
Taspen Buka-bukaan Arah Investasi Tabungan Para PNS di 2020
dob, CNBC Indonesia
27 January 2020 19:52

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Taspen (Persero) tahun ini akan melakukan rebalancing portofolio saham mengingat pada periode 2018-2019 terdapat saham-saham yang memiliki kinerja kurang baik dampak dari industri yang kurang bergairah. Pemilihan saham nantinya akan didasarkan pada kriteria kinerja industri, di samping kriteria lainnya yang menjadi 'pakem' perusahaan.
Direktur Utama Taspen Steve Kosasih mengatakan tahun lalu kinerja dari portofolio saham dinilai jauh meningkat dibanding dengan 2018. Namun demikian tetap perlu dilakukan penyesuaian agar keuntungan yang didapatkan lebih maksimal.
"Saham tahun ini kita bakal liat sungguh-sungguh by industry. Ada industri yang tahun ini seharusnya bisa oke, nah kita bisa tambahkan ke sana. Terus ada industri yang tahun ini rada suram kita kurangi. Kita juga akan bagi portofolio kita supaya ngga heavy di satu industri,"kata Steve Menara Taspen, Jakarta, Senin (27/1/2020).
Menurut dia, kriteria pemilihan saham oleh Taspen salah satunya adalah saham yang berada dalam indeks LQ45 dan memiliki kapitalisasi pasar (market cap) minimal Rp 2 triliun. Hingga akhir tahun lalu total investasi Taspen dalam bentuk saham mencapai 4,9% dari total dana kelolaan (asset under management/AUM) yang sebesar Rp 263 triliun, termasuk aset properti.
Dari segi reksa dana, total aset yang ditempatkan di produk ini mencapai 6,7%. Terdiri dari 1,3% reksa dana saham, 1% reksa dana pendapatan tetap, dan 1,4% reksa dana campuran. Selain itu, penempatan dana juga dilakukan di exchange traded fund (ETF) dengan porsi 0,2% dan reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) milik BUMN dengan porsi 2,7%.
Menurut Steve, seluruh reksa dana ini dikelola oleh 15 Manajer Investasi terbesar di Indonesia, lima diantaranya merupakan milik BUMN. Penempatan dana investasi terbesar Taspen dilakukan dalam bentuk surat utang, porsinya mencapai 67,5%. Paling besar dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN) sebesar 37%, Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan obligasi korporasi sebesar 16,1%.
Lainnya terdapat 1,9% MTN BUMN, 1% berupa KIK-EBA BUMN dan 0,2% dalam bentuk sukuk korporasi. Sedangkan sisa investasi lainnya terdapat di deposito yang dikelola oleh bank-bank BUMN dan anak usaha BUMN serta bank daerah.
Sama tak jauh berbeda dengan tahun lalu, Steve menyebutkan strategi investasi di 2020 tak akan jauh berbeda, yakni penempatan mayoritas masih dalam bentuk fixed income.
"Saham kita ga bakalan sampai 10%. Kalaupun mau nambah, nambahnya pasti beda dengan komposisi yang kemarin. Jadi kita akan diversifikasi supaya lebih oke dan 90% di LQ45," terangnya.
(dob/dob) Next Article Dikabarkan Bantu Jiwasraya, Yuk Intip Kinerja Taspen
Direktur Utama Taspen Steve Kosasih mengatakan tahun lalu kinerja dari portofolio saham dinilai jauh meningkat dibanding dengan 2018. Namun demikian tetap perlu dilakukan penyesuaian agar keuntungan yang didapatkan lebih maksimal.
"Saham tahun ini kita bakal liat sungguh-sungguh by industry. Ada industri yang tahun ini seharusnya bisa oke, nah kita bisa tambahkan ke sana. Terus ada industri yang tahun ini rada suram kita kurangi. Kita juga akan bagi portofolio kita supaya ngga heavy di satu industri,"kata Steve Menara Taspen, Jakarta, Senin (27/1/2020).
Menurut dia, kriteria pemilihan saham oleh Taspen salah satunya adalah saham yang berada dalam indeks LQ45 dan memiliki kapitalisasi pasar (market cap) minimal Rp 2 triliun. Hingga akhir tahun lalu total investasi Taspen dalam bentuk saham mencapai 4,9% dari total dana kelolaan (asset under management/AUM) yang sebesar Rp 263 triliun, termasuk aset properti.
Dari segi reksa dana, total aset yang ditempatkan di produk ini mencapai 6,7%. Terdiri dari 1,3% reksa dana saham, 1% reksa dana pendapatan tetap, dan 1,4% reksa dana campuran. Selain itu, penempatan dana juga dilakukan di exchange traded fund (ETF) dengan porsi 0,2% dan reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) milik BUMN dengan porsi 2,7%.
Menurut Steve, seluruh reksa dana ini dikelola oleh 15 Manajer Investasi terbesar di Indonesia, lima diantaranya merupakan milik BUMN. Penempatan dana investasi terbesar Taspen dilakukan dalam bentuk surat utang, porsinya mencapai 67,5%. Paling besar dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN) sebesar 37%, Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan obligasi korporasi sebesar 16,1%.
Lainnya terdapat 1,9% MTN BUMN, 1% berupa KIK-EBA BUMN dan 0,2% dalam bentuk sukuk korporasi. Sedangkan sisa investasi lainnya terdapat di deposito yang dikelola oleh bank-bank BUMN dan anak usaha BUMN serta bank daerah.
Sama tak jauh berbeda dengan tahun lalu, Steve menyebutkan strategi investasi di 2020 tak akan jauh berbeda, yakni penempatan mayoritas masih dalam bentuk fixed income.
"Saham kita ga bakalan sampai 10%. Kalaupun mau nambah, nambahnya pasti beda dengan komposisi yang kemarin. Jadi kita akan diversifikasi supaya lebih oke dan 90% di LQ45," terangnya.
(dob/dob) Next Article Dikabarkan Bantu Jiwasraya, Yuk Intip Kinerja Taspen
Most Popular