
Konsumsi Anjlok Produksi Malah Naik, CPO Tertekan
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
18 February 2020 11:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) kembali tertekan setelah kemarin sempat bergerak naik. Keperkasaan harga CPO harus tumbang akibat wabah virus corona yang menyerang China.
Pada perdagangan kedua pekan ini, Selasa (18/2/2020) harga CPO kontrak pengiriman bulan Mei 2020 di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) berada di level RM 2.634/ton turun 0,57%. Sebelumnya harga CPO di tutup di level RM 2.649/ton.
Anjloknya harga CPO akhir-akhir ini tak lepas dari dua sentimen utama yang datang dari India dan China. Dari India, negeri Bollywood tersebut per 8 Januari lalu menetapkan larangan untuk melakukan impor minyak sawit olahan.
Hubungan India dan Malaysia pun juga sedang tak harmonis menyusul kritikan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad atas sikap India yang tidak toleran dan cenderung anti-Islam.
Kritik tersebut berbuntut panjang. India dikabarkan melakukan aksi retaliasi. Salah satu bentuknya adalah boikot minyak sawit dari Malaysia. Hal ini membuat permintaan dari pembeli minyak nabati terbesar di dunia menurun.
Harga CPO juga masih dibayang-bayangi oleh merebaknya kasus virus corona di China. Virus yang resmi diberi nama COVID-19 oleh WHO ini terus menelan korban setiap harinya. Jumlah korban meninggal juga terus bertambah
Berdasarkan data terbaru John Hopkins University CSSE, jumlah kasus yang dilaporkan secara global mencapai 73.335, sementara jumlah korban yang meninggal mencapai 1.873 orang.
China merupakan pembeli minyak nabati terbesar kedua setelah India. Kalau wabah ini terus merebak maka yang ditakutkan adalah permintaan minyak nabati jadi terkena dampaknya.
Menurut survei yang dilakukan oleh beberapa surveyor kargo, ekspor minyak sawit Malaysia hingga pertengahan Februari diperkirakan turun 6,7% - 10% dibanding bulan sebelumnya.
Jumlah penurunan tersebut lebih rendah jika dibanding periode 10 hari awal Februari yang mencapai 20% - 29,4% dibanding periode yang sama bulan Januari.
Beralih ke Eropa, impor minyak sawit dari benua biru ini untuk periode 2019/2020 yang dimulai pada 1 Juli - 16 Februari dikabarkan turun 17% menjadi 3,38 juta ton.
Penurunan permintaan juga dibarengi dengan kemungkinan peningkatan output pada Februari. Reuters melaporkan produksi di semenanjung selatan Malaysia diperkirakan naik 42,52% mengutip data asosiasi industri.
Kala permintaan berpotensi turun sementara produksi malah mengalami kenaikan, wajar saja jika harga mengalami tekanan. Itulah yang dialami oleh harga CPO kali ini. Â
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Ekspor Malaysia Anjlok, Harga CPO Tak Lagi Perkasa
Pada perdagangan kedua pekan ini, Selasa (18/2/2020) harga CPO kontrak pengiriman bulan Mei 2020 di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) berada di level RM 2.634/ton turun 0,57%. Sebelumnya harga CPO di tutup di level RM 2.649/ton.
Anjloknya harga CPO akhir-akhir ini tak lepas dari dua sentimen utama yang datang dari India dan China. Dari India, negeri Bollywood tersebut per 8 Januari lalu menetapkan larangan untuk melakukan impor minyak sawit olahan.
Hubungan India dan Malaysia pun juga sedang tak harmonis menyusul kritikan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad atas sikap India yang tidak toleran dan cenderung anti-Islam.
Harga CPO juga masih dibayang-bayangi oleh merebaknya kasus virus corona di China. Virus yang resmi diberi nama COVID-19 oleh WHO ini terus menelan korban setiap harinya. Jumlah korban meninggal juga terus bertambah
Berdasarkan data terbaru John Hopkins University CSSE, jumlah kasus yang dilaporkan secara global mencapai 73.335, sementara jumlah korban yang meninggal mencapai 1.873 orang.
China merupakan pembeli minyak nabati terbesar kedua setelah India. Kalau wabah ini terus merebak maka yang ditakutkan adalah permintaan minyak nabati jadi terkena dampaknya.
Menurut survei yang dilakukan oleh beberapa surveyor kargo, ekspor minyak sawit Malaysia hingga pertengahan Februari diperkirakan turun 6,7% - 10% dibanding bulan sebelumnya.
Jumlah penurunan tersebut lebih rendah jika dibanding periode 10 hari awal Februari yang mencapai 20% - 29,4% dibanding periode yang sama bulan Januari.
Beralih ke Eropa, impor minyak sawit dari benua biru ini untuk periode 2019/2020 yang dimulai pada 1 Juli - 16 Februari dikabarkan turun 17% menjadi 3,38 juta ton.
Penurunan permintaan juga dibarengi dengan kemungkinan peningkatan output pada Februari. Reuters melaporkan produksi di semenanjung selatan Malaysia diperkirakan naik 42,52% mengutip data asosiasi industri.
Kala permintaan berpotensi turun sementara produksi malah mengalami kenaikan, wajar saja jika harga mengalami tekanan. Itulah yang dialami oleh harga CPO kali ini. Â
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(twg/twg) Next Article Ekspor Malaysia Anjlok, Harga CPO Tak Lagi Perkasa
Most Popular