
BNI AM: Emiten Go Green, Paling Tinggi Yield-nya
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
09 January 2020 15:45

Jakarta, CNBC Indonesia - BNI Asset Management menyatakan emiten-emiten yang masuk dalam kategori Environtment, Social & Governance justru mencatatkan imbal hasil yang tinggi dalam jangka panjang.
Karena itu, BNI AM kembali menerbitkan instrumen reksa dana yang dapat diperdagangkan di bursa atau exchange traded fund (ETF) yang kedua dan mengacu indeks MSCI (Morgan Stanley Capital Index). Saham-saham dalam portofolio ETF ini adalah 16 emiten yang masuk dalam indeks MSCI ESG Leaders Indonesia.
Direktur Utama BNI AM, Reita Farianti mengungkapkan, dipilihnya indeks tersebut karena riset MSCI menjadi acuan standar top 46 manajer investasi dan 1300 investor di seluruh dunia. Tidak hanya itu, indeks MSCI ESG Leaders juga merepresentasikan 42% kapitalisasi pasar saham Indonesia dengan free float yang tinggi.
"Kita percaya perusahaan-perusahaan sebagai konstituen-konstituen yang kami cermati ini yang berhasil memberikan yield tinggi dalam jangka panjang konsisten pertumbuhannya bisa rutin memberikan dividen, itu ternyata adalah perusahaan yang menerapkan manajemen ESG yang baik," kata Reita Farianti di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (9/01/2020).
Reita menambahkan, instrumen ETF memang sudah diperdagangkan di Indonesia sejak 2007 dan tren pertumbuhannya cukup baik. Pada tahun 2018, dana kelolaan ETF Indonesia mencapai Rp 11,59 triliun. Kemudian meningkat 33% menjadi Rp 15,53 triliun pada akhir November 2019.
Target AUM Tumbuh 35%
Pada tahun ini, BNI AM menargetkan dana kelolaan secara keseluruhan tumbuh 35%. Tahun 2019 saja, realisasi dana kelolaan BNI AM mencapai Rp 22 triliun.
"2019 industri hanya tumbuh 10%, jadi kita 3 kali dari rata-rata," kata dia menjelaskan.
Dia menilai ada sejumlah katalis positif yang akan menjadi pendongkrak tumbuhnya industri reksa dana, antara lain fase damai dagang yang akan diteken pada 15 Januari 2020.
Sedangkan, dari dalam negeri, sentimen positif datang dari stimulus pajak PPh badan hingga omnibus law.
"Mudah-mudahan tahun ini lebih kondusif dari 2019, meskipun kita tetep harus hati-hati," tukasnya.
(dob/dob) Next Article Luncurkan Reksa Dana ETF Baru, BNI AM Bidik Dana Rp 1 T
Karena itu, BNI AM kembali menerbitkan instrumen reksa dana yang dapat diperdagangkan di bursa atau exchange traded fund (ETF) yang kedua dan mengacu indeks MSCI (Morgan Stanley Capital Index). Saham-saham dalam portofolio ETF ini adalah 16 emiten yang masuk dalam indeks MSCI ESG Leaders Indonesia.
Direktur Utama BNI AM, Reita Farianti mengungkapkan, dipilihnya indeks tersebut karena riset MSCI menjadi acuan standar top 46 manajer investasi dan 1300 investor di seluruh dunia. Tidak hanya itu, indeks MSCI ESG Leaders juga merepresentasikan 42% kapitalisasi pasar saham Indonesia dengan free float yang tinggi.
Reita menambahkan, instrumen ETF memang sudah diperdagangkan di Indonesia sejak 2007 dan tren pertumbuhannya cukup baik. Pada tahun 2018, dana kelolaan ETF Indonesia mencapai Rp 11,59 triliun. Kemudian meningkat 33% menjadi Rp 15,53 triliun pada akhir November 2019.
Target AUM Tumbuh 35%
Pada tahun ini, BNI AM menargetkan dana kelolaan secara keseluruhan tumbuh 35%. Tahun 2019 saja, realisasi dana kelolaan BNI AM mencapai Rp 22 triliun.
"2019 industri hanya tumbuh 10%, jadi kita 3 kali dari rata-rata," kata dia menjelaskan.
Dia menilai ada sejumlah katalis positif yang akan menjadi pendongkrak tumbuhnya industri reksa dana, antara lain fase damai dagang yang akan diteken pada 15 Januari 2020.
Sedangkan, dari dalam negeri, sentimen positif datang dari stimulus pajak PPh badan hingga omnibus law.
"Mudah-mudahan tahun ini lebih kondusif dari 2019, meskipun kita tetep harus hati-hati," tukasnya.
(dob/dob) Next Article Luncurkan Reksa Dana ETF Baru, BNI AM Bidik Dana Rp 1 T
Most Popular