Pasar RI Libur, Kurs Dolar Singapura Malah Terendah 2 Bulan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 October 2020 14:54
Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura melemah dalam 2 hari terakhir melawan rupiah hingga ke level terendah nyaris 2 bulan terakhir, meski pasar finansial Indonesia sedang libur.

Sejak Rabu hingga hari ini, Jumat (30/10/2020), pasar finansial dalam negeri libur cuti bersama, dalam rangka bersama perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Kamis kemarin, dan baru dibuka lagi pada Senin (2/10/2020) pekan depan.

Meski demikian, tetap saja rupiah berjaya melawan dolar Singapura di pasar luar negeri.

Melansir data Refinitiv, dolar Singapura kemarin melemah 0,12% ke Rp 10.692,61/SG$ yang merupakan level terendah sejak 2 September lalu. Sementara pada hari Rabu, mata uang Negeri Merlion ini melemah 0,35%.

Baru pada hari ini, dolar Singapura menguat 0,14% ke Rp 10.707,48/SG$ pada pukul 13:24 WIB. Wajar dolar Singapura balik menguat, ada faktor teknikal melihat posisinya di level terendah dalam 2 bulan terakhir. Apalagi pekan depan Indonesia akan merilis data pertumbuhan ekonomi.

Indonesia sudah pasti mengalami yang pertama kalinya dalam 22 tahun terakhir, tetapi seberapa besar kontraksi ekonomi yang menjadi misteri, dan dinanti pelaku pasar.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekonomi kuartal III-2020 akan berada di kisaran minus 1% hingga 2,9%.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 akan dirilis pada 5 November mendatang, setelah mengalami kontraksi 5,32% di kuartal II-2020.

Singapura sudah terlebih dahulu mengalami resesi di kuartal II-2020, bahkan berlanjut di kuartal III. Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura pada pertengahan Oktober lalu melaporkan PDB kuartal III-2020 sebesar -7% year-on-year (YoY).

Meski masih berkontraksi, tetapi lebih baik dari kuartal sebelumnya -13,3% YoY. Di kuartal I lalu, PDB juga mengalami kontraksi, -0,3% YoY, sehingga Singapura resmi memasuki resesi sejak kuartal II lalu.

Secara umum, suatu negara dikatakan mengalami resesi jika PDB mengalami kontraksi 2 kuartal beruntun secara YoY.

Sehingga, Singapura kini sudah mengalami resesi selama 9 bulan. Kabar baiknya, menurut National Bureau of Economic Research (NBER), lembaga swasta non-profit di AS, rata-rata lamanya waktu resesi adalah 11 bulan, artinya ada peluang Singapura akan sebentar lagi akan bangkit.

Tetapi patut digarisbawahi, resesi kali ini tidak seperti sebelumnya yang disebabkan oleh pandemi penyakit virus corona (Covid-19). Jadi, pemulihan ekonomi akan sangat tergantung dari kesuksesan meredam penyebaran Covid-19.

International Monetary Fund (IMF) dalam laporan terbarunya memprediksi PDB Singapura sepanjang 2020 akan mengalami kontraksi sebesar 6%, tetapi akan tumbuh 5% di tahun depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Semester I, Cuan Mana Investasi Dolar Singapura vs Australia?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular