Nyangkut Triliun, Kenapa Jiwasraya-Asabri Beli Saham Bentjok?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
20 February 2020 07:19
Jiwasraya Beli Saham Bentjok Rp 13 T
Foto: Forum Korban Jiwasraya. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Asuransi Jiwasraya, Hexana Tri Sasongko, menyampaikan kepemilikan perseroan pada saham perusahaan Bentjok mencapai Rp 13 triliun. 

Hal tersebut disampaikan oleh Hexana saat menjawab pertanyaan dari Anggota Komisi VI DPR RI Mukhtarudin saat rapat Komisi VI dengan sejumlah BUMN.

"Yang terafiliasi ada sekitar Rp 13 triliun," kata Hexana. 

Setelah mendengar jawaban Hexana tersebut, Mukhtarudin mengatakan jumlah tersebut sangat besar. Ia pun meminta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan audit pada Jiwasraya.

"Banyak ini, ada ga asetnya mereka Rp 13 triliun ini musibah yang akhirnya. Mau ga mau demi rakyat terpaksa negara harus turun tangan, ini miris lah tanggungjawab biar ga terjadi lagi seperti ini. Saya rekomendasikan kan Jiwasraya sudah di audit BPK, kalo bisa Asabri dan Taspen juga audit investigasi," kata Mukhatudin. 

Triliua Nyangkut, Kenapa Jiwasraya-Asabri Beli Saham BentjokFoto: Komisi 6 DPR (CNBC Indonesia/Anisatul Umah)

Sebelumnya, Kejaksaan Agung (Kejagung) mengungkapkan meski masih harus dihitung BPK, potensi kerugian negara dari kasus dugaan korupsi Jiwasraya bisa mencapai Rp 17 triliun. Nilai tersebut berasal dari penyidikan atas berkas selama 10 tahun, dari 2008 hingga 2018.

"Ya dari 2008 yang kita sidik tuh 2008 sampai 2018, sehingga kerugiannya cukup besar. Perkiraan kemungkinan sekitar angka Rp 17 triliun, tapi real di hitungan BPK-lah. Akan berkembang terus nanti," kata Direktur Penyidikan pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejagung, Febrie Adriansyah, di Jakarta, Jumat (14/2/2020).

Hexana juga belum menjelaskan detail historis Jiwasraya (manajemen lama) yang berani masuk ke saham-saham Bentjok dan Heru Hidayat.

Namun sebagai informasi, Produk Saving Plan milik Jiwasraya yang ditawarkan melalui bancassurance dan kini gagal bayar mencapai Rp 16 triliun tahun ini ternyata dijanjikan memiliki guaranted return sebesar 9-13% per tahan selama 2013-2018 dengan periode pencairan setiap tahun.


Return ini lebih besar dari deposito full year 2018 antara 5,2-7% per tahun dan lebih besar dari obligasi korporasi dengan rating single A (idA) hingga triple A (AAA) antara 8-9,5% per tahun. Bahkan return Jiwasraya juga bahkan lebih tinggi dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama tahun 2018 yakni 2,3%.

Menteri BUMN periode 2011-2014 Dahlan Iskan pun sempat menyinggung kekeliruan ini.

"Jiwasraya belanja saham Henson [Hanson] ketika harganya Rp 1.300/lembar. Sebanyak Rp 760 miliar. Banyak yang menilai itu kemahalan. Tapi itulah harga resmi di pasar modal. Setahun kemudian harga saham itu naik drastis. Menjadi Rp 1.865/lembar," kata mantan bos Jawa Pos ini.

"Saat inilah [harga tinggi] mestinya Jiwasraya jual saham. Bisa untung lebih Rp 100 miliar. Tapi itu tidak dilakukan. Mungkin menunggu harga naik lagi. Padahal setelah itu saham Hanson terjun bebas. Ke dasar jurang yang paling dalam: tinggal Rp 50/lembar," jelasnya, dalam tulisan diblognya berjudul, "Nasib Benny",diunggah pada Kamis (16/1/2020). (tas/tas)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular