Hong Kong Resesi, Beratkah Dampaknya ke RI?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 February 2020 14:26
Apa Dampaknya Buat Indonesia?
Foto: Orang-orang mengantri untuk membeli masker di sebuah toko kosmetik di Hong Kong. (AP Photo/Achmad Ibrahim)
Lantas, apa dampak dari resesi yang terjadi di Hong Kong terhadap perekonomian Indonesia?

Kala sebuah negara mengalami resesi, khususnya jika negara itu merupakan negara dengan nilai perekonomian yang besar, maka laju perekonomian global juga akan terganggu.

Secara nilainya, perekonomian Hong Kong terbilang besar. Walaupun tak sebesar AS, Jerman, dan Inggris yang semuanya berpotensi mengalami resesi, Hong Kong jelas tak bisa dianggap sepele.

Berdasarkan World Economic Outlook edisi Oktober 2019 yang dipublikasikan oleh International Monetary Fund (IMF), Hong Kong merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar ke-34 di dunia.

Guna melihat secara lebih detil dampak dari resesi di Hong Kong terhadap Indonesia, kita bisa mencermati kontribusinya dari total ekspor Indonesia.

Sepanjang tahun 2018, data yang kami lansir dari Trade Map menunjukkan bahwa Indonesia membukukan total ekspor barang senilai US$ 180,2 miliar. Total ekspor barang ke Hong Kong pada tahun 2018 adalah senilai US$ 2,56 miliar.

Jika dihitung secara persentase, sebanyak 1,4% dari total ekspor barang Indonesia pada tahun 2018 dikirimkan ke Hong Kong.

Jadi, kontribusi Hong Kong dari total ekspor Indonesia tidaklah besar, hanya 1,4%.

Selain dari kacamata ekspor, dampak dari resesi di Hong Kong terhadap perekonomian Indonesia bisa kita nilai dari seberapa besar penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI) yang datang dari wilayah tersebut.

Ternyata, Hong Kong merupakan investor kelas kakap bagi Indonesia. Pada tahun 2018, dana segar senilai US$ 2 miliar dibawa masuk ke Indonesia oleh investor asal Hong Kong, melansir data yang dipublikasikan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Nilai tersebut setara dengan 6,8% dari total realisasi PMA pada tahun 2018 yang mencapai US$ 29,3 miliar.

Pada tahun 2019, realisasi investasi dari investor asal Hong Kong meningkat menjadi US$ 2,9 miliar. Secara persentasenya, kontribusi Hong Kong dari total realisasi PMA meningkat menjadi 10,2% pada tahun 2019, dari yang sebelumnya 6,8% pada tahun 2018.

Jadi, ancaman bagi perekonomian Indonesia yang datang dari berkubangnya Hong Kong di jurang resesi benar-benar tak bisa dipandang sebelah mata oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan seluruh pembantunya di Kabinet Indonesia Maju.

Dibutuhkan langkah-langkah konkret yang harus segera dieksekusi guna meminimalisir dampak dari guncangan ekonomi di Hong Kong.

Untuk diketahui, saat ini perekonomian Indonesia sedang lesu. Pada tahun 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,17%. Namun di tahun 2019, laju perekonomian terbilang lesu.

Sepanjang kuartal III-2019, BPS mencatat bahwa perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,02% secara tahunan. Angka pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai 5,02% tersebut lantas berada di bawah capaian periode kuartal I-2019 dan kuartal II-2019. Capaian tersebut juga jauh lebih rendah dari capaian pada kuartal III-2018 kala perekonomian Indonesia mampu tumbuh 5,17% secara tahunan.

Untuk diketahui, pada kuartal I-2019 perekonomian Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,07% secara tahunan, sementara pada kuartal II-2019 perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,05% secara tahunan.

Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2019, perekonomian Indonesia hanya mampu tumbuh sebesar 5,04% secara tahunan.

Lantas, laju perekonomian untuk keseluruhan tahun 2019 hampir mustahil untuk tumbuh menyamai capaian tahun 2018 yang sebesar 5,17%. (ank/ank)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular