Virus Corona Bikin Takut, Nilai Transaksi Saham Drop

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
28 January 2020 13:55
Nilai transaksi pada sesi I tercatat hanya Rp 2,49 triliun, tergolong sepi dibandingkan nilai transaksi 2019.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Selasa (28/1/2020), kembali sepi. Nilai transaksi pada sesi I tercatat hanya Rp 2,49 triliun, tergolong sepi dibandingkan nilai transaksi 2019.

Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga terperosok, sesi I turun 0,99%. Jika dihitung dari awal tahun, IHSG sudah terkoreksi 3,61%.

Sekedar membandingkan, pada 2019 rerata nilai transaksi di pasar saham domestik tercatat mencapai Rp 9,11 triliun. Sementara rerata nilai transaksi secara year to date 2020, hingga pekan lalu tercatat sebesar Rp 6,3 triliun.

Direktur Utama CSA Institute Aria Samata Santoso mengatakan nilai transaksi turun karena dampak dari meluasnya penyebaran virus korona.

Hingga Senin (27/1/2020), virus corona telah menewaskan 106 orang di China dan 2.900 orang terinfeksi.Bermula dari kota Wuhan, China, kini virus corona telah menyebar ke 16 negara. Namun dia menilai, pemerintah China akan segera menemukan solusi agar virus ini tidak semakin berlarut dan menjadi kecemasan global.

"Virus Corona menjadi salah satu sentimen buruk yang mungkin saja memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi China yang melambat jika kasus wabah ini tak dapat dikendalikan dalam waktu singkat," kata Aria, kepada CNBC Indonesia, Selasa (28/1/2020).

Katalis lainnya yang sedang menjadi perhatian pasar saat ini adalah merebaknya kasus manajer investasi yang berkinerja kurang baik paska terungkapnya kasus korupsi di PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Kejaksaan Agung pun sudah mengambil tindakan pemblokiran 800 rekening saham yang diduga merupakan nominee atau rekening atas nama.

"Kegamangan masyarakat akan rasa percaya terhadap produk investasi saham maupun aset lainnya juga sedang dalam tahap pengujian, sejauh mana pemerintah mampu memberikan solusi dari merebaknya kasus manajer investasi yang memilih emiten berkinerja kurang baik," kata Aria menambahkan. 

Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengemukakan, dampak penyebaran virus korona bersifat jangka pendek. Inarno melanjutkan, wabah seperti ini secara historis pernah terjadi sebelumnya melalui epidemi SARS dan virus flu burung (H5N1).

"Tiongkok sudah mengumumkan virus corona akan berdampak pada perekonomian tentunya kalau mempengaruhi perekonomian China akan mempengaruhi secara global," katanya.


(hps/hps) Next Article IHSG Ambles di Bawah 6.000, Ini Sederet Saham yang Dilego

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular