Awalnya Lesu, Kini Rupiah Terkuat Sejak Februari 2018

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 January 2020 10:30
Awalnya Lesu, Kini Rupiah Terkuat Sejak Februari 2018
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Di pasar spot, yang sempat melemah kini malah jadi sangar.

Pada Jumat (24/1/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.632. Rupiah melemah tipis 0,04% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.

Sementara di pasar spot, rupiah yang sempat melemah kini berbalik menguat. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 13.595 di mana rupiah menguat 0,22%. Rupiah berada di posisi terkuat sejak Februari 2018.

Ini membuat rupiah sudah menguat 2,05% secara year-to-date. Dalam setahun terakhir penguatannya lebih sangar lagi, yaitu 3,99%.




Seperti halnya rupiah, mata uang utama Asia yang awalnya tertekan kini berbalik menguat. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:06 WIB:




Sepertinya investor merespons positif rilis data ekonomi terbaru di Jepang. Pada Desember 2019, inflasi Negeri Matahari Terbit tercatat 0,8% year-on-year. Lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics yaitu 0,5% YoY sekaligus menjadi laju tercepat sejak April 2019.



Tidak seperti Indonesia, Jepang begitu mendambakan inflasi. Sebab di negara maju, inflasi adalah pertanda kuatnya konsumsi domestik. Berbeda dengan negara berkembang, inflasi lebih disebabkan ketidakmampuan pasokan memenuhi pertumbuhan permintaan.

Pada kuartal IV-2019, kemungkinan ekonomi Negeri Matahari Terbit akan mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif). Ketidakpastian global dan kenaikan tarif pajak penjualan membuat konsumsi domestik tertekan.



Namun seiring percepatan laju inflasi, ada harapan pertumbuhan ekonomi 2020 akan membaik karena peningkatan konsumsi. Ekspor juga diharapkan pulih karena AS-China sudah mencapai kesepakatan damai dagang Fase I.

Jepang adalah perekonomian terbesar kedua di Asia dan ketiga dunia. Kala situasi di sana memunculkan harapan, maka akan berdampak terhadap seluruh benua.


Sementara dari dalam negeri, sepertinya arus modal kembali menyerbu pasar obligasi pemerintah. Kemarin, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di angka 5%.

Keputusan itu diambil kala suara pelaku pasar tidak mufakat bulat. Dari 10 institusi yang membentuk konsensus pasar CNBC Indonesia, dua di antaranya memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate turun 25 basis poin (bps) menjadi 4,75%.


Akhirnya Gubernur Perry Warjiyo dan kolega memutuskan untuk menahan suku bunga acuan. Ini membuat berinvestasi di pasar keuangan Indonesia tetap seksi, terutama di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi.

Arus modal pun menyemut di sekitar Surat Berharga Negara (SBN). Harga SBN naik, yang dicerminkan dari penurunan imbal hasil (yield).

Pada pukul 10:20 WIB, yield SBN seri acuan tenor 10 tahun turun 5,7 bps ke 6,616%. Yield instrumen ini berada di level terendah sejak April 2018.





TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular