
Newsletter
Status Corona Darurat Global, Akankah Makin Hantui Pasar?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
31 January 2020 06:34

Untuk perdagangan hari ini, pelaku pasar patut mencermati tiga sentimen penggerak pasar. Pertama tentang kinerja Wall Street. Pagi tadi, tiga indeks utama Wall Street berhasil finish di zona hijau.
Keberhasilan Wall Street untuk menguat pada penutupan perdagangan pagi tadi diharapkan dapat merembet ke bursa Asia yang akan dibuka pada pagi hari ini.
Sentimen kedua yang perlu dicermati masih seputar perkembangan kasus virus corona. Setelah dua kali menolak, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya menetapkan kasus penyebaran virus corona sebagai situasi darurat kesehatan global.
Kabar ini resmi diumumkan WHO beberapa jam setelah CDC mengkonfirmasi virus ini dapat menular dari satu orang ke orang lain. Kini kasus virus corona baru ini telah menyandang status baru 'public health emergency of international concern’
“Dalam beberapa minggu terakhir kita menyaksikan kemunculan virus baru yang menyebabkan wabah yang belum pernah terjadi sebelumnya” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus selaku pimpinan WHO. “Kita harus bertindak bersama agar wabah ini tak meluas” tambahnya, mengutip CNBC International.
Sejak 20 Januari, jumlah kasus terus bertambah secara signifikan. Jumlah kematian bertambah setidaknya 10 orang per hari. Hal ini telah memicu bursa saham global ikut terkena dampaknya.
Walau banyak analis yang memperkirakan koreksi pada pasar keuangan yang terjadi akhir-akhir ini bersifat temporer, tetapi kewaspadaan harus tetap dijaga. Jika berkaca pada kasus SARS yang menyebabkan 8.096 orang terjangkit dan 774 orang meninggal pada November 2002 – Juli 2003, dampaknya ke pasar memang tak bersifat lama (long term).
SARS juga pertama kali ditemukan di China. Namun kala itu perekonomian China belum sebesar sekarang. Saat ini China merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS. Dengan adanya wabah virus ini yang menjangkiti China, setidaknya ada 20 kota yang dikarantina baik secara parsial maupun diisolasi sepenuhnya.
Langkah tersebut diambil sebagai bentuk upaya membuat virus tak menyebar luas. Upaya lain yang dilakukan China adalah memperpanjang waktu libur. Di beberapa kota di China libur diperpanjang hingga pertengahan Februari nanti. Warga diminta tetap berada di rumah.
Selain membuat situasi di China mencekam, wabah virus ini juga membuat perekonomian China di beberapa kota besar seperti Wuhan dan kota lain di provinsi Hubei menjadi lumpuh. Bayangkan saja berapa lama orang menjadi tak bekerja, berapa lama sektor transportasi tak bergerak dan restoran ditutup.
Beberapa ekonom menilai dampak ekonomi virus corona ini terhadap perekonomian China akan lebih besar dibanding saat terjadi wabah SARS 17 tahun silam. Dalam sebuah laporan, analis Nomura memperkirakan ekonomi China dapat tumbuh di bawah 6%.
China dengan perekonomian terbesar kedua di dunia merupakan pusat manufaktur global serta konsumen terbesar berbagai komoditas. Jadi dapat dibayangkan dampak ekonominya dapat meluas ke negara lain.
Sentimen ketiga yang perlu dicermati pelaku pasar untuk perdagangan hari ini adalah rilis data PMI manufaktur China bulan Januari yang dijadwalkan pada pukul 08.00 WIB. Pada Desember tahun lalu, PMI China berada di angka 50,2. Artinya aktivitas manufaktur di China mulai pulih setelah beberapa bulan mengalami kontraksi.
Namun di saat-saat seperti sekarang ini, dengan merebaknya virus corona bukanlah sebuah kabar gembira untuk sektor manufaktur. Konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics memperkirakan angka PMI manufaktur China bulan Januari kembali turun di angka 50. (twg/twg)
Keberhasilan Wall Street untuk menguat pada penutupan perdagangan pagi tadi diharapkan dapat merembet ke bursa Asia yang akan dibuka pada pagi hari ini.
Sentimen kedua yang perlu dicermati masih seputar perkembangan kasus virus corona. Setelah dua kali menolak, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya menetapkan kasus penyebaran virus corona sebagai situasi darurat kesehatan global.
Kabar ini resmi diumumkan WHO beberapa jam setelah CDC mengkonfirmasi virus ini dapat menular dari satu orang ke orang lain. Kini kasus virus corona baru ini telah menyandang status baru 'public health emergency of international concern’
“Dalam beberapa minggu terakhir kita menyaksikan kemunculan virus baru yang menyebabkan wabah yang belum pernah terjadi sebelumnya” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus selaku pimpinan WHO. “Kita harus bertindak bersama agar wabah ini tak meluas” tambahnya, mengutip CNBC International.
Sejak 20 Januari, jumlah kasus terus bertambah secara signifikan. Jumlah kematian bertambah setidaknya 10 orang per hari. Hal ini telah memicu bursa saham global ikut terkena dampaknya.
Walau banyak analis yang memperkirakan koreksi pada pasar keuangan yang terjadi akhir-akhir ini bersifat temporer, tetapi kewaspadaan harus tetap dijaga. Jika berkaca pada kasus SARS yang menyebabkan 8.096 orang terjangkit dan 774 orang meninggal pada November 2002 – Juli 2003, dampaknya ke pasar memang tak bersifat lama (long term).
SARS juga pertama kali ditemukan di China. Namun kala itu perekonomian China belum sebesar sekarang. Saat ini China merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS. Dengan adanya wabah virus ini yang menjangkiti China, setidaknya ada 20 kota yang dikarantina baik secara parsial maupun diisolasi sepenuhnya.
Langkah tersebut diambil sebagai bentuk upaya membuat virus tak menyebar luas. Upaya lain yang dilakukan China adalah memperpanjang waktu libur. Di beberapa kota di China libur diperpanjang hingga pertengahan Februari nanti. Warga diminta tetap berada di rumah.
Selain membuat situasi di China mencekam, wabah virus ini juga membuat perekonomian China di beberapa kota besar seperti Wuhan dan kota lain di provinsi Hubei menjadi lumpuh. Bayangkan saja berapa lama orang menjadi tak bekerja, berapa lama sektor transportasi tak bergerak dan restoran ditutup.
Beberapa ekonom menilai dampak ekonomi virus corona ini terhadap perekonomian China akan lebih besar dibanding saat terjadi wabah SARS 17 tahun silam. Dalam sebuah laporan, analis Nomura memperkirakan ekonomi China dapat tumbuh di bawah 6%.
China dengan perekonomian terbesar kedua di dunia merupakan pusat manufaktur global serta konsumen terbesar berbagai komoditas. Jadi dapat dibayangkan dampak ekonominya dapat meluas ke negara lain.
Sentimen ketiga yang perlu dicermati pelaku pasar untuk perdagangan hari ini adalah rilis data PMI manufaktur China bulan Januari yang dijadwalkan pada pukul 08.00 WIB. Pada Desember tahun lalu, PMI China berada di angka 50,2. Artinya aktivitas manufaktur di China mulai pulih setelah beberapa bulan mengalami kontraksi.
Namun di saat-saat seperti sekarang ini, dengan merebaknya virus corona bukanlah sebuah kabar gembira untuk sektor manufaktur. Konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics memperkirakan angka PMI manufaktur China bulan Januari kembali turun di angka 50. (twg/twg)
Next Page
Simak Data dan Agenda Berikut
Pages
Most Popular