
Hawa Resesi di Asia Bikin Rupiah Tak Berdaya
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 February 2020 10:09

Fokus perhatian investor masih ke penyebaran virus Corona yang semakin mengkhawatirkan. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 09:33 WIB, jumlah kasus Corona di seluruh dunia mencapai 73.332. Korban jiwa tercatat 1.873 orang.
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan bahwa laju pertumbuhan kasus baru virus Corona memang melambat. Namun bukan berarti kewaspadaan bisa dikendurkan.
"Data menunjukkan ada penurunan jumlah kasus baru. Namun ini harus dilihat dengan hati-hati, karena tren bisa berubah seiring dengan semakin luasnya cakupan penyebaran virus. Masih terlalu awal untuk menyatakan penurunan jumlah kasus ini akan terus berlanjut, seluruh skenario harus dipertimbangkan," jelasnya, seperti diberitakan Reuters.
Gara-gara Corona, aktivitas ekonomi China terhambat. Selepas libur Tahun Baru Imlek, roda perekonomian belum berputar normal. Aktivitas produksi belum mencapai titik maksimal.
Ekonomi global yang semakin terhubung membuat kesusahan di satu negara akan berdampak ke negara lain. Apalagi kita bicara China, kekuatan ekonomi terbesar di Asia dan nomor dua dunia.
Ketika permintaan di China turun akibat aktivitas yang lesu, maka ekspor dan investasi di negara lain bakal terganggu. Sejumlah negara pun mulai menyuarakan risiko resesi.
Misalnya Jepang. Pada kuartal IV-2019, ekonomi Jepang terkontraksi atau tumbuh negatif 6,3% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Jauh lebih dalam ketimbang ekspektasi pasar yaitu minus 3,7%.
"Ada risiko yang cukup besar ekonomi Jepang akan kembali terkontraksi pada kuartal I-2020. Sebab virus (Corona) akan berdampak terhadap ekspor dan pariwisata yang kemudian mempengaruhi konsumsi domestik. Ini tidak akan mampu ditutup oleh gelaran Olimpiade di Tokyo, kerusakan ekonomi sepertinya akan besar," tegas Tairo Saito, Executive Research Fellow di NLI Research Institute, seperti dikabarkan Reuters.
Kemudian Singapura juga sepertinya akan merasakan dampak virus Corona. Gabriel Liem, Sekretaris Perdana Menteri Singapura, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Negeri Singa pada 2020 akan berada di kisaran 0,5-1,5%. Turun dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 0,5-2,5%.
"Prospek ekonomi Singapura cenderung menurun. Penyebaran virus diperkirakan berdampak terhadap perekonomian Singapura," kata Lim, seperti dikutip dari Reuters.
Bahkan sebelumnya Perdana Menteri Lee Hsien Liong mengatakan bukan tidak mungkin negaranya bakal terjerumus ke jurang resesi. Dampak virus Corona ke perekonomian sudah akan terasa dalam jangka pendek.
"Dampaknya akan signifikan, setidaknya dalam beberapa kuartal ke depan. Penyebaran (virus Corona) sangat intensif. Saya tidak bisa mengatakan bahwa Singapura akan resesi atau tidak. Bisa saja, tetapi yang jelas perekonomian Singapura akan terpukul," ungkap Lee, seperti diberitakan Reuters.
Hantu resesi yang sudah lama terlupa kini datang lagi. Penyebabnya bukan perang dagang AS-China, tetapi virus Corona.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan bahwa laju pertumbuhan kasus baru virus Corona memang melambat. Namun bukan berarti kewaspadaan bisa dikendurkan.
"Data menunjukkan ada penurunan jumlah kasus baru. Namun ini harus dilihat dengan hati-hati, karena tren bisa berubah seiring dengan semakin luasnya cakupan penyebaran virus. Masih terlalu awal untuk menyatakan penurunan jumlah kasus ini akan terus berlanjut, seluruh skenario harus dipertimbangkan," jelasnya, seperti diberitakan Reuters.
Gara-gara Corona, aktivitas ekonomi China terhambat. Selepas libur Tahun Baru Imlek, roda perekonomian belum berputar normal. Aktivitas produksi belum mencapai titik maksimal.
Ekonomi global yang semakin terhubung membuat kesusahan di satu negara akan berdampak ke negara lain. Apalagi kita bicara China, kekuatan ekonomi terbesar di Asia dan nomor dua dunia.
Ketika permintaan di China turun akibat aktivitas yang lesu, maka ekspor dan investasi di negara lain bakal terganggu. Sejumlah negara pun mulai menyuarakan risiko resesi.
Misalnya Jepang. Pada kuartal IV-2019, ekonomi Jepang terkontraksi atau tumbuh negatif 6,3% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Jauh lebih dalam ketimbang ekspektasi pasar yaitu minus 3,7%.
"Ada risiko yang cukup besar ekonomi Jepang akan kembali terkontraksi pada kuartal I-2020. Sebab virus (Corona) akan berdampak terhadap ekspor dan pariwisata yang kemudian mempengaruhi konsumsi domestik. Ini tidak akan mampu ditutup oleh gelaran Olimpiade di Tokyo, kerusakan ekonomi sepertinya akan besar," tegas Tairo Saito, Executive Research Fellow di NLI Research Institute, seperti dikabarkan Reuters.
Kemudian Singapura juga sepertinya akan merasakan dampak virus Corona. Gabriel Liem, Sekretaris Perdana Menteri Singapura, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Negeri Singa pada 2020 akan berada di kisaran 0,5-1,5%. Turun dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 0,5-2,5%.
"Prospek ekonomi Singapura cenderung menurun. Penyebaran virus diperkirakan berdampak terhadap perekonomian Singapura," kata Lim, seperti dikutip dari Reuters.
Bahkan sebelumnya Perdana Menteri Lee Hsien Liong mengatakan bukan tidak mungkin negaranya bakal terjerumus ke jurang resesi. Dampak virus Corona ke perekonomian sudah akan terasa dalam jangka pendek.
"Dampaknya akan signifikan, setidaknya dalam beberapa kuartal ke depan. Penyebaran (virus Corona) sangat intensif. Saya tidak bisa mengatakan bahwa Singapura akan resesi atau tidak. Bisa saja, tetapi yang jelas perekonomian Singapura akan terpukul," ungkap Lee, seperti diberitakan Reuters.
Hantu resesi yang sudah lama terlupa kini datang lagi. Penyebabnya bukan perang dagang AS-China, tetapi virus Corona.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular