
Internasional
Tak Kompak dengan RI, Malaysia Batal Gugat Eropa Soal CPO
Thea Fathanah Abrar, CNBC Indonesia
14 February 2020 11:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Malaysia dikabarkan batal mengajukan gugatan lewat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait pembatasan biofuel berbasis minyak kelapa sawit (CPO) yang dilakukan Uni Eropa.
Padahal sejak Juli 2019, negeri yang dipimpin Perdana Menteri Mahathir Mohamad itu mengatakan akan mengirimkan gugatan pada November tahun lalu.
Sebaliknya, Malaysia akan berusaha meyakinkan Eropa mereview aturan tersebut pada pertemuan yang diselenggarakan 2021 mendatang.
Langkah ini tentunya berbeda dengan Indonesia. Di mana negeri ini, sudah mengajukan gugatan terlebih dahulu pada Desember 2019.
"Kami memang pernah memiliki niat (menggugat), tetapi kami memikirkannya sevbelum bertemu dengan Eropa ... Kami tidak seharusnya mengajukan gugatan dengan tergesa-gesa," kata Menteri Industri Primer Malaysia Teresa Kok, seperti yang diberitakan oleh Reuters, Kamis (13/2/2020).
"Ini yang kami sampaikan ke Indonesia juga."
Teresa yang bertemu dengan Komisioner Energi Uni Eropa pada Rabu (12/2/2020), juga mengatakan minyak sawit Malaysia jauh lebih hijau dari pada klaim para pengkritiknya.
Pemerintah Malaysia menegaskan jika luasan hutan di negeri jiran tersebut tetap berada diatas 50%. Sementara hasil minyak kelapa sawit per hektar jauh melebihi minyak lain, seperti dari lobak atau kedelai.
Konsumsi minyak sawit oleh Uni Eropa dalam makanan terus menurun, tetapi penggunaannya sebagai bahan bakar nabati meningkat. Tahun lalu, blok itu mengkonsumsi lebih dari 7 juta ton, dengan sekitar 65% energi.
Indonesia dan Malaysia, yang memproduksi lebih dari 85% minyak sawit dunia, dan Uni Eropa berencana untuk membahas masalah ini bersama-sama. Teresa mengatakan dia ingin diskusi itu dipercepat.
Sebelumnya, Komisi Eropa menuding kelapa sawit sebagai produk deforestasi yang berlebihan. Eropa juga mengklaim penggundulan hutan sebagai pengabaian pada target energi terbarukan.
Ini membuat diesel berbasis minyak sawit tidak akan dianggap sebagai energi terbarukan. Bahkan penggunaannya dalam bahan bakar transportasi secara efektif akan dihapus pada tahun 2024.
(sef/sef) Next Article Langkah Gapki Dukung RI Gugat Diskriminasi Uni Eropa
Padahal sejak Juli 2019, negeri yang dipimpin Perdana Menteri Mahathir Mohamad itu mengatakan akan mengirimkan gugatan pada November tahun lalu.
Langkah ini tentunya berbeda dengan Indonesia. Di mana negeri ini, sudah mengajukan gugatan terlebih dahulu pada Desember 2019.
"Kami memang pernah memiliki niat (menggugat), tetapi kami memikirkannya sevbelum bertemu dengan Eropa ... Kami tidak seharusnya mengajukan gugatan dengan tergesa-gesa," kata Menteri Industri Primer Malaysia Teresa Kok, seperti yang diberitakan oleh Reuters, Kamis (13/2/2020).
"Ini yang kami sampaikan ke Indonesia juga."
Teresa yang bertemu dengan Komisioner Energi Uni Eropa pada Rabu (12/2/2020), juga mengatakan minyak sawit Malaysia jauh lebih hijau dari pada klaim para pengkritiknya.
Pemerintah Malaysia menegaskan jika luasan hutan di negeri jiran tersebut tetap berada diatas 50%. Sementara hasil minyak kelapa sawit per hektar jauh melebihi minyak lain, seperti dari lobak atau kedelai.
Konsumsi minyak sawit oleh Uni Eropa dalam makanan terus menurun, tetapi penggunaannya sebagai bahan bakar nabati meningkat. Tahun lalu, blok itu mengkonsumsi lebih dari 7 juta ton, dengan sekitar 65% energi.
Indonesia dan Malaysia, yang memproduksi lebih dari 85% minyak sawit dunia, dan Uni Eropa berencana untuk membahas masalah ini bersama-sama. Teresa mengatakan dia ingin diskusi itu dipercepat.
Sebelumnya, Komisi Eropa menuding kelapa sawit sebagai produk deforestasi yang berlebihan. Eropa juga mengklaim penggundulan hutan sebagai pengabaian pada target energi terbarukan.
Ini membuat diesel berbasis minyak sawit tidak akan dianggap sebagai energi terbarukan. Bahkan penggunaannya dalam bahan bakar transportasi secara efektif akan dihapus pada tahun 2024.
(sef/sef) Next Article Langkah Gapki Dukung RI Gugat Diskriminasi Uni Eropa
Most Popular