
Di Depan DPR, Bos Asabri Beberkan Alasan Agresif Investasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Asabri (Persero) membeberkan alasan perusahaan agresif melakukan investasi terutama di isntrumen pasar modal guna menutupi adanya negatif underwriting (seleksi risiko) yang dialami perusahaan asuransi milik pensiunan TNI/Polri/Kementerian Pertahanan ini.
"Catatan dari sini, kami laporkan Asabri mulai negatif underwriting, tidak mencukupi sehingga di-cover [ditutupi] dengan investasi, sementara investasi juga kesulitan menutup itu semua," kata Direktur Utama Asabri Sonny Widjaja, dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XI di Gedung DPR, Rabu (29/1/2020).
Letnan Jenderal TNI ini menegaskan program pensiun yang dimulai pada 1989 ini kemudian mendapatkan bantuan biaya operasional dari pemerintah sejak 2016. "Sebelumnya, [pemerintah] belum kasih untuk biaya operasional," tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Direktur Investasi dan Keuangan Asabri Rony Hanityo Apriyanto mengatakan jika dihitung dari premi yang diperoleh dalam 10 tahun terakhir, sebetulnya masih bisa sesuai sehingga tidak ada defisit, malah lebih besar preminya.
Hanya saja perseroan harus melakukan pencadangan beban manfaat polis dalam 3 tahun ke depan. "Karena THT [tabungan hari tua] kewajiban kita di masa depan, present value-kan. Rata-rata hitungan setahunnya Rp 1 triliun, itu internal tapi tahun lalu kita hitung Rp 1 triliun, tapi ada koreksi auditor gak sampe segitu jadi pencadangannya Rp 349 miliar," jelas Rony.
"Kita konservatif berangkat dengan angka yang besar, kalau 2019 diaudit baru ada koreksi," katanya lagi.
Dia menjelaskan investasi Asabri untuk THT itu memang agresif mengingat investasi harus bisa menutupi kekurangan dari beban manfaat polis di masa mendatang. Namun perseroan tetap melakukan analisis yang harus terstruktur dalam investasi tersebut.
"2019 investasinya turun tajam terutama saham dan reksa dana, saham [turun] karena ada 50% [reksa dana saham kami] underlying hampir sama dengan saham yang kita punya," katanya.
"Aset turun Rp 16 triliun tapi masih sifatnya unrealised [potensi turun] itu [kami] sudah buat langkah recovery-nya."
Dia menjelaskan Asabri memiliki dua program utama yakni THT dan program pensiun. Untuk THT, tahun ini diperkirakan klaim lebih besar yakni Rp 100 miliar, tapi masih bisa ditutupi dari hasil investasi dari kupon investasi SBN dan obligasi korporasi (obligasi BUMN karya dan infrastruktur).
"[Kami] dapet kupon [obligasi] Rp 164 miliar, lalu deposito bunganya Rp 30 miliar, jadi sudah ter-cover [THT]. Sampai 3 tahun ke depan untuk kewajiban jangka pendek THT masih aman setidaknya apalagi kalau sudah ada langkah recovery."
(tas/tas) Next Article Jreng.. Kasus 'Rampok' Jiwasraya & Asabri Bukan yang Terakhir
