Masih Soal Corona, Ini Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
02 February 2020 20:22
Masih Soal Corona, Ini Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan
Foto: Orang-orang mengantri untuk membeli masker di sebuah toko kosmetik di Hong Kong. (AP Photo/Achmad Ibrahim)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan kemarin nasib apes menghampiri IHSG dan mayoritas bursa saham kawasan Asia lainnya. Untuk perdagangan pekan depan pelaku pasar masih harus terus memantau perkembangan kasus virus corona yang terus menggerogoti pasar finansial global.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 1,94% di hari terakhir perdagangan Jumat (31/1/2020). IHSG kembali keluar dari zona 6.000 dan harus rela ditutup di 5.940. Dari transaksi sebesar Rp 8,07 triliun, asing keluar Rp 1,85 triliun membuat IHSG dalam tekanan jual yang serius.


Indeks bursa saham Asia lainnya yang juga ikut anjlok adalah indeks KLCI (Malaysia) turun 0,94%, indeks PSEi (Filipina) terpangkas 2,6%, indeks VN (Vietnam) melorot 2,39% dan indeks Kospi yang jatuh 1,35%.

Kabar tak menyenangkan terus terdengar dari perkembangan terbaru virus corona yang makin meluas. Hal ini juga sangat terasa kala Wall Street juga ditutup ambles pada hari terakhir perdagangan Jumat waktu setempat.

Tiga indeks utama Wall Street harus rela terkapar di zona merah. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terpangkas paling dalam sebesar 2,09%, diikuti indeks S&P 500 yang turun 1,77%. Sementara indeks Nasdaq komposit melorot 1,59%.

CNBC Internasional melaporkan sampai saat ini sudah ada 14.380 kasus dan 305 orang meninggal. Satu orang korban meninggal di luar China dilaporkan di Filipina. Virus corona kini telah menjangkiti lebih dari 25 negara dan membuat WHO akhirnya mendeklarasikan status darurat global pekan kemarin.

Walau tak lebih mematikan dibandingkan dengan SARS, virus ini menyebar dengan sangat cepat. Dalam kurun waktu sebulan jumlah kasus yang dilaporkan meningkat pesat dan telah melampaui kasus SARS secara global.

Kejadian ini telah menyita perhatian seluruh dunia. Akibat epidemi ini rantai pasok jadi terganggu dan sektor transportasi terkontraksi. Akibatnya mulai banyak ekonom yang meramal ekonomi China dalam bahaya.


Bank investasi global Goldman Sachs memperkirakan wabah ini dapat memukul perekonomian Negeri Panda hingga 0,4 persen poin pada 2020. Riset lain yang dilakukan S&P menyebutkan, virus corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China 1,2 persen poin.

Sentimen negatif ini terus membayangi pasar keuangan global sepekan kemarin. Karena jumlah kasus terus bertambah dan tak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa virus ini sudah mulai dapat di kontrol sehingga sentimen ini masih akan menjadi sorotan utama pasar keuangan pekan depan
Selain itu, faktor yang juga jadi sentimen adalah cerainya Inggris dari Uni Eropa (UE). Negeri Ratu Elizabeth itu resmi keluar dari UE pada Jumat (31/1/2020). Mayoritas parlemen UE mendukung keluarnya Inggris dari kawasan tersebut.

Ketua parlemen Eropa David Sassoli mengatakan ada 621 anggota yang setuju, 49 menolak dan 13 abstain. Setelah resmi keluar dari UE, Inggris berada dalam masa transisi dengan tetap menjadi anggota pasar tunggal dan serikat pabean.



Inggris akan memulai negosiasi dengan UE untuk mencapai kesepakatan perdagangan bebas hingga Januari tahun depan. Pelaku pasar juga perlu untuk memperhatikan kelanjutan dari peristiwa ini untuk memperoleh gambaran nasib hubungan antara kedua belah pihak ke depannya.

Pekan depan pasar juga akan diwarnai dengan rilis data ekonomi penting seperti inflasi bulan Januari Indonesia , data PMI manufaktur AS versi Markit dan ISM, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV 2019, neraca dagang AS bulan Desember dan neraca dagang China untuk bulan Januari.

Jika data tersebut menunjukkan hasil yang positif, hal tersebut berpotensi untuk membuat pasar sedikit optimis. Namun jika yang terjadi sebaliknya, hal ini bukanlah kabar baik dan berpotensi membuat pasar semakin tertekan.



Berikut adalah rilis data ekonomi yang terjadi di pekan depan :

Senin (3/2/2020)
1. Rilis data inflasi bulan Januari Indonesia (09.00 WIB)
2. Rilis data PMI Manufaktur AS bulan Januari versi Markit (21.45 WIB)
3. Rilis data PMI Manufaktur AS bulan Januari versi ISM (22.00 WIB)

Rabu (5/2/2020)
1. Rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 (11.00 WIB)
2. Rilis data neraca dagang AS bulan Desember (20.30 WIB)

Jumat (7/2/2020)
Rilis data neraca dagang China bulan Januari (10.00 WIB)



TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular