di kuartal II tahun fiskal 2020 akan lebih rendah dari prediksi sebelumnya akibat wabah Covid-19, yang menyebabkan gangguan suplai serta penurunan penjualan di China. Apple sebelumnya memberikan prediksi penjualan bersih akan mencapai US$ 63 miliar sampai US$ 67 miliar.
Apple Inc. merupakan perusahaan dengan kapitalisasi pasar lebih dari US$ 1,3 triliun. Sebagai perbandingan nilai perekonomian Indonesia di tahun 2018 sebesar US$ 1,042 triliun, masih di bawah kapitalisasi pasar Apple. Di tahun yang sama, nilai ekonomi AS sebagai yang terbesar di dunia sebesar US$ 20,5 triliun, itu artinya kapitalisasi pasar perusahaan pembuat iPhone ini sekitar 6,3% dari nilai ekonomi AS.
Tidak hanya itu melansir Investopedia yang melihat data World Bank, hanya ada 14 negara yang nilai ekonominya lebih besar dari Apple.
Maka ketika Apple mengumumkan kemungkinan penurunan pendapatan akan memberikan dampak buruk ke sentimen pelaku pasar. Apalagi banyak perusahaan yang bermitra dengan Apple di berbagai negara, sehingga bursa saham global akan terguncang.
Tetapi efek dari pernyataan Apple tidak berlangsung lama, saham Apple yang sebelumnya anjlok 1,8% pada perdagangan Selasa, berbalik menguat 1,5% kemarin.
Tom Essaye, co-founder The Seven Report, mengatakan kurangnya update panduan pendapatan Apple menunjukkan produsen iPhone tersebut tidak tahu seberapa besar dampak dari wabah virus corona, sebagaimana dilansir CNBC International.
Itu artinya ada kemungkinan pendapatan Apple tidak akan tergerus banyak seperti yang ditakutkan, sehingga saham Apple kembali naik.
Selain itu, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) menurunkan suku bunga acuan kredit perbankan (Loan Prime Rate/LPR) yang membuat bursa saham Asia menguat, dan membuat harga emas terkoreksi.
Untuk LPR tenor setahun turun dari 4,15% menjadi 4,05%, sementara lima tahun turun dari 4,8% menjadi 4,75%.
Di awal pekan PBoC juga menurunan suku bunga Medium-term Lending Facility (MLF) tenor setahun dari 3,25% menjadi 3,15%. Selain itu PBoC juga akan menggelontorkan dana senilai US$ 29 miliar dalam bentuk pinjaman jangka menengah.
Bukan di pekan ini saja China bertindak, di awal bulan lalu PBoC sudah menurunkan suku bunga reverse repo tenor 7 hari i menjadi 2,4%, sementara tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55%. Selain itu PBoC menyuntikkan likuiditas senilai 1,7 triliun yuan (US$ 242,74 miliar) melalui operasi pasar terbuka.
Stimulus yang diberikan PBoC diharapkan mampu meredam dampak wabah cirus corona ke perekonomian, sehingga sentimen pelaku pasar membaik dari masuk kembali ke aset-aet berisiko. Akibatnya emas yang merupakan aset aman (safe haven) diterpa aksi ambil untung (profit taking) yang membuat harganya melemah.
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular