Internasional

300 Perusahaan China Berburu Utang Rp 112 T, Rugi Corona?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
11 February 2020 15:09
Sebanyak 300 perusahaan di China kini berburu pinjaman.
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran virus corona sejak Desember 2019 silam rupanya semakin melemahkan pertumbuhan ekonomi di China.

Menurut Reuters dari dua sumber perbankan, lebih dari 300 perusahaan China kini sedang mencari pinjaman bank dengan total setidaknya 57,4 miliar yuan (US$ 8,2 miliar atau Rp 112,219 triliun) untuk membantu mengurangi dampak wabah virus corona.



Sumber itu membeberkan beberapa nama calon perusahaan yang akan mengajukan pinjaman bank. Salah satunya adalah perusahaan pengiriman makanan Meituan Dianping.

Meituan Dianping dikabarkan mencari 4 miliar yuan. Sebagian untuk membantu membiayai makanan gratis dan pengiriman ke staf medis di Wuhan yang menjadi pusat wabah di provinsi Hubei tengah.

Lalu ada pula perusahaan smartphone Xiaomi Corp. Xiaomi dikabarkan sedang mencari pinjaman 5 miliar yuan (US$ 716 juta) untuk memproduksi dan menjual peralatan medis termasuk masker dan termometer.

Sumber tersebut menambahkan ada berbagai alasan mengapa banyak perusahaan mencari pinjaman. Tujuannya mulai dari mengendalikan atau mengurangi dampak wabah virus corona, atau mereka merugi akibat epidemi tersebut.

"Bank akan memiliki keputusan akhir tentang keputusan pemberian pinjaman. Suku bunga cenderung setara dengan yang ditawarkan kepada klien top bank," kata salah satu sumber, dilansir dari Reuters.



Perusahaan-perusahaan yang mencari pinjaman di ibukota China kemungkinan akan mendapatkan persetujuan lewat jalur cepat dan suku bunga preferensial, menurut sumber tersebut, yang menerima salinan daftar nama perusahaan yang dikirim ke bank-bank Beijing oleh biro keuangan pemerintah kota.

"Tapi bank-bank tidak akan meminjamkan kepada semua karena mereka perlu mengevaluasi apakah perusahaan-perusahaan itu benar-benar mampu membayar kembali," tambah salah satu sumber tersebut.

Dengan ditutupnya kota-kota di China, penangguhan jaringan transportasi, penutupan fasilitas publik tempat kerumunan oleh pihak berwenang nyatanya melemahkan pertumbuhan ekonomi. Menurut seorang ekonom senior, hal ini dapat melambatkan pertumbuhan ekonomi hingga 5% atau kurang pada kuartal pertama.

Sementara itu, penutupan pabrik yang berkepanjangan juga ikut memperlambat manufaktur dan membebani rantai pasokan global.

Untuk membangun kembali pertumbuhan ekonomi, Bank sentral China telah menyuntikkan uang tunai ke dalam sistem perbankan untuk menopang pasar, sementara pengawas perbankan dan asuransi juga mendesak para pemberi pinjaman untuk menurunkan suku bunga.

Biro lokal Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC), perencana ekonomi teratas, dan Kementerian Industri dan Teknologi Informasi (MIIT) juga menyusun daftar perusahaan yang terkena dampak dan menawarkan dukungan kepada yang membutuhkan.

Hingga saat ini, virus corona masih terus menyebar ke berbagai penjuru dunia. Sejak ditemukan pada Desember, jangkauannya telah terdeteksi di 26 negara, mulai dari negara-negara Asia, Eropa, hingga Amerika dengan menjangkit lebih dari 31 ribu orang di seluruh dunia.


[Gambas:Video CNBC]




(sef/sef) Next Article Utang Menggunung, Gelombang Gagal Bayar Landa BUMN China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular