
Bos The Fed 'Tolak' Pangkas Bunga Acuan, Asing Keluar RI?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 February 2020 14:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu momen yang ditunggu pelaku pasar keuangan dunia akhirnya tiba juga.
Kemarin, Selasa (11/2/2020), Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell memberikan paparan terkait laporan kebijakan moneter semi-tahunan di hadapan anggota DPR AS. Pada hari ini, Rabu (12/2/2020), Powell akan memberikan paparan terkait hal yang sama di hadapan anggota Senat AS.
Melalui paparan tersebut, didapati kisi-kisi dari Powell terkait dengan arah kebijakan moneter di masa depan. Belum lama ini The Fed memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuan di rentang 1,5%-1,75%.
Sebagai catatan, di sepanjang tahun 2019 The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan sebanyak tiga kali, masing-masing sebesar 25 bps, yakni pada bulan Juli, September, dan Oktober. Jika ditotal, federal funds rate sudah dipangkas sebesar 75 bps oleh Powell dan koleganya di bank sentral.
Perang dagang AS-China, perlambatan ekonomi global, dan inflasi yang rendah menjadi faktor yang membuat The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 75 bps tersebut.
Sebelum Powell memberikan paparannya di hadapan anggota DPR, pelaku pasar berharap bahwa The Fed akan kembali memangkas tingkat suku bunga acuan di tahun 2020.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 10 Februari 2020, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini berada di level 33,6%.
Lebih lanjut, probabilitas bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipangkas sebesar 50 bps dan 75 bps masing-masing berada di level 30,6% dan 15,1%.
Namun ternyata, ekspektasi tersebut ditepis oleh Powell. Di hadapan anggota DPR AS, Powell menyebut bahwa ketidakpastian di bidang perdagangan, terutama terkait dengan perang dagang AS-China, telah berkurang.
Dalam paparannya, Powell juga menjabarkan pandangan bank sentral terkait dengan terus meluasnya infeksi virus Corona. Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.
Berpusat di China, kasus infeksi virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain. Melansir publikasi Johns Hopkins, hingga kini setidaknya sebanyak 28 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus Corona di wilayah mereka.
China, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.
Melansir CNBC International, hingga kemarin sebanyak 1.113 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus Corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 44.000.
Melansir publikasi Johns Hopkins, di AS sendiri hingga kini terdapat 13 kasus infeksi virus Corona.
Menanggapi terus meluasnya infeksi virus Corona, Powell menyebut bahwa pihaknya memantau dengan ketat dampak dari virus tersebut terhadap perekonomian China dan global.
Terlepas dari adanya ancaman yang datang dari terus meluasnya infeksi virus Corona, Powell mengatakan bahwa kebijakan moneter The Fed saat ini telah berada di posisi yang tepat pasca serangkaian pemangkasan tingkat suku bunga acuan di sepanjang tahun 2019.
"Selama informasi yang akan datang terkait dengan perekonomian secara umum tetap konsisten dengan proyeksi, posisi kebijakan moneter saat ini kemungkinan akan tetap layak dipertahankan," kata Powell di hadapan anggota DPR AS, seperti dikutip dari CNBC International.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi AS dipandang berada di level yang moderat, sementara faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi konsumsi rumah tangga masih solid.
Lantas, paparan dari Powell tersebut menepis ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada tahun ini.
Mengutip situs resmi CME Group, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 11 Februari 2020, probabilitas bahwa The Fed akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level saat ini di sepanjang tahun 2020 berada di level 21%, naik dari posisi sehari sebelumnya (sebelum Powell memberikan paparan di hadapan anggota DPR AS) yang sebesar 15,5%.
Sementara itu, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 dan 75 bps pada tahun ini berkurang masing-masing sebesar 2,8 persentase poin dan 4,2 persentase poin menjadi 27,8% dan 10,9%.
Bahkan, paparan dari Powell mengindikasikan bahwa tingkat suku bunga acuan bisa dikerek naik pada tahun ini. Di hadapan anggota DPR AS, Powell mengungkapkan kekhawatiran terkait dengan rendahnya tingkat suku bunga acuan, bukan hanya di AS namun juga di negara-negara lain.
"Kondisi tingkat suku bunga acuan yang rendah ini mungkin akan membatasi kemampuan bank sentral untuk memangkas tingkat suku bunga acuan dengan cukup dalam untuk menyokong perekonomian kala ada perlambatan," kata Powell, dilansir dari CNBC International.
Kemarin, Selasa (11/2/2020), Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell memberikan paparan terkait laporan kebijakan moneter semi-tahunan di hadapan anggota DPR AS. Pada hari ini, Rabu (12/2/2020), Powell akan memberikan paparan terkait hal yang sama di hadapan anggota Senat AS.
Melalui paparan tersebut, didapati kisi-kisi dari Powell terkait dengan arah kebijakan moneter di masa depan. Belum lama ini The Fed memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuan di rentang 1,5%-1,75%.
Perang dagang AS-China, perlambatan ekonomi global, dan inflasi yang rendah menjadi faktor yang membuat The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 75 bps tersebut.
Sebelum Powell memberikan paparannya di hadapan anggota DPR, pelaku pasar berharap bahwa The Fed akan kembali memangkas tingkat suku bunga acuan di tahun 2020.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 10 Februari 2020, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini berada di level 33,6%.
Lebih lanjut, probabilitas bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipangkas sebesar 50 bps dan 75 bps masing-masing berada di level 30,6% dan 15,1%.
Namun ternyata, ekspektasi tersebut ditepis oleh Powell. Di hadapan anggota DPR AS, Powell menyebut bahwa ketidakpastian di bidang perdagangan, terutama terkait dengan perang dagang AS-China, telah berkurang.
Dalam paparannya, Powell juga menjabarkan pandangan bank sentral terkait dengan terus meluasnya infeksi virus Corona. Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.
Berpusat di China, kasus infeksi virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain. Melansir publikasi Johns Hopkins, hingga kini setidaknya sebanyak 28 negara telah mengonfirmasi terjadinya infeksi virus Corona di wilayah mereka.
China, Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, AS, Vietnam, Prancis, Jerman, Inggris, Nepal, dan Kanada termasuk ke dalam daftar negara yang sudah melaporkan infeksi virus Corona.
Melansir CNBC International, hingga kemarin sebanyak 1.113 orang di China telah meninggal akibat infeksi virus Corona, dengan jumlah kasus mencapai lebih dari 44.000.
Melansir publikasi Johns Hopkins, di AS sendiri hingga kini terdapat 13 kasus infeksi virus Corona.
Menanggapi terus meluasnya infeksi virus Corona, Powell menyebut bahwa pihaknya memantau dengan ketat dampak dari virus tersebut terhadap perekonomian China dan global.
Terlepas dari adanya ancaman yang datang dari terus meluasnya infeksi virus Corona, Powell mengatakan bahwa kebijakan moneter The Fed saat ini telah berada di posisi yang tepat pasca serangkaian pemangkasan tingkat suku bunga acuan di sepanjang tahun 2019.
"Selama informasi yang akan datang terkait dengan perekonomian secara umum tetap konsisten dengan proyeksi, posisi kebijakan moneter saat ini kemungkinan akan tetap layak dipertahankan," kata Powell di hadapan anggota DPR AS, seperti dikutip dari CNBC International.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi AS dipandang berada di level yang moderat, sementara faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi konsumsi rumah tangga masih solid.
Lantas, paparan dari Powell tersebut menepis ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada tahun ini.
Mengutip situs resmi CME Group, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 11 Februari 2020, probabilitas bahwa The Fed akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level saat ini di sepanjang tahun 2020 berada di level 21%, naik dari posisi sehari sebelumnya (sebelum Powell memberikan paparan di hadapan anggota DPR AS) yang sebesar 15,5%.
Sementara itu, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 dan 75 bps pada tahun ini berkurang masing-masing sebesar 2,8 persentase poin dan 4,2 persentase poin menjadi 27,8% dan 10,9%.
Bahkan, paparan dari Powell mengindikasikan bahwa tingkat suku bunga acuan bisa dikerek naik pada tahun ini. Di hadapan anggota DPR AS, Powell mengungkapkan kekhawatiran terkait dengan rendahnya tingkat suku bunga acuan, bukan hanya di AS namun juga di negara-negara lain.
"Kondisi tingkat suku bunga acuan yang rendah ini mungkin akan membatasi kemampuan bank sentral untuk memangkas tingkat suku bunga acuan dengan cukup dalam untuk menyokong perekonomian kala ada perlambatan," kata Powell, dilansir dari CNBC International.
Next Page
Dampak Untuk Indonesia
Pages
Most Popular