Hawa Resesi di Asia Bikin Rupiah Tak Berdaya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 February 2020 10:09
Hawa Resesi di Asia Bikin Rupiah Tak Berdaya
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih bisa menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun di pasar spot, rupiah semakin terjebak di jalur merah.

Pada Selasa (18/2/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.676. Rupiah menguat 0,12% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Akan tetapi, rupiah tidak berdaya di perdagangan pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.678 di mana rupiah melemah 0,21%.

Kala pembukaan pasar, rupiah stagnan di Rp 13.650/US$. Selepas itu mata uang Ibu Pertiwi sempat menguat tipis, tetapi itu tidak bertahan lama karena rupiah berbalik arah ke jalur merah.

Namun rupiah tidak sendiri. Mayoritas mata uang utama Asia pun tidak berdaya di hadapan dolar AS. Sejauh ini hanya dolar Hong Kong dan yen Jepang yang mampu menguat.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:07 WIB:





Fokus perhatian investor masih ke penyebaran virus Corona yang semakin mengkhawatirkan. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 09:33 WIB, jumlah kasus Corona di seluruh dunia mencapai 73.332. Korban jiwa tercatat 1.873 orang.

Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan bahwa laju pertumbuhan kasus baru virus Corona memang melambat. Namun bukan berarti kewaspadaan bisa dikendurkan.

"Data menunjukkan ada penurunan jumlah kasus baru. Namun ini harus dilihat dengan hati-hati, karena tren bisa berubah seiring dengan semakin luasnya cakupan penyebaran virus. Masih terlalu awal untuk menyatakan penurunan jumlah kasus ini akan terus berlanjut, seluruh skenario harus dipertimbangkan," jelasnya, seperti diberitakan Reuters.


Gara-gara Corona, aktivitas ekonomi China terhambat. Selepas libur Tahun Baru Imlek, roda perekonomian belum berputar normal. Aktivitas produksi belum mencapai titik maksimal.

Ekonomi global yang semakin terhubung membuat kesusahan di satu negara akan berdampak ke negara lain. Apalagi kita bicara China, kekuatan ekonomi terbesar di Asia dan nomor dua dunia.

Ketika permintaan di China turun akibat aktivitas yang lesu, maka ekspor dan investasi di negara lain bakal terganggu. Sejumlah negara pun mulai menyuarakan risiko resesi.

Misalnya Jepang. Pada kuartal IV-2019, ekonomi Jepang terkontraksi atau tumbuh negatif 6,3% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Jauh lebih dalam ketimbang ekspektasi pasar yaitu minus 3,7%.

"Ada risiko yang cukup besar ekonomi Jepang akan kembali terkontraksi pada kuartal I-2020. Sebab virus (Corona) akan berdampak terhadap ekspor dan pariwisata yang kemudian mempengaruhi konsumsi domestik. Ini tidak akan mampu ditutup oleh gelaran Olimpiade di Tokyo, kerusakan ekonomi sepertinya akan besar," tegas Tairo Saito, Executive Research Fellow di NLI Research Institute, seperti dikabarkan Reuters.


Kemudian Singapura juga sepertinya akan merasakan dampak virus Corona. Gabriel Liem, Sekretaris Perdana Menteri Singapura, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Negeri Singa pada 2020 akan berada di kisaran 0,5-1,5%. Turun dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 0,5-2,5%.

"Prospek ekonomi Singapura cenderung menurun. Penyebaran virus diperkirakan berdampak terhadap perekonomian Singapura," kata Lim, seperti dikutip dari Reuters.

Bahkan sebelumnya Perdana Menteri Lee Hsien Liong mengatakan bukan tidak mungkin negaranya bakal terjerumus ke jurang resesi. Dampak virus Corona ke perekonomian sudah akan terasa dalam jangka pendek.

"Dampaknya akan signifikan, setidaknya dalam beberapa kuartal ke depan. Penyebaran (virus Corona) sangat intensif. Saya tidak bisa mengatakan bahwa Singapura akan resesi atau tidak. Bisa saja, tetapi yang jelas perekonomian Singapura akan terpukul," ungkap Lee, seperti diberitakan Reuters.

Hantu resesi yang sudah lama terlupa kini datang lagi. Penyebabnya bukan perang dagang AS-China, tetapi virus Corona.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular