Newsletter

Status Corona Darurat Global, Akankah Makin Hantui Pasar?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
31 January 2020 06:34
Status Corona Darurat Global, Akankah Makin Hantui Pasar?
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan global masih dibayangi oleh ganasnya virus corona yang menjangkiti China dan negara lain akhir-akhir ini. Hal ini juga dirasakan di pasar finansial dalam negeri. 

Kamis (30/1/2020), bursa saham tanah air ditutup di zona merah. Di awal perdagangan, IHSG sempat naik, tetapi terus mengalami koreksi hingga ambruk nyaris 1% di akhir perdagangan kemarin. IHSG harus rela terpangkas 55,45 poin atau 0,91%.




Nasib sama juga menimpa bursa saham utama kawasan Asia lainnya. indeks Strait Times (Singapura) ditutup melemah 0,37%, indeks KLCI (Malysia) turun 0,31% dan indeks SETi (Thailand) berkurang tipis sebesar 0,09%.

Sementara itu, indeks Hang Seng (Hong Kong) anjlok 2,62%, indeks Nikkei225 (Jepang) ambles 1,72% dan indeks Kospi (Korea Selatan) terkoreksi 1,71%. Kemarin, bursa saham China masih libur dalam rangka tahun baru imlek.

Tak hanya bursa saham Asia saja yang kebakaran, pasar valas juga tak jauh beda. Mayoritas mata uang kawasan utama Asia juga mengalami pelemahan terhadap dolar AS tak terkecuali rupiah.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar ditutup melemah 0,15% di akhir perdagangan spot kemarin. Rupiah terakhir dibanderol di Rp 13.640/US$.

Tak dapat dipungkiri, meluasnya virus corona Wuhan menjadi salah satu sentimen pemicu utamanya. Virus yang masih satu golongan penyebab SARS ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China awal bulan Januari.

Orang yang terinfeksi virus ini awalnya menunjukkan gejala seperti flu biasa yaitu demam, batuk, pilek, radang tenggorokan hingga badan lemas. Namun seiring dengan berjalannya waktu, virus ini menyerang sistem pernapasan hingga dapat mengakibatkan pneumonia bahkan kerusakan sistem pernapasan.

Korban meninggal pertama adalah seorang lelaki berusia 61 tahun yang berdomisili di Wuhan pada 9 Januari 2020. Setelah itu jumlah orang yang terinfeksi patogen ini semakin banyak dan korban meninggal juga terus bertambah setiap harinya.

Hingga kemarin, sudah ada 8.235 kasus dilaporkan di lebih dari 18 negara. Jumlah korban meninggal yang dilaporkan mencapai 171 orang. Sementara jumlah penderita yang dinyatakan pulih berjumlah 143 orang.



Kebanyakan kasus dilaporkan di China. Kasus yang dilaporkan di China jumlahnya mencapai 8.124. Sinya ditemukan di berbagai negara lain. Orang yang dinyatakan positif terjangkit virus ini di negara selain China ternyata teridentifikasi sebagai orang yang pernah mengunjungi Wuhan sebagai episentrum penyebaran virus.

Dalam kurun waktu sepuluh hari terakhir, jumlah kasus yang dilaporkan terus bertambah dengan signifikan. Tim Riset CNBC Indonesia mencatat setidaknya ada tambahan 7.929 kasus sejak 20-30 Januari 2020. Artinya, dalam satu hari ada tambahan 721 kasus baru tiap harinya secara global.



Walau tingkat mortalitas virus corona baru ini tak setinggi SARS (2019 nCoV mortality rate ~2% ; coronavirus SARS mortality rate ~10%), tetapi penyebaran virus ini terjadi jauh lebih cepat. Hanya dalam kurun waktu kurang dari sebulan virus ini sudah menyerang lebih dari 8.000 orang. Jadi wajar saja kalau pasar mengkhawatirkan hal ini.



[Gambas:Video CNBC]



Beralih ke bursa saham Paman Sam, pagi tadi Wall Street ditutup di zona hijau setelah kemarin bergerak variatif terbatas. Tiga indeks utama bursa Wall Street kompak mencatatkan apresiasi.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,43%, indeks S&P 500 bertambah 0,31% dan indeks komposit Nasdaq juga ikut terapresiasi sebesar 0,26 %.

Setelah beberapa waktu lalu, Apple, Facebook, Microsoft dan Tesla merilis laporan keuangannya, kali ini giliran Amazon. CNBC Sama seperti dengan emiten lain di sektor teknologi, perusahaan e-commerce besutan orang terkaya nomor satu di dunia ini berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang kinclong pada kuartal IV-2019.

CNBC Internasional melaporkan, laba per lembar saham Amazon mencapai US$ 6,47/lembar jauh melampaui estimasi analis yang dihimpun Refinitiv sebesar US$ 4,03/lembar. Dilihat dari sisi top line pun, pendapatan Amazon masih lebih tinggi dibandingkan dengan konsensus yang dihimpun.

Amazon berhasil membukukan pendapatan sebesar US$ 87,44 miliar, sementara berdasarkan poling yang dihimpun Refinitiv, pendapatan Amazon diprediksi bakal membukukan pendapatan sebesar US$ 86,02 miliar.

Wall Street mampu menghijau di tengah gempuran sentimen negatif terutama terkait penyebaran virus corona yang makin meluas. Kemarin, Center for Disease Control and Prevention (CDC) AS mengkonfirmasi bahwa virus ini dapat menular dari satu orang ke orang lain.

Seorang pasien baru yang dinyatakan positif terjangkit virus corona di AS adalah pria berusia 60 tahun yang merupakan suami dari wanita asal Chicago yang membawa virus tersebut sepulangnya dari Wuhan.

Menurut informasi petugas kesehatan setempat, pria tersebut berada dalam kondisi yang baik. Sementara istrinya masih dalam karantina di rumah sakit setempat. Saat ini petugas kesehatan sedang memonitor 21 pasien asal Illinois terkait adanya kemungkinan infeksi virus corona ini.

“Ini adalah kondisi yang serius” kata Nancy Mesonnier selaku Direktur Pusat Imunisasi dan Penyakit Pernapasan Nasional CDC dilansir dari CNBC International. “Ke depan kami menduga, jumlah kasus akan semakin banyak, dengan bertambahnya kasus artinya kemungkinan penularan dari satu orang ke orang lain semakin tinggi”.

Sampai saat ini petugas kesehatan AS masih belum mengetahui apakah virus ini dapat menular sebelum seorang yang terinfeksi menampakkan adanya gejala atau tanda-tanda terserang penyakit.

Messioner meminta setiap petugas kesehatan di rumah sakit untuk tetap waspada dan melindungi diri dari segala kemungkinan.

Pemerintah saat ini sedang berupaya keras agar wabah ini tak meluas ke berbagai penjuru Amerika. Beberapa langkah yang sudah ditempuh adalah peningkatan screening di 20 bandara dan juga memberikan peringatan bepergian ke China.

Saat ini pemerintah AS melarang warganya untuk bepergian ke provinsi Hubei dan meminta warganya mempertimbangkan kembali rencananya jika hendak pergi ke China dengan destinasi selain Hubei. Untuk perdagangan hari ini, pelaku pasar patut mencermati tiga sentimen penggerak pasar. Pertama tentang kinerja Wall Street. Pagi tadi, tiga indeks utama Wall Street berhasil finish di zona hijau.

Keberhasilan Wall Street untuk menguat pada penutupan perdagangan pagi tadi diharapkan dapat merembet ke bursa Asia yang akan dibuka pada pagi hari ini.

Sentimen kedua yang perlu dicermati masih seputar perkembangan kasus virus corona. Setelah dua kali menolak, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya menetapkan kasus penyebaran virus corona sebagai situasi darurat kesehatan global.

Kabar ini resmi diumumkan WHO beberapa jam setelah CDC mengkonfirmasi virus ini dapat menular dari satu orang ke orang lain. Kini kasus virus corona baru ini telah menyandang status baru 'public health emergency of international concern

“Dalam beberapa minggu terakhir kita menyaksikan kemunculan virus baru yang menyebabkan wabah yang belum pernah terjadi sebelumnya” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus selaku pimpinan WHO. “Kita harus bertindak bersama agar wabah ini tak meluas” tambahnya, mengutip CNBC International.

Sejak 20 Januari, jumlah kasus terus bertambah secara signifikan. Jumlah kematian bertambah setidaknya 10 orang per hari. Hal ini telah memicu bursa saham global ikut terkena dampaknya.



Walau banyak analis yang memperkirakan koreksi pada pasar keuangan yang terjadi akhir-akhir ini bersifat temporer, tetapi kewaspadaan harus tetap dijaga. Jika berkaca pada kasus SARS yang menyebabkan 8.096 orang terjangkit dan 774 orang meninggal pada November 2002 – Juli 2003, dampaknya ke pasar memang tak bersifat lama (long term).



SARS juga pertama kali ditemukan di China. Namun kala itu perekonomian China belum sebesar sekarang. Saat ini China merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS. Dengan adanya wabah virus ini yang menjangkiti China, setidaknya ada 20 kota yang dikarantina baik secara parsial maupun diisolasi sepenuhnya.

Langkah tersebut diambil sebagai bentuk upaya membuat virus tak menyebar luas. Upaya lain yang dilakukan China adalah memperpanjang waktu libur. Di beberapa kota di China libur diperpanjang hingga pertengahan Februari nanti. Warga diminta tetap berada di rumah.

Selain membuat situasi di China mencekam, wabah virus ini juga membuat perekonomian China di beberapa kota besar seperti Wuhan dan kota lain di provinsi Hubei menjadi lumpuh. Bayangkan saja berapa lama orang menjadi tak bekerja, berapa lama sektor transportasi tak bergerak dan restoran ditutup.

Beberapa ekonom menilai dampak ekonomi virus corona ini terhadap perekonomian China akan lebih besar dibanding saat terjadi wabah SARS 17 tahun silam. Dalam sebuah laporan, analis Nomura memperkirakan ekonomi China dapat tumbuh di bawah 6%.

China dengan perekonomian terbesar kedua di dunia merupakan pusat manufaktur global serta konsumen terbesar berbagai komoditas. Jadi dapat dibayangkan dampak ekonominya dapat meluas ke negara lain.

Sentimen ketiga yang perlu dicermati pelaku pasar untuk perdagangan hari ini adalah rilis data PMI manufaktur China bulan Januari yang dijadwalkan pada pukul 08.00 WIB. Pada Desember tahun lalu, PMI China berada di angka 50,2. Artinya aktivitas manufaktur di China mulai pulih setelah beberapa bulan mengalami kontraksi.



Namun di saat-saat seperti sekarang ini, dengan merebaknya virus corona bukanlah sebuah kabar gembira untuk sektor manufaktur. Konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics memperkirakan angka PMI manufaktur China bulan Januari kembali turun di angka 50. Berikut ini adalah rilis data ekonomi yang terjadwal hari ini :
1. Rilis data Industrial Production bulan Desember Korea Selatan (06.00 WIB)
2. Rilis data produksi manufaktur bulan Desember Korea Selatan (06.00 WIB)
3. Rilis data penjualan ritel bulan Desember Korea Selatan (06.00 WIB)
4. Rilis data Industrial Production bulan Desember Jepang (06.50 WIB)
5. Rilis data penjualan ritel bulan Desember Jepang (06.50 WIB)
6. Rilis data PMI Manufaktur China bulan Januari (08.00 WIB)
7. Rilis data PMI Non-Manufaktur China bulan Januari (08.00 WIB)

Berikut ini adalah agenda korporasi yang terjadwal hari ini :
1. RUPS PT PP Presisi Tbk
2. RUPSLB PT Multi Bintang Indonesia Tbk (10.00 WIB)
3. RUPSLB PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur (14.00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional :

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (Q III-2019 YoY)

5,02%

Inflasi (Desember 2019 YoY)

2,72%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2020)

5%

Defisit anggaran (APBN 2020)

-1,76% PDB

Transaksi berjalan (Q III-2019)

-2,66% PDB

Neraca pembayaran (Q III-2019)

-US$ 46 juta

Cadangan devisa (Desember 2019)

US$ 129,18 miliar

Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar silakan klik di sini.



TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular