5 Fakta Anjloknya Dolar Singapura, Nomor 3 Bikin Was-was

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 February 2020 07:16
Gegara virus corona (Covid-19) dari Wuhan, China, pasar mata uang pun terdampak.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Gegara virus corona (Covid-19) dari Wuhan, China, pasar mata uang pun terdampak. Kali ini giliran dolar Singapura. Nilai tukar dolar Singapura melemah melawan rupiah di awal perdagangan Selasa kemarin (18/2/2020) dan sekali lagi nyaris ke bawah Rp 9.800/SG$.

Wabah virus corona membuat Singapura yang terancam mengalami resesi membuat mata uangnya terus mengalami tekanan.

Di awal perdagangan kemarin, dolar Singapura melemah 0,12% ke Rp 9.810,26/SG$ di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Level tersebut merupakan yang terlemah sejak September 2017. Level Rp 9.800/SG$ menjadi level "keramat", beberapa kali setelah mendekati level tersebut dolar Singapura berhasil bangkit termasuk hari ini. Pada pukul 11:15 WIB, SG$ 1 setara Rp 9.838,22, atau menguat 0,16%.





Sebelum ancaman resesi muncul, dolar Singapura sebenarnya sudah dalam tren menurun.

Sepanjang tahun ini, dolar Singapura sudah melemah nyaris 5% melawan rupiah.

Berikut beberapa fakta di balik merosotnya kurs dolar Singapura.


1. 10 Besar Mata Uang Terburuk di Dunia

Tidak hanya melawan rupiah, dolar Singapura juga melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan melawan dolar AS tersebut menjadi acuan kinerja bagi suatu mata uang.

Sepanjang tahun ini hingga Senin lalu, dolar Singapura melemah 3,4% melawan dolar AS, dan termasuk dalam 10 besar mata uang dengan kinerja terburuk di tahun ini, berdasarkan data Refnitiv.

Hal tersebut tentunya berbanding terbalik dengan rupiah yang menjadi mata uang dengan kinerja terbaik ketiga. Bahkan beberapa pekan lalu, Mata Uang Garuda sempat menjadi juara dunia atau mata uang dengan kinerja terbaik melawan dolar AS.



2. Tahun 2018 Dolar Singapura Capai Rekor Tertinggi Sepanjang Masa Rp 11.000

Pada tahun 2018, nilai tukar rupiah mengalami gejolak akibat bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) yang agresif menaikkan suku bunga. Sepanjang tahun itu, The Fed menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali, untuk mengimbanginya Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga hingga 6 kali.

Meski demikian rupiah masih terus terpuruk, melawan dolar AS rupiah melemah hingga ke atas Rp 15.000/US$ dan mendekati level terlemah sepanjang masa di tahun 1998.

Kinerja rupiah bahkan juga buruk lagi di hadapan dolar Singapura yang berhasil mencapai rekor tertinggi sepanjang masa Rp 11.082/SG$ pada 12 Oktober 2018. Sejak awal tahun hingga di rekor tertinggi tersebut, dolar Singapura menguat lebih dari 9%.

Namun sejak mencapai rekor tertinggi tersebut keadaan berbalik, dolar Singapura terus melemah melawan rupiah. Jika ditotal sejak mencapai rekor tertinggi hingga Senin kemarin dolar Singapura sudah melemah lebih dari 11%.

3. Singapura "dihantui" resesi sejak 2019
Terus melemahnya nilai tukar dolar Singapura sejak akhir 2018 akibat "hantu" resesi yang mulai menggentayangi. Sebabnya pelambatan ekonomi China akibat perang dagang dengan AS.

Setelah perang dagang AS-China, kini wabah virus corona membuat perekonomian China diprediksi semakin melambat.

Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Chan Chun Sing, mengatakan Singapura harus "siap secara mental" menghadapi virus corona yang dampaknya akan lebih "luas, dalam, dan panjang" dari wabah SARS tahun 2003 lalu. Sebabnya, nilai perdagangan Singapura dan China saat ini sudah naik empat kali lipat dibandingkan tahun 2003.

China adalah negara mitra dagang utama Singapura. Pada 2018, ekspor Singapura ke China mencapai US$ 50,4 miliar atau menyumbang 13% dari total ekspor.

Dengan perlambatan ekonomi China, tentu permintaan terhadap produk-produk dari luar negeri akan ikut berkurang. Artinya, ekspor Singapura sudah pasti terpukul.

4. Sektor Pariwisata Singapura Diprediksi Jeblok
Negeri Merlion merupakan salah satu tujuan wisata yang terkenal di dunia. Namun wabah Covid-19 diprediksi membuat pariwisata Singapura jeblok.

Singapura menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak kedua setelah China. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis dari Johns Hopkins CSSE hingga saat ini ada 77 kasus Covid-19 di Negeri Merlion.

"Sektor pariwisata telah terkena dampak langsung dari penyebaran virus corona, akibat penurunan kedatangan wisatawan, khususnya dari China" kata Singapore Tourism Board (STB) sebagaimana dilansir Channel News Asia.

Berdasarkan data STB sepanjang tahun 2019, ada sebanyak 3,6 juta wisatawan dari China yang berkunjung ke Singapura, angka tersebut merupakan 20% dari total wisatawan sepanjang tahun lalu.

Sementara itu, total pendapatan Singapura dari sektor pariwisata mencapai SG$ 27,1 miliar di tahun 2018. Akibat wabah Covid-19, pendapatan dari sektor pariwisata bisa menguap.


5. Pemerintah Singapura Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Dampak dari virus corona ke sektor ekonomi Singapura sangat terlihat di sektor perdagangan dan pariwisata. Akibatnya pemerintah Singapura memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun ini.

Kementerian Perdagangan Singapura memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2020 ada di kisaran -0,5%-1,5%. Persentase tersebut diturunkan dari sebelumnya di kisaran 0,5%-2,5%.

Tidak hanya penurunan proyeksi PDB, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong bahkan mengatakan kemungkinan terjadinya resesi.

"Saya tidak bisa mengatakan apakah kita akan mengalami resesi atau tidak. Itu adalah kemungkinan, tetapi yang pasti perekonomian akan terpukul" katanya sebagaimana dilansir Strait Times.



TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article Giliran Dolar Singapura Melempem, Ini 5 Faktanya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular