
Analisis
2 Hari Anjlok 2% Lebih, Harga Emas Dunia Akhirnya Bangkit
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 February 2020 16:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia menguat pada perdagangan Rabu (5/2/2020) setelah anjlok dalam 2 hari terakhir. Pada pukul 15:08 WIB, emas menguat 0,55% ke US$ 1.560,87/troy ons. Sementara dalam dua hari terakhir, total emas melemah 2,38%.
Penyebaran virus corona yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda belum mampu mengangkat lagi harga emas dalam dua hari terakhir. Sebabnya, kebijakan bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) serta data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang bagus membuat emas tertekan.
CNBC International melaporkan, Senin lalu PBoC menurunkan suku bunga reverse repo tenor 7 hari menjadi 2,4%, sementara tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55% guna meredam gejolak finansial yang terjadi akibat virus corona. Selain itu dalam 2 hari terakhir PBoC menyuntikkan likuiditas senilai 1,7 triliun yuan (US$ 242,74 miliar) melalui operasi pasar terbuka.
Kebijakan PBoC tersebut membuat bursa saham bangkit, akibatnya daya tarik aset aman (safe haven) menjadi menurun, emas pun jeblok.
Sementara itu, data dari AS menunjukkan aktivitas manufaktur berekspansi untuk pertama kalinya setelah mengalami kontraksi lima bulan beruntun
Institute for Supply Management (ISM) melaporkan purchasing managers' index (ISM) bulan Januari naik menjadi 50,9 dari bulan sebelumnya 47,2. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atas 50 berarti ekspansi, sementara di bawah berarti kontraksi.
Rilis data tersebut terbilang mengejutkan mengingat polling Reuters memprediksi kenaikan hanya ke 48,5 atau masih berkontraksi. Ekspansi sektor manufaktur tentunya menjadi kabar bagus bagi ekonomi AS memasuki tahun 2020, yang tentunya mengecilkan peluang suku bunga di AS kembali dipangkas, dan dolar AS menjadi perkasa.
Peluang dipangkasnya suku bunga yang mengecil, serta dolar yang perkasa menjadi kombinasi yang memberatkan bagi emas dunia.
Emas dunia merupakan aset tanpa imbal hasil juga dibanderol dengan dolar AS. Penurunan suku bunga di AS memberikan keuntungan bagi investornya karena menurunkan opportunity cost atau biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas, dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi AS.
Selain itu, penurunan suku bunga oleh The Fed juga membuat dolar AS tertekan. Di kala dolar AS melemah, maka harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaannya berpotensi meningkat. Sebaliknya jika suku bunga tidak dipangkas, dolar AS berpotensi menguat dan permintaan emas berisiko menurun. Intinya harga emas cenderung tertekan jika dolar AS menguat.
Penyebaran virus corona yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda belum mampu mengangkat lagi harga emas dalam dua hari terakhir. Sebabnya, kebijakan bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) serta data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang bagus membuat emas tertekan.
CNBC International melaporkan, Senin lalu PBoC menurunkan suku bunga reverse repo tenor 7 hari menjadi 2,4%, sementara tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55% guna meredam gejolak finansial yang terjadi akibat virus corona. Selain itu dalam 2 hari terakhir PBoC menyuntikkan likuiditas senilai 1,7 triliun yuan (US$ 242,74 miliar) melalui operasi pasar terbuka.
Sementara itu, data dari AS menunjukkan aktivitas manufaktur berekspansi untuk pertama kalinya setelah mengalami kontraksi lima bulan beruntun
Institute for Supply Management (ISM) melaporkan purchasing managers' index (ISM) bulan Januari naik menjadi 50,9 dari bulan sebelumnya 47,2. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atas 50 berarti ekspansi, sementara di bawah berarti kontraksi.
Rilis data tersebut terbilang mengejutkan mengingat polling Reuters memprediksi kenaikan hanya ke 48,5 atau masih berkontraksi. Ekspansi sektor manufaktur tentunya menjadi kabar bagus bagi ekonomi AS memasuki tahun 2020, yang tentunya mengecilkan peluang suku bunga di AS kembali dipangkas, dan dolar AS menjadi perkasa.
Peluang dipangkasnya suku bunga yang mengecil, serta dolar yang perkasa menjadi kombinasi yang memberatkan bagi emas dunia.
Emas dunia merupakan aset tanpa imbal hasil juga dibanderol dengan dolar AS. Penurunan suku bunga di AS memberikan keuntungan bagi investornya karena menurunkan opportunity cost atau biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas, dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi AS.
Selain itu, penurunan suku bunga oleh The Fed juga membuat dolar AS tertekan. Di kala dolar AS melemah, maka harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaannya berpotensi meningkat. Sebaliknya jika suku bunga tidak dipangkas, dolar AS berpotensi menguat dan permintaan emas berisiko menurun. Intinya harga emas cenderung tertekan jika dolar AS menguat.
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular