Dorong Kredit, Bank Mandiri Siap Rilis Obligasi Rp 5-10 T

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
16 January 2020 15:44
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berencana menerbitkan obligasi korporasi.
Foto: Direktur Utama Bank Mandiri, Royke Tumilaar (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berencana menerbitkan obligasi korporasi pada semester II-2020, guna menambah pendanaan perusahaan untuk meningkatkan kapasitas penyaluran kredit perseroan. Besaran penerbitan ini antara Rp 5-10 triliun.

"Oh pasti [pendanaan] enggak cukuplah [dari] DPK [dana pihak ketiga]. Kan kami harus coba jagain dana bank wholesale funding melalui [penerbitan] obligasi mungkin di semester kedua," kata Direktur Utama Bank Mandiri, Royke Tumilaar, usai Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan Tahun 2020 di Ritz Carlton Jakarta, Kamis (16/1/2020).

"Mungkin persisnya berapa kurang lebih Rp 5-10 triliun nanti lihat
market-nya," tegasnya.


Data laporan keuangan BMRI September 2019 mencatat, Bank Mandiri sudah merilis Obligasi Berkelanjutan I Bank Mandiri Tahap III Tahun 2018 (Obligasi Berkelanjutan I Tahap III) dengan nilai nominal sebesar Rp 3 triliun.

Pada 30 September 2016, Bank Mandiri juga lebih dahulu menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Bank Mandiri Tahap I Tahun 2016
dengan nilai nominal sebesar Rp 5 triliun dan pada 15 Juni 2017, Bank Mandiri menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Bank Mandiri Tahap II Tahun 2017 dengan nilai nominal Rp 6 triliun.

Royke menjelaskan rencana obligasi itu akan diterbitkan dalam denominasi rupiah, bukan dolar AS.


"
Rupiah dululah, dolar [itu] banyak dolar masuk dari offshore [luar negeri]," katanya.

Lebih lanjut Royke mengatakan ada penurunan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) tahun ini.

"Saya enggak tahu yang pasti cost harus dijaga makanya kita harus jagain cost structure dengan baik termasuk DPK. Kalau likuiditas kuat di market harusnya lebih oke, kalau semua berebut deposito di market ya NIM akan kena. Mudah-mudahkan kalau pertumbuhan kredit bisa tumbuh smooth NIM tak akan terganggu."

Untuk target NIM, Royke mengatakan masih di atas 5% untuk tahun lalu. "Kami coba untuk smooth kurang lebih mungkin di kisaran 5,5% yang tahun lalu ya [2019]. Makanya kita mau switching ke fee based [pendapatan non-bunga] karena pasti NIM akan tertekan ada likuiditas dan sebagainya pasti kan ada faktor itu."

Strateginya, kredit korporasi akan diperkuat sehingga target bisa dicapai.

"Corporate kita kan kuat sehingga value chain itu juga akan kita kejar. [Termasuk dengan kerjasama dengan Alipay?] Ya, kita juga akan ada kerja sama-kerja sama," katanya.


(tas/tas) Next Article Target Kredit BMRI Tumbuh di Atas 8%, Lampaui Industri Nih!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular