Ambruk Nyaris 5%, Sudah Murahkan Valuasi IHSG?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 February 2020 14:01
Valuasi Sudah Murah?
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Guna mengkur murah-mahalnya valuasi dari sebuah saham atau indeks saham, ada sebuah rasio yang lazim digunakan yakni price-earnings ratio (PER).

Untuk saham individu, PER dihitung dengan membagi harga saham di pasar sekunder dengan laba bersih per unit saham. Untuk indeks saham, PER dihitung dengan membagi nilai indeks saham dengan laba per saham dari seluruh saham yang membentuk indeks saham tersebut.

Lazimnya, semakin tinggi PER, maka sebuah saham atau indeks saham bisa dikatakan semakin mahal. Sebaliknya, semakin rendah PER, maka sebuah saham atau indeks saham bisa dikatakan semakin murah.

Untuk diketahui, murah-mahalnya sebuah saham atau indeks saham tak bisa hanya dinilai menggunakan PER. Simpelnya, belum tentu sebuah saham atau indeks saham yang memiliki PER tinggi bisa dikatakan mahal, begitu pula sebaliknya.

Ada berbagai faktor lain yang harus diperhitungkan guna menganalisis murah-mahalnya sebuah saham atau indeks saham. Namun, memang sejauh ini PER merupakan rasio yang paling lazim digunakan untuk melakukan penilaian secara cepat.

Tim Riset CNBC Indonesia merangkum PER dari indeks saham yang ada di kawasan Asia.



Ternyata, PER dari IHSG terbilang rendah jika dibandingkan dengan indeks saham lainnya di kawasan Asia. Melansir data dari Refinitiv, PER dari IHSG berada di level 15,2x.

Hanya ada tiga indeks saham di kawasan Asia yang memiliki PER lebih rendah dari IHSG, yakni Straits Times, Shanghai, dan Hang Seng.

Mengingat PER dari IHSG masih rendah, apakah IHSG berpotensi mencetak apresiasi di masa depan, setidaknya di sepanjang sisa bulan Februari?

Jika berkaca kepada sejarah, sejatinya bulan Februari bisa dikatakan sebagai bulan yang bersahabat bagi pelaku pasar saham Tanah Air. Dalam 10 tahun terakhir (2010-2019), IHSG hanya tiga kali membukukan imbal hasil negatif secara bulanan pada bulan Januari, yakni pada tahun 2010, 2018, dan 2019.

Apresiasi terbaik IHSG pada bulan Februari terjadi pada tahun 2013. Per akhir Februari 2013, IHSG melejit hingga 7,68% jika dibandingkan dengan posisi per akhir Januari 2013.

Jika dirata-rata, IHSG membukukan imbal hasil sebesar 1,94% secara bulanan pada bulan Februari.



Namun, tren positif yang dimiliki IHSG di bulan Februari tak bisa serta-merta diartikan bahwa IHSG akan mencetak apresiasi di sisa bulan ini. Seperti yang bisa dilihat dari grafik di atas, di sepanjang Februari 2020 (hingga penutupan perdagangan hari Jumat) IHSG baru membukukan apresiasi sebesar 1%. (ank/ank)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular