
Hong Kong Resesi, Beratkah Dampaknya ke RI?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 February 2020 14:26

Riset dari Standard & Poor's (S&P) menyebutkan bahwa virus Corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sekitar 1,2 persentase poin. Jadi, kalau pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini diperkirakan berada di level 6%, maka virus Corona akan memangkasnya menjadi 4,8% saja.
Untuk diketahui, pada tahun 2019 perekonomian Negeri Panda tercatat tumbuh sebesar 6,1%, melambat signifikan dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Melansir CNBC International yang mengutip Reuters, pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2019 merupakan yang terlemah sejak tahun 1990.
"Pada tahun 2019, konsumsi menyumbang sekitar 3,5 persentase poin dari pertumbuhan ekonomi China yang sebesar 6,1%. Dengan perkiraan konsumsi domestik turun 10%, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akan berkurang sekitar 1,2 persentase poin," tulis riset S&P.
Kalau ekonomi China melambat, maka laju perekonomian Indonesia dipastikan akan tertekan. Sebab, China merupakan pasar ekspor utama bagi Indonesia.
Sepanjang tahun 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor non-migas ke China bernilai US$ 25,85 miliar atau setara dengan 16,68% dari total ekspor non-migas. China merupakan negara tujuan ekspor non-migas terbesar bagi Indonesia.
Lebih lanjut, China juga merupakan salah satu investor sektor riil terbesar di Indonesia. Menurut data yang dipublikasikan oleh BKPM, nilai PMA dari China pada tahun 2019 adalah US$ 4,7 miliar atau setara dengan 16,8% dari total PMA Indonesia pada periode tersebut.
China merupakan negara asal PMA terbesar kedua setelah Singapura yang menyuntikkan dana segar hingga US$ 6,5 miliar ke Indonesia.
Berdasarkan kajian Bank Dunia, setiap perlambatan ekonomi China sebesar 1 persentase poin, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berkurang sebesar 0,3 persentase poin.
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020, pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi tahun ini berada di level 5,3%. Jika pertumbuhan ekonomi China terpangkas 1,2 poin persentase karena virus Corona, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan berkurang menjadi 4,94% saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Untuk diketahui, pada tahun 2019 perekonomian Negeri Panda tercatat tumbuh sebesar 6,1%, melambat signifikan dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Melansir CNBC International yang mengutip Reuters, pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2019 merupakan yang terlemah sejak tahun 1990.
"Pada tahun 2019, konsumsi menyumbang sekitar 3,5 persentase poin dari pertumbuhan ekonomi China yang sebesar 6,1%. Dengan perkiraan konsumsi domestik turun 10%, maka pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akan berkurang sekitar 1,2 persentase poin," tulis riset S&P.
Sepanjang tahun 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor non-migas ke China bernilai US$ 25,85 miliar atau setara dengan 16,68% dari total ekspor non-migas. China merupakan negara tujuan ekspor non-migas terbesar bagi Indonesia.
Lebih lanjut, China juga merupakan salah satu investor sektor riil terbesar di Indonesia. Menurut data yang dipublikasikan oleh BKPM, nilai PMA dari China pada tahun 2019 adalah US$ 4,7 miliar atau setara dengan 16,8% dari total PMA Indonesia pada periode tersebut.
China merupakan negara asal PMA terbesar kedua setelah Singapura yang menyuntikkan dana segar hingga US$ 6,5 miliar ke Indonesia.
Berdasarkan kajian Bank Dunia, setiap perlambatan ekonomi China sebesar 1 persentase poin, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berkurang sebesar 0,3 persentase poin.
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020, pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi tahun ini berada di level 5,3%. Jika pertumbuhan ekonomi China terpangkas 1,2 poin persentase karena virus Corona, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan berkurang menjadi 4,94% saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular