
IHSG di Februari Biasa Hijau, Kalau Diserang Virus Corona?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 February 2020 14:41

Selain penyebaran infeksi virus Corona, pelaku pasar patut mencermati sentimen lain yakni masih berkubangnya Hong Kong di jurang resesi.
Pada hari Senin, Hong Kong merilis pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal IV-2019. Sepanjang tiga bulan terakhir tahun 2019, perekonomian Hong Kong tercatat tumbuh negatif alias terkontraksi sebesar 0,4% secara kuartalan.
Lantas, perekonomian Hong Kong masih berkurang di jurang resesi. Melansir Investopedia, resesi sendiri merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Pada kuartal II-2019, perekonomian Hong Kong tercatat terkontraksi sebesar 0,5% secara kuartalan, disusul oleh kontraksi sebesar 3,2% pada kuartal III-2019.
Gelombang demonstrasi yang berkepanjangan menjadi faktor utama yang menempatkan Hong Kong ke dalam jurang resesi.
Seperti yang diketahui, Hong Kong menjadi bahasan panas dalam beberapa waktu terakhir, baik oleh masyarakat umum, maupun juga pelaku pasar keuangan dunia. Dalam beberapa waktu terakhir, aksi demonstrasi besar-besaran terjadi di sana, melibatkan jutaan orang dan begitu banyak tetesan darah.
Aksi demonstrasi di Hong Kong pada awalnya dipicu oleh sebuah rancangan undang-undang (RUU) terkait ekstradisi yang diperkenalkan oleh Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam.
Kala sebuah negara mengalami resesi, khususnya jika negara itu merupakan negara dengan nilai perekonomian yang besar, maka laju perekonomian global juga akan terganggu.
Secara nilainya, perekonomian Hong Kong terbilang besar. Walaupun tak sebesar AS, Jerman, dan Inggris yang semuanya berpotensi mengalami resesi, Hong Kong jelas tak bisa dianggap sepele.
Berdasarkan World Economic Outlook edisi Oktober 2019 yang dipublikasikan oleh International Monetary Fund (IMF), Hong Kong merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar ke-34 di dunia.
Sepanjang tahun 2018, data yang kami lansir dari Trade Map menunjukkan bahwa Indonesia membukukan total ekspor barang senilai US$ 180,2 miliar. Total ekspor barang ke Hong Kong pada tahun 2018 adalah senilai US$ 2,56 miliar.
Jika dihitung secara persentase, sebanyak 1,4% dari total ekspor barang Indonesia pada tahun 2018 dikirimkan ke Hong Kong.
Jadi, kontribusi Hong Kong dari total ekspor Indonesia tidaklah besar, hanya 1,4%.
Namun, ternyata Hong Kong merupakan investor kelas kakap bagi Indonesia. Pada tahun 2018, dana segar senilai US$ 2 miliar dibawa masuk ke Indonesia oleh investor asal Hong Kong, melansir data yang dipublikasikan oleh BKPM. Nilai tersebut setara dengan 6,8% dari total realisasi PMA pada tahun 2018 yang mencapai US$ 29,3 miliar.
Pada tahun 2019, realisasi investasi dari investor asal Hong Kong meningkat menjadi US$ 2,9 miliar. Secara persentasenya, kontribusi Hong Kong dari total realisasi PMA meningkat menjadi 10,2% pada tahun 2019, dari yang sebelumnya 6,8% pada tahun 2018.
Jadi, ancaman bagi perekonomian Indonesia yang datang dari berkubangnya Hong Kong di jurang resesi benar-benar tak bisa dipandang sebelah mata oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan seluruh pembantunya di Kabinet Indonesia Maju. (ank/ank)
Pada hari Senin, Hong Kong merilis pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal IV-2019. Sepanjang tiga bulan terakhir tahun 2019, perekonomian Hong Kong tercatat tumbuh negatif alias terkontraksi sebesar 0,4% secara kuartalan.
Lantas, perekonomian Hong Kong masih berkurang di jurang resesi. Melansir Investopedia, resesi sendiri merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Gelombang demonstrasi yang berkepanjangan menjadi faktor utama yang menempatkan Hong Kong ke dalam jurang resesi.
Seperti yang diketahui, Hong Kong menjadi bahasan panas dalam beberapa waktu terakhir, baik oleh masyarakat umum, maupun juga pelaku pasar keuangan dunia. Dalam beberapa waktu terakhir, aksi demonstrasi besar-besaran terjadi di sana, melibatkan jutaan orang dan begitu banyak tetesan darah.
Aksi demonstrasi di Hong Kong pada awalnya dipicu oleh sebuah rancangan undang-undang (RUU) terkait ekstradisi yang diperkenalkan oleh Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam.
Kala sebuah negara mengalami resesi, khususnya jika negara itu merupakan negara dengan nilai perekonomian yang besar, maka laju perekonomian global juga akan terganggu.
Secara nilainya, perekonomian Hong Kong terbilang besar. Walaupun tak sebesar AS, Jerman, dan Inggris yang semuanya berpotensi mengalami resesi, Hong Kong jelas tak bisa dianggap sepele.
Berdasarkan World Economic Outlook edisi Oktober 2019 yang dipublikasikan oleh International Monetary Fund (IMF), Hong Kong merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar ke-34 di dunia.
Sepanjang tahun 2018, data yang kami lansir dari Trade Map menunjukkan bahwa Indonesia membukukan total ekspor barang senilai US$ 180,2 miliar. Total ekspor barang ke Hong Kong pada tahun 2018 adalah senilai US$ 2,56 miliar.
Jika dihitung secara persentase, sebanyak 1,4% dari total ekspor barang Indonesia pada tahun 2018 dikirimkan ke Hong Kong.
Jadi, kontribusi Hong Kong dari total ekspor Indonesia tidaklah besar, hanya 1,4%.
Namun, ternyata Hong Kong merupakan investor kelas kakap bagi Indonesia. Pada tahun 2018, dana segar senilai US$ 2 miliar dibawa masuk ke Indonesia oleh investor asal Hong Kong, melansir data yang dipublikasikan oleh BKPM. Nilai tersebut setara dengan 6,8% dari total realisasi PMA pada tahun 2018 yang mencapai US$ 29,3 miliar.
Pada tahun 2019, realisasi investasi dari investor asal Hong Kong meningkat menjadi US$ 2,9 miliar. Secara persentasenya, kontribusi Hong Kong dari total realisasi PMA meningkat menjadi 10,2% pada tahun 2019, dari yang sebelumnya 6,8% pada tahun 2018.
Jadi, ancaman bagi perekonomian Indonesia yang datang dari berkubangnya Hong Kong di jurang resesi benar-benar tak bisa dipandang sebelah mata oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan seluruh pembantunya di Kabinet Indonesia Maju. (ank/ank)
Next Page
Pertumbuhan Ekonomi di Bawah Ekspektasi
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular