Dijepit The Fed dan Ancaman Resesi, Rupiah Tak Bergigi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 February 2020 10:03
Corona dan Resesi Bikin Ngeri
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Meski berjaya di Asia, dolar AS belum mampu menundukkan yen. Mata uang Negeri Matahari Terbit adalah aset aman (safe haven) yang merupakan primadona kala pasar dilanda ketidakpastian.

Ya, sejatinya ketidakpastian masih sangat tinggi karena penyebaran virus Coorna yang kian masif. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 09:13 WIB, jumlah kasus Corona di seluruh dunia mencapai 75.674. Korban jiwa sudah lebih dari 2.000 orang, tepatnya 2.126.


Aktivitas ekonomi lesu gara-gara virus Corona, terutama di China. Berbagai kalangan mulai mengingatkan soal risiko gelombang Pemutusan Hubungan (PHK) di Negeri Panda.

"Pasar tenaga kerja masih oke pada kuartal I ini. Namun jika penyebaran virus tidak bisa teratasi sampai akhir Maret, maka mungkin kita akan melihat gelombang PHK. Kami memperkirakan akan ada 4,5 juta pekerjaan yang hilang," tegas Dan Wang, Analis Economist Intelligence Unit, seperti diberitakan Reuters.

China adalah perekonomian terbesar kedua dunia yang memegang peran penting dalam rantai pasok global. Riset DBS menyebutkan China menyumbang 30-40% dari total ekspor produk tekstil dan alas kaki global. Selain itu, sekitar 20% ekspor mesin dan peralatan listrik dunia berasal dari Negeri Tirai Bambu.


Oleh karena itu, perlambatan ekonomi di China pasti akan mempengaruhi perekonomian dunia. Bahkan sejumlah negara sudah mulai mendekati jurang resesi seperti Singapura.

Risiko resesi yang meninggi membuat pelaku pasar enggan bermain agresif. Sikap investor yang bermain aman membuat yen mampu menjadi satu-satunya mata uang Asia yang mampu menguat.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular