
Dampak Corona ke Sektor Perbankan, Ini Kata Bos Bank Mandiri
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
19 February 2020 20:42

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menargetkan sepanjang tahun 2020 pertumbuhan kredit bisa tumbuh di kisaran 10%. Target ini tak jauh berbeda dengan realisasi pertumbuhan kredit perseroan sepanjang tahun 2019 di level 10,7%.
Direktur Utama Bank Mandiri, Royke Tumilaar, tetap optimistis target tersebut dapat tercapai, kendati pada semester pertama tahun ini terdapat katalis negatif dari meluasnya penyebaran virus korona (Covid-19) di China.
"Saya berharap, [pertumbuhan kredit] tetap mungkin di hampir 10%," kata Royke Tumilaar, Kamis (19/2020) di Jakarta.
Namun, Royke melanjutkan, dampak dari meluasnya virus korona akan berdampak pada kenaikan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di kisaran 0,2%-0,3%.
Pasalnya, sejumlah sektor terkena dampaknya seperti pariwisata, industri farmasi karena mengimpor bahan baku dari China dan komoditas seperti batu bara hingga sektor otomotif.
"Pasti sektor pariwisata nomor satu, baru kita lihat industri yang ada bahan baku impor dari China. Otomotif yang sparepart-nya dari China sekarang mungkin produksi berkurang, kalau berkurang kan pasti akan terjadi gejolak harga," kata dia.
Seperti disampaikan sebelumnya, dalam paparan di Kompleks Parlemen, bank dengan kode saham BMRI ini menargetkan laba bersih 2020 ditargetkan akan meningkat 6-7%.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah ditargetkan akan turun ke level 2,4%-2,5% dari prognosa tahun 2019 di kisaran 2,5% - 2,6%.
Adapun empat strategi yang dijalankan BMRI adalah mendorong segmen kredit ritel selain menyalurkan kredit ke core segment. Fokus pada perolehan dana murah untuk menjaga biaya dana atau cost of fund agar lebih terkendali.
Strategi selanjutnya, pengendalian efisiensi sehingga mampu berkompetisi dengan baik dan menjaga produktivitas melalui pengembangan kapabilitas dan kapasitas pegawai.
(hoi/hoi) Next Article Target Bank Mandiri 2020: Kredit Tumbuh 11%, Laba Naik 7%
Direktur Utama Bank Mandiri, Royke Tumilaar, tetap optimistis target tersebut dapat tercapai, kendati pada semester pertama tahun ini terdapat katalis negatif dari meluasnya penyebaran virus korona (Covid-19) di China.
"Saya berharap, [pertumbuhan kredit] tetap mungkin di hampir 10%," kata Royke Tumilaar, Kamis (19/2020) di Jakarta.
Pasalnya, sejumlah sektor terkena dampaknya seperti pariwisata, industri farmasi karena mengimpor bahan baku dari China dan komoditas seperti batu bara hingga sektor otomotif.
"Pasti sektor pariwisata nomor satu, baru kita lihat industri yang ada bahan baku impor dari China. Otomotif yang sparepart-nya dari China sekarang mungkin produksi berkurang, kalau berkurang kan pasti akan terjadi gejolak harga," kata dia.
Seperti disampaikan sebelumnya, dalam paparan di Kompleks Parlemen, bank dengan kode saham BMRI ini menargetkan laba bersih 2020 ditargetkan akan meningkat 6-7%.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah ditargetkan akan turun ke level 2,4%-2,5% dari prognosa tahun 2019 di kisaran 2,5% - 2,6%.
Adapun empat strategi yang dijalankan BMRI adalah mendorong segmen kredit ritel selain menyalurkan kredit ke core segment. Fokus pada perolehan dana murah untuk menjaga biaya dana atau cost of fund agar lebih terkendali.
Strategi selanjutnya, pengendalian efisiensi sehingga mampu berkompetisi dengan baik dan menjaga produktivitas melalui pengembangan kapabilitas dan kapasitas pegawai.
(hoi/hoi) Next Article Target Bank Mandiri 2020: Kredit Tumbuh 11%, Laba Naik 7%
Most Popular