
Bos The Fed 'Tolak' Pangkas Bunga Acuan, Asing Keluar RI?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 February 2020 14:52

Terbatasnya ruang bagi BI untuk mengeksekusi pelonggaran kebijakan moneter tentu akan berdampak terhadap kinerja pasar saham Tanah Air.
Untuk diketahui, di sepanjang tahun 2020 (hingga penutupan perdagangan kemarin) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selaku indeks saham acuan di Indonesia sudah terkoreksi sebesar 5,48%.
Di bulan Februari yang biasanya baik untuk pasar saham Tanah Air, kinerja IHSG masih saja mengecewakan. Jika dihitung sejak awal bulan Februari hingga akhir perdagangan kemarin, IHSG baru membukukan apresiasi sebesar 0,24%.
Padahal jika berkaca kepada sejarah, sejatinya bulan Februari bisa dikatakan sebagai bulan yang bersahabat bagi pelaku pasar saham Tanah Air. Dalam 10 tahun terakhir (2010-2019), IHSG hanya tiga kali membukukan imbal hasil negatif secara bulanan pada bulan Februari, yakni pada tahun 2010, 2018, dan 2019.
Apresiasi terbaik IHSG pada bulan Februari terjadi pada tahun 2013. Per akhir Februari 2013, IHSG melejit hingga 7,68% jika dibandingkan dengan posisi per akhir Januari 2013.
Jika dirata-rata, IHSG membukukan imbal hasil sebesar 1,94% secara bulanan pada bulan Februari.
Aksi jual oleh investor asing menjadi faktor yang membebani kinerja IHSG di sepanjang tahun ini. Melansir data dari RTI, di sepanjang tahun ini (hingga berita ini diturunkan) investor asing telah membukukan jual bersih senilai Rp 1,74 triliun di pasar saham Tanah Air (pasar reguler).
Dengan semakin terbatasnya ruang bagi BI untuk mengeksekusi pelonggaran kebijakan moneter, aksi jual bisa terus menerpa pasar saham Indonesia dan menyebabkan IHSG semakin terpuruk.
Selain menekan kinerja IHSG, aksi jual oleh investor asing di pasar saham Indonesia juga akan menekan kinerja rupiah. Melansir data Refinitiv, di sepanjang tahun 2020 (hingga penutupan perdagangan kemarin) rupiah sudah menguat sebesar 1,59% melawan dolar AS di pasar spot.
Dibutuhkan suntikan energi yang begitu besar bagi rupiah untuk terus memukul mundur dolar AS. Kini, ruang bagi BI untuk mengeksekusi pelonggaran kebijakan moneter yang semakin terbatas justru berpotensi menekan kinerja rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Untuk diketahui, di sepanjang tahun 2020 (hingga penutupan perdagangan kemarin) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selaku indeks saham acuan di Indonesia sudah terkoreksi sebesar 5,48%.
Di bulan Februari yang biasanya baik untuk pasar saham Tanah Air, kinerja IHSG masih saja mengecewakan. Jika dihitung sejak awal bulan Februari hingga akhir perdagangan kemarin, IHSG baru membukukan apresiasi sebesar 0,24%.
Apresiasi terbaik IHSG pada bulan Februari terjadi pada tahun 2013. Per akhir Februari 2013, IHSG melejit hingga 7,68% jika dibandingkan dengan posisi per akhir Januari 2013.
Jika dirata-rata, IHSG membukukan imbal hasil sebesar 1,94% secara bulanan pada bulan Februari.
Aksi jual oleh investor asing menjadi faktor yang membebani kinerja IHSG di sepanjang tahun ini. Melansir data dari RTI, di sepanjang tahun ini (hingga berita ini diturunkan) investor asing telah membukukan jual bersih senilai Rp 1,74 triliun di pasar saham Tanah Air (pasar reguler).
Dengan semakin terbatasnya ruang bagi BI untuk mengeksekusi pelonggaran kebijakan moneter, aksi jual bisa terus menerpa pasar saham Indonesia dan menyebabkan IHSG semakin terpuruk.
Selain menekan kinerja IHSG, aksi jual oleh investor asing di pasar saham Indonesia juga akan menekan kinerja rupiah. Melansir data Refinitiv, di sepanjang tahun 2020 (hingga penutupan perdagangan kemarin) rupiah sudah menguat sebesar 1,59% melawan dolar AS di pasar spot.
Dibutuhkan suntikan energi yang begitu besar bagi rupiah untuk terus memukul mundur dolar AS. Kini, ruang bagi BI untuk mengeksekusi pelonggaran kebijakan moneter yang semakin terbatas justru berpotensi menekan kinerja rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Pages
Most Popular