
Inggris-UE Panas Lagi Setelah Bercerai, Poundsterling Jeblok
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 February 2020 21:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (3/2/2020) setelah masa transisi perceraian Inggris dari Uni Eropa (UE) dimulai.
Pada pukul 20:54 WIB, poundsterling merosot 1,1% ke level US$ 1,3054 di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada Jumat (31/1/2020) pukul 23:00 GMT, Inggris resmi bercerai dengan Uni Eropa setelah mengalami perundingan yang sangat alot dalam tiga tahun terakhir.
Selama periode tersebut, pasar finansial Inggris sangat dipengaruhi oleh proses perundingan Brexit. Ketidakjelasan arah Brexit membuat pasar naik-turun. Kini, Inggris sudah resmi bercerai dengan masa transisi hingga akhir 2020.
Selama masa transisi Inggris masih dalam satu serikat kepabean tetapi sudah tidak terlibat dalam urusan politik, sehingga perdagangan internasional Inggris belum akan terpengaruh.
Dari sudut pandang pelaku pasar, kepastian terjadinya Brexit berarti mengakhiri ketidakjelasan nasib Inggris dalam tiga tahun terakhir, sehingga poundsterling menguat pada Jumat pekan lalu.
Pelaku pasar memang sudah siap menghadapi Brexit, terlihat dari masuknya aliran modal ke saham dan reksa dana di Inggris. Berdasarkan data EPRF Global, sejak Partai Konservatif memenangi pemilu pada 12 Desember lalu, aliran modal yang masuk ke saham dan reksa dana sebesar US$ 1,9 miliar, sebagaimana dilansir Bloomberg.
Namun hari ini poundsterling berbalik melemah, dan pasar kini dibuat cemas akan alotnya negosiasi dagang untuk menentukan huhungan antara Inggris dengan Uni Eropa selepas masa transisi. Reuters melaporkan, Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson bersikap keras dengan mengatakan Inggris tidak akan mematuhi peraturan UE.
Di sisi lain, UE memperingatkan Inggris bahwa akses ke pasar tunggal (satu wilayah kepabean) akan tergantung seberapa jauh London akan mematuhi peraturan UE, seperti peraturan mengenai lingkungan dan tenaga kerja.
"Sterling melemah akibat munculnya tanda-tanda yang tidak terlalu menggembirakan dari kedua belah pihak di awal negosiasi. Mereka memposisikan diri di dua titik ekstrim" kata Adam Cole kepala ahli strategi mata uang di RBC Capital di London.
Kini dalam 11 bulan ke depan, pergerakan poundsterling akan sangat dipengaruhi perkembangan perundingan kedua pihak. Jika kedua belah pihak mendekati kata sepakat, poundsterling akan melesat, tetapi sebaliknya jika hubungan kedua belah pihak semakin merenggang, mata uang Negeri Ratu Elizabeth ini akan terkapar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat
Pada pukul 20:54 WIB, poundsterling merosot 1,1% ke level US$ 1,3054 di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada Jumat (31/1/2020) pukul 23:00 GMT, Inggris resmi bercerai dengan Uni Eropa setelah mengalami perundingan yang sangat alot dalam tiga tahun terakhir.
Selama periode tersebut, pasar finansial Inggris sangat dipengaruhi oleh proses perundingan Brexit. Ketidakjelasan arah Brexit membuat pasar naik-turun. Kini, Inggris sudah resmi bercerai dengan masa transisi hingga akhir 2020.
Dari sudut pandang pelaku pasar, kepastian terjadinya Brexit berarti mengakhiri ketidakjelasan nasib Inggris dalam tiga tahun terakhir, sehingga poundsterling menguat pada Jumat pekan lalu.
Pelaku pasar memang sudah siap menghadapi Brexit, terlihat dari masuknya aliran modal ke saham dan reksa dana di Inggris. Berdasarkan data EPRF Global, sejak Partai Konservatif memenangi pemilu pada 12 Desember lalu, aliran modal yang masuk ke saham dan reksa dana sebesar US$ 1,9 miliar, sebagaimana dilansir Bloomberg.
Namun hari ini poundsterling berbalik melemah, dan pasar kini dibuat cemas akan alotnya negosiasi dagang untuk menentukan huhungan antara Inggris dengan Uni Eropa selepas masa transisi. Reuters melaporkan, Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson bersikap keras dengan mengatakan Inggris tidak akan mematuhi peraturan UE.
Di sisi lain, UE memperingatkan Inggris bahwa akses ke pasar tunggal (satu wilayah kepabean) akan tergantung seberapa jauh London akan mematuhi peraturan UE, seperti peraturan mengenai lingkungan dan tenaga kerja.
"Sterling melemah akibat munculnya tanda-tanda yang tidak terlalu menggembirakan dari kedua belah pihak di awal negosiasi. Mereka memposisikan diri di dua titik ekstrim" kata Adam Cole kepala ahli strategi mata uang di RBC Capital di London.
Kini dalam 11 bulan ke depan, pergerakan poundsterling akan sangat dipengaruhi perkembangan perundingan kedua pihak. Jika kedua belah pihak mendekati kata sepakat, poundsterling akan melesat, tetapi sebaliknya jika hubungan kedua belah pihak semakin merenggang, mata uang Negeri Ratu Elizabeth ini akan terkapar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat
Most Popular