
Turki Perang Lawan Suriah, Mata Uang Lira Loyo
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 February 2020 13:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi geopolitik Timur Tengah yang memanas, terutama di Suriah, mulai berdampak ke bidang ekonomi. Turki, negara yang sedang gontok-gontokan dengan Suriah, kembali mengalami pelemahan mata uang.
Pada Kamis (20/2/2020) pukul 13:13 WIB, US$ 1 setara dengan TRY 6,0884. Lira Turki melemah 0,46% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) dan menyentuh titik terlemah sejak Mei tahun lalu.
Mata uang Negeri Kebab sedang dalam tren melemah. Dalam sebulan terakhir, lira terdepresiasi 3,02%.
Investor mencemaskan hubungan Turki-Suriah yang memanas di wilayah Idlib. Ankara berencana menambah kekuatan mliter di sana, sesuatu yang bisa menaikkan eskalasi konflik. Turki memberi waktu bagi pasukan Suriah untuk menarik pasukan dari pos pemantauan di daerah tersebut.
Selain itu, depresiasi lira juga dipicu oleh penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral Turki (TCMB). Kemarin, TCMB memangkas suku bunga acuan 50 basis poin (bps) menjadi 10,75%. Sejak Juli tahun lalu, penurunan suku bunga acuan di Turki mencapai 1.325 bps.
Pemangkasan suku bunga acuan dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Tahun lalu, Turki sempat mengalami resesi sebelum bangkit pada kuartal III.
Akan tetapi, penurunan suku bunga membuat berinvestasi di aset-aset berbasis mata uang lira menjadi kurang menarik. Imbalan investasi yang didapatkan tidak besar, belum lagi tergerus oleh inflasi.
Ya, laju inflasi di Turki masih lumayan tinggi. Pada Januari 2020, inflasi Turki tercatat 12,15% year-on-year (YoY), tertinggi sejak Agustus tahun lalu.
Di tengah situasi ekonomi domestik yang penuh keprihatinan, Turki masih harus meladeni Suriah di medan tempur. Sebuah kombinasi yang membuat pelaku pasar sangat tidak nyaman.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/sef) Next Article Mata Uang Negeri Erdogan Anjlok, Terlemah Sepanjang Sejarah!
Pada Kamis (20/2/2020) pukul 13:13 WIB, US$ 1 setara dengan TRY 6,0884. Lira Turki melemah 0,46% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) dan menyentuh titik terlemah sejak Mei tahun lalu.
Investor mencemaskan hubungan Turki-Suriah yang memanas di wilayah Idlib. Ankara berencana menambah kekuatan mliter di sana, sesuatu yang bisa menaikkan eskalasi konflik. Turki memberi waktu bagi pasukan Suriah untuk menarik pasukan dari pos pemantauan di daerah tersebut.
Selain itu, depresiasi lira juga dipicu oleh penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral Turki (TCMB). Kemarin, TCMB memangkas suku bunga acuan 50 basis poin (bps) menjadi 10,75%. Sejak Juli tahun lalu, penurunan suku bunga acuan di Turki mencapai 1.325 bps.
Pemangkasan suku bunga acuan dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Tahun lalu, Turki sempat mengalami resesi sebelum bangkit pada kuartal III.
Akan tetapi, penurunan suku bunga membuat berinvestasi di aset-aset berbasis mata uang lira menjadi kurang menarik. Imbalan investasi yang didapatkan tidak besar, belum lagi tergerus oleh inflasi.
Ya, laju inflasi di Turki masih lumayan tinggi. Pada Januari 2020, inflasi Turki tercatat 12,15% year-on-year (YoY), tertinggi sejak Agustus tahun lalu.
Di tengah situasi ekonomi domestik yang penuh keprihatinan, Turki masih harus meladeni Suriah di medan tempur. Sebuah kombinasi yang membuat pelaku pasar sangat tidak nyaman.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/sef) Next Article Mata Uang Negeri Erdogan Anjlok, Terlemah Sepanjang Sejarah!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular