Analisis

Tekanan Makin Berat, tapi Emas Masih Mampu Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 February 2020 16:03
Tekanan Makin Berat, tapi Emas Masih Mampu Menguat
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia berbalik menguat tipis pada perdagangan sesi Eropa Kamis (6/2/2020), setelah sempat melemah pagi tadi.
Pada pukul 13:20 WIB, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.558,33/troy ons, menguat 0,12% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelumnya di awal perdagangan hari ini emas sempat melemah 0,33% ke US$ 1.551,33/troy ons.

Sementara pada Rabu kemarin, emas berhasil menguat 0,27% meski menjalani perdagangan yang berfluktuasi. Logam mulia ini sebelumnya sempat menguat 0,63% sebelum tiba-tiba berbalik melemah 0,35% ke level US$ 1.546,9/troy ons setelah Reuters melaporkan TV di China mengabarkan tim peneliti di Universitas Zhenjiang telah menemukan obat yang efektif untuk menyembuhkan virus corona.

Selain China, CNBC International yang mengutip Sky News melaporkan ilmuan di Imperial College London telah membuat terobosan signifikan dalam pembuatan vaksin virus corona.



Emas berhasil bangkit kembali setelah Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menurunkan euforia pelaku pasar. WHO mengatakan "belum diketahui" ada pengobatan yang dapat menyembuhkan virus corona.

Selain kabar tersebut, emas juga mendapat tekanan dari data ekonomi AS yang bagus sepanjang pekan ini.

Institute for Supply Management (ISM) melaporkan purchasing managers' index (ISM) bulan Januari naik menjadi 50,9 dari bulan sebelumnya 47,2. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atas 50 berarti ekspansi, sementara di bawah berarti kontraksi.

Rilis data tersebut terbilang mengejutkan mengingat polling Reuters memprediksi kenaikan hanya ke 48,5 atau masih berkontraksi.

Sementara dari sektor non manufaktur, ISM melaporkan peningkatan ekspansi menjadi 55,5, dari sebelumnya 55.

Kemudian Automatic Data Processing Inc. (ADP) melaporkan sepanjang bulan Januari sektor swasta AS menyerap 291.000 tenaga kerja, jauh lebih tinggi dibandingkan bulan Desember sebanyak 199.000 orang.

Serangkaian data tersebut tentunya menjadi kabar bagus bagi ekonomi AS memasuki tahun 2020. Membaiknya perekonomian akan memperkuat sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk tidak lagi memangkas suku bunga, dolar pun menjadi perkasa.



Peluang pemangkasan suku bunga yang mengecil, serta dolar yang perkasa menjadi kombinasi yang memberatkan bagi emas dunia.

Emas dunia merupakan aset tanpa imbal hasil juga dibanderol dengan dolar AS. Penurunan suku bunga di AS memberikan keuntungan bagi investornya karena menurunkan opportunity cost atau biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas, dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi AS.

Selain itu, penurunan suku bunga oleh The Fed juga membuat dolar AS tertekan. Di kala dolar AS melemah, maka harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaannya berpotensi meningkat. Sebaliknya jika suku bunga tidak dipangkas, dolar AS berpotensi menguat dan permintaan emas berisiko menurun. Intinya harga emas cenderung tertekan jika dolar AS menguat.

Tekanan bagi emas setelah China mengirim kabar bagus ke pasar finansial.

CNBC International melaporkan, Senin lalu PBoC menurunkan suku bunga reverse repo tenor 7 hari menjadi 2,4%, sementara tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55% guna meredam gejolak finansial yang terjadi akibat virus corona. Selain itu dalam 2 hari terakhir PBoC menyuntikkan likuiditas senilai 1,7 triliun yuan (US$ 242,74 miliar) melalui operasi pasar terbuka.

Setelah stimulus dari PBoC, kini giliran Pemerintah Beijing membuat pelaku pasar gembira. CNBC International mewartakan China akan memangkas bea masuk importasi berbagai produk dari AS senilai US$ 75 miliar.

Belum jelas produk apa saja yang masuk dalam daftar tersebut, yang pasti bea masuk yang sebelumnya 10% akan dipangkas menjadi 5%, dan yang sebelumnya 5% menjadi 2,5%.

Dalam rilis Kementerian Keuangan China yang dikutip CNBC International, pemangkasan bea masuk tersebut dilakukan untuk perkembangan perdagangan yang lebih sehat antara China dengan AS. Pemangkasan tersebut mulai berlaku pada 14 Februari nanti.

Berita dari China tersebut tentunya menjadi kabar bagus setelah kedua negara resmi meneken kesepakatan dagang fase I pada 15 Januari lalu.

Diharapkan dengan pemangkasan bea impor tersebut perundingan dagang fase II akan berjalan lancar, dan bea masuk yang diterapkan kedua negara semakin dipangkas sehingga arus perdagangan global menjadi lancar. Perekonomian dunia diharapkan bisa bangkit, dan sentimen pelaku pasar semakin membaik dan masuk lagi ke aset-aset berisiko, yang membuat emas menjadi kurang menarik.

Tetapi fakta emas masih mampu menguat tipis pada hari ini menunjukkan masih ada sikap hati-hati pelaku pasar, apalagi wabah virus corona masih belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Berdasarkan data dari Arcgis, sejauh ini korban meninggal akibat virus corona sebanyak 565 orang dan menjangkiti lebih dari 28.000 orang, sebagaimana dilansir CNBC International. Hasil riset S&P menunjukkan perekonomian China berisiko memangkas pertumbuhan ekonomi China hingga 1,2% akibat virus corona. Hal tersebut yang diantisipasi pelaku pasar, sehingga emas masih mampu bertahan dari tekanan.

Melihat grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru) dan MA 21 hari (garis merah), tetapi masih di atas MA 125 hari (garis hijau).

Grafik: Emas (XAU/USD) Harian
Sumber: investing.com


Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak turun di wilayah positif. Sementara histogramnya sudah masuk ke wilayah negative cukup dalam. Indikator ini menunjukkan emas masih mulai kehilangan momentum penguatan.

Pada time frame 1 jam, emas bergerak di atas MA 8 dan MA 21, tetapi di bawah MA 125. Indikator Stochastic bergerak naik dan berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Grafik: Emas (XAU/USD) 1 Jam
Sumber: investing.com


Emas masih bergerak di dekat US$ 1.558/troy ons yang menjadi support (tahanan bawah) terdekat.

Melihat indikator Stochastic yang overbought, emas berisiko kembali melemah ke US$ 1.551/troy ons, jika support tersebut ditembus. Support selanjutanya jika emas turun lebih dalam adalah US$ 1.545/troy ons.

Di sisi lain, resisten terdekat berada di kisaran US$ 1.563/troy ons, jika level tersebut ditembus, emas berpotensi naik ke US$ 1.569/troy ons.


TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular