13 Bank BUKU 1 Terancam Turun Kelas, Seperti Apa Kinerjanya?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 January 2020 17:14
Profitabilitas Babak Belur
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Secara profitabilitas, bank BUKU I juga menghadapi tekanan yang signifikan. Sejatinya, dari klasifikasi bank BUKU I hingga IV semuanya mengalami tekanan profitabilitas. Namun, tekanan yang dihadapi oleh bank BUKU I merupakan yang terbesar. Hal ini bisa dilihat dari penurunan marjin bunga bersih atau net interest margin (NIM).

Per Oktober 2019, NIM dari bank BUKU I berada di level 4,85%, jauh lebih rendah dibandingkan posisi per Oktober 2018 yang mencapai 5,64%. Dalam periode Oktober 2018-Oktober 2019, NIM dari bank BUKU I turun hingga 79 bps.

Sementara itu, penurunan NIM dari bank BUKU II, BUKU III, dan BUKU IV masing-masing hanya sebesar 27 bps, 24 bps, dan 31 bps.



Sebagai informasi, NIM merupakan selisih dari bunga yang didapatkan perbankan dengan bunga yang dibayarkan kepada nasabah, dibagi dengan total aset yang menghasilkan bunga. Semakin besar NIM, maka tingkat profitabilitas sebuah bank akan semakin besar.

Tak berlebihan jika NIM dikatakan sebagai 'nyawa' dari operasional sebuah bank. Dengan NIM yang lebih besar, sebuah bank bisa mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi kala menyalurkan kredit dalam besaran yang sama.

Pada akhirnya, kombinasi dari lesunya penyaluran kredit dan menipisnya profitabilitas membuat pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) tertekan. Per Oktober 2019, NII dari bank BUKU I ambruk hingga 30,12% secara tahunan menjadi Rp 2,19 triliun, dari yang sebelumnya Rp 3,13 triliun.

Selain di bank BUKU I, koreksi NII juga bisa didapati pada bank BUKU III, namun besarannya hanya 7,87%. Untuk bank BUKU II dan IV, NII tercatat meningkat masing-masing sebesar 3,9% dan 8,66% secara tahunan.



Seiring dengan kontraksi NII, laba bersih dari bank BUKU I pun ikut terkontraksi. Per Oktober 2019, laba bersih (setelah taksiran pajak penghasilan) dari bank BUKU I tercatat ambruk 43,61% secara tahunan menjadi Rp 428 miliar, dari yang sebelumnya Rp 759 miliar. Untuk bank BUKU III, laba bersihnya terkoreksi 7,37% secara tahunan.

Sementara itu, laba bersih dari bank BUKU II dan IV tercatat masih bisa tumbuh secara tahunan, masing-masing sebesar 3,07% dan 11%.



Dengan melihat kinerja dari bank BUKU I yang mengecewakan, rasanya tak salah jika regulator, dalam hal ini OJK, mewajibkan mereka untuk meningkatkan permodalannya. Hal ini bisa menjadi kunci dalam meminimalisir risiko default yang dihadapi oleh bank-bank dengan ukuran mini tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/roy)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular