Jiwasraya, Asabri & Taspen, Siapa Berkinerja Paling Positif?

CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
30 January 2020 10:55
Jiwasraya, Asabri & Taspen, Siapa Berkinerja Paling Positif?
Foto: Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia- Tiga perusahaan asuransi jiwa dan asuransi sosial milik pemerintah mendapat sorotan publik dalam beberapa bulan terakhir sejak akhir 2019. Ketiganya yakni PT Asuransi Jiwasraya (Persero), PT Asabri (Persero), dan PT Taspen (Persero).

Jiwasraya disorot lantaran gagal bayar polis produk bancassurance JS Saving Plan yang jatuh tempo pada Oktober-Desember 2019 sebesar Rp 12,4 triliun dan membengkak menjadi Rp 16 triliun tahun ini. Jiwasraya juga tengah masuk penyidikan Kejaksaan Agung soal dugaan korupsi dan kini sudah menetapkan lima orang tersangka.

Sementara Asabri menyeruak namanya ke publik usai Jiwasraya. Asabri diketahui mengalami penurunan nilai investasi (potential loss) khususnya berkaitan dengan penempatan di saham dan reksa dana.


Adapun Taspen juga sempat ramai lantaran kasus Jiwasraya membuat mata publik juga mengarah pada perusahaan pengelola duit para PNS di Tanah Air ini. Bahkan mengacu laporan keuangan 2018, Taspen juga mengalami potential loss atas saham-saham yang kategorinya saham unggulan di pasar modal seiring dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2018.

Mari kita lihat laporan kinerja ketiga perusahaan ini.

[Gambas:Video CNBC]

Asuransi Jiwasraya tengah berada di ujung tanduk. Gagal bayar polis produk JS Saving Plan yang jatuh tempo pada Oktober-Desember 2019 sudah mencapai Rp 12,4 triliun.

Manajemen yang baru Jiwasraya mengakui tak sanggup membayar kewajiban pembayaran polis jatuh tempo itu seiring dengan kondisi keuangan perusahaan yang tengah 'sekarat'.

"Tentu tidak bisa, sumbernya dari corporate action. Mohon maaf ke nasabah, dari awal saya enggak bisa pastikan tanggal berapa [pembayaran polis] karena ini dalam proses," kata Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan komisi VI DPR RI, Senin (16/12/2019).


Mengacu Dokumen Penyelamatan Jiwasraya yang diperoleh CNBC Indonesia, terungkap kinerja terakhir perusahaan asuransi yang berdiri sejak 31 Desember 1859 dengan nama Nederlandsch Indiesche Levensverzekering en Liffrente Maatschappij van 1859 ini.

Total aset Jiwasraya per September 2019 mencapai Rp 25,68 triliun, sementara total kewajiban mencapai Rp 49,60 triliun.

Rincian Total Aset Jiwasraya per September 2019

Ikhtisar

Per September 2019 (Rp T)

Aset Reasuransi

0,68

Aset Lancar

0,53

Aset Tetap

1,96

Aset Lainnya

0,33

Aset Investasi

22,17

Total Aset

25,68



Rincian Total Liabilitas Jiwasraya per September 2019

Ikhtisar

Per September 2019 (Rp T)

LMPMD-UL

0,53

Utang Klaim

9,99

LMPMD Non UL

3,87

PYBMP

0,05

Liabilitas Lainnya

3,87

Total Liabilitas

49,60

Ket: LMPMD (Liabilitas Manfaat Polis Masa Depan, UL (Unit link), PYBMP (Premi yang Belum Merupakan Pendapatan).

Adapun terjadi ekuitas negatif sebesar Rp 20,2 triliun dan rasio kecukupan modal atau risk based capital(RBC) Jiwasraya minus hingga 664,4% per Juni 2019. Namun pada September 2019, ekuitas negatif membengkak lagi menjadi Rp 23,92 triliun.

Padahal berdasarkan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bahwa modal minimum (RBC) yang harus dipenuhi oleh perusahaan asuransi baik umum atau jiwa adalah 120%.

RBC adalah rasio solvabilitas yang menunjukkan kesehatan keuangan perusahaan asuransi. Jika RBC kian besar, semakin sehat pula kondisi finansialnya.

Dalam Dokumen Penyelamatan Jiwasraya yang diperoleh CNBC Indonesia, disebutkan bahwa untuk meningkatkan nilai RBC sampai 120%, maka jumlah dana yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 32,89 triliun.

Mnajemen Asabri membeberkan alasan perusahaan agresif melakukan investasi terutama di instrumen pasar modal guna menutupi adanya negatif underwriting(seleksi risiko) yang dialami perusahaan asuransi milik pensiunan TNI/Polri/Kementerian Pertahanan ini.

"Catatan dari sini, kami laporkan Asabri mulai negatif underwriting, tidak mencukupi sehingga di-cover [ditutupi] dengan investasi, sementara investasi juga kesulitan menutup itu semua," kata Direktur Utama Asabri Sonny Widjaja, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XI di Gedung DPR, Rabu (29/1/2020).

Mengacu dokumen yang dipublikasikan saat RDP tersebut, terungkap bagaimana kinerja terbaru dari Asabri.

Waduh! Setahun, Aset Asabri Tergerus 38%Foto: Lapkeu Asabri belum diaudit 2019

Dari data itu, nilai aset lancar Asabri dalam waktu satu tahun, dari akhir 2018 hingga akhir 2019, mengalami turun signifikan mencapai 38,08%. Penurunan ini mayoritas disebabkan karena tergerusnya jumlah aset keuangan dari nilai wajar investasi saham yang dipegang perusahaan.

Manajemen Asabri mengungkapkan jumlah total aset lancar tersebut turun drastis menjadi Rp 21,99 triliun dari tahun 2018 yang mencapai Rp 35,52 triliun.

Adapun nilai aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi saham, nilainya turun drastis dari posisi akhir 2018 yang mencapai Rp 5,9 triliun turun menjadi Rp 1,29 triliun di akhir periode Desember tahun lalu.

Jumlah kas dan bank (giro) juga turun dari jumlah Rp 116 miliar menjadi senilai Rp 81 miliar di akhir 2019.

Kinerja Jiwasraya, Asabri & Taspen, Mana yang Masih Positif?Foto: Sony Wijaya Dirut Asabri, Herman hidayat direktur SDM dan umum (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)


Nilai lain yang turun adalah jumlah akumulasi iuran pensiun yang turun menjadi Rp 18,95 triliun dari sebelumnya Rp 26,93 triliun dan aset lancar lainnya yang berkurang menjadi Rp 1,40 triliun dari Rp 2,32 triliun.

"Aset turun Rp 16 triliun tapi masih sifatnya unrealised[potensi turun] itu [kami] sudah buat langkah recovery-nya."

Dari sisi investasi Asabri sepanjang 2019, terutama di pasar modal, porsinya cukup besar terutama di instrumen surat berharga pemerintah dan reksa dana. Bahkan reksa dana mencapai Rp 3,22 triliun atau porsinya mencapai 36,3%.


Simak lengkapnya:

Portofolio Investasi AIP (Akumulasi Iuran Pensiun) Asabri 2019

Instrumen

Rp Miliar

Porsi (%)

Deposito

2.023

11,86

Obligasi SBN

8.311

48,72

Obligasi Non SBN

150

0,88

Reksa Dana

4.093

24

(Total Saham)

2.479

14,53

Saham BUMN

1.329

7,79

Saham Anak BUMN

374

2,19

Saham Non BUMN

776

4,54

Total Dana Investasi

17.057

Sumber: Asabri, DPR


"2019 investasinya turun tajam terutama saham dan reksa dana, saham [turun] karena ada 50% [reksa dana saham kami] underlyinghampir sama dengan saham yang kita punya," kata Direktur Investasi dan Keuangan Asabri Rony Hanityo Apriyanto.

[Gambas:Video CNBC]

Manajemen Taspen mengungkapkan pencapaian kinerja perusahaan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR pada Rabu ini (29/1/2020). Laba bersih perusahaan melesat 42,97% menjadi Rp 388,24 miliar pada 2019 dari tahun sebelumnya Rp 271,55 miliar.

Laba bersih tersebut diraih seiring dengan naiknya pendapatan dan hasil investasi. Pendapatan premi dan iuran naik 12,08% menjadi Rp 9,07 triliun dari tahun sebelumnya Rp 8,09 triliun. Hasil kinerja itu dipaparkan Direktur Utama Taspen Antonius NS Kosasih yang dipublikasikan oleh akun Youtube resmi milik DPR RI pada Rabu (29/1).

Adapun hasil investasi (tidak termasuk hasil investasi dari iuran pensiun) naik 19,07% menjadi Rp 9,11 triliun dari sebelumnya Rp 7,65 triliun.


Berikut kinerja keuangan Taspen:

Pos

2018 (Rp Miliar)

2019 (Rp miliar)

%

Pendapatan Premi dan Iuran

8.008

9.065

12,08

Hasil Investasi (di Luar Hasil Investasi Iuran Pensiun)

7.650

9.108

19,07

Pendapatan lain-lain

791,93

1.107

39,85

Beban Klaim

11.008

12.351

12,20

Laba Bersih

271,55

388,24

42,97

Aset

231.866

263.248

13,53

Ekuitas

9.718

11.410

17,41

Sumber: Taspen, DPR


Sementara itu, dari data itu, beban klaim (santunan) juga naik 12,20% menjadi Rp 12,35 triliun dari sebelumnya Rp 11 triliun. Yang menarik, ada pendapatan lain-lain yang melesat 39,85% menjadi Rp 1,11 triliun dari sebelumnya hanya Rp 791,93 miliar.

Total aset naik 13,53% menjadi Rp 263,25 triliun dari sebelumnya Rp 231,87 triliun. Sementara ekuitas naik menjadi Rp 11,41 triliun dari sebelumnya Rp 9,72 triliun.

"Pendapatan premi dan iuran hanya untuk THT [tabungan hari tua], jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian. Kemudian hasil investasi tumbuh menjadi Rp 7,65 triliun menjadi Rp 9,1 triliun. Nah, ini tidak termasuk dari investasi iuran pensiun. Kalau iuran pensiun itu [hasil investasi] langsung kami kembalikan ke pemerintah," tegas Antonius dalam rapat tersebut.


Dia menjelaskan bagaimana Taspen mendapatkan pendapatan lain-lain yang naik signifikan tahun lalu.

"Pendapatan lain-lain itu dari fee base income,dari anak usaha, nahitu total totalnya Rp 791 miliar menjadi Rp 1,1 triliun," katanya. Selain itu, Antonius menjelaskan bahwa beban klaim lebih tinggi dari pendapatan premi sehingga investasi perlu dilakukan untuk menutupi selisih itu.

"Kemudian kami juga membayarkan beban klaim Rp 12 triliun, tiap tahun meningkat, karena jumlah pensiun naik terus, jumlah klaimnya lebih dari pendapatan preminya sehingga perlu terus pertumbuhan hasil investasi sehingga tidak tekor."

"Hasil investasi itu dari nilai iuran THT saja yakni mencapai hampir Rp 100 triliun atau Rp 98,9 triliun," katanya.

[Gambas:Video CNBC]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular