Roundup

OJK-BEI Bakal Diperiksa soal Jiwasraya, BSM Siap IPO 2020

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
09 January 2020 08:47
IHSG ditutup melemah 0,86% ke level 6.225,69 pada perdagangan Rabu kemarin (8/01/2020).
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,86% ke level 6.225,69 pada perdagangan Rabu kemarin (8/01/2020).

Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei ambruk 1,57%, indeks Shanghai jatuh 1,22%, indeks Hang Seng melemah 0,83%, indeks Straits Times terpangkas 0,22%, dan indeks Kospi terkoreksi 1,11%.

Sentimen negatif bagi bursa Benua Kuning masih berhembus dari memanasnya tensi geopolitik antara AS dan Iran.

Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan Kamis (9/01/2020):



1.Usut Tuntas Jiwasraya, OJK Hingga BEI Bakal Diperiksa BPK
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berkomitmen untuk membantu aparat penegak hukum dalam mengusut tuntas dugaan korupsi yang dilakukan oleh PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Pihaknya berencana untuk memanggil Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI), dan Kementerian BUMN.

"Semua [pemeriksaan] itu sedang kita lakukan, Jiwasraya-nya, Bursa Efek Indonesia (BEI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian BUMN. Tapi jangan langsung ditanya hasil ya baru pendahuluan baru ditingkat korporasi," kata Ketua BPK Firman Agung Sampurna di Kantor BPK Jakarta Pusat, Rabu (8/1/2020).

Lebih lanjut, pemeriksaan awal yang sudah dihimpun BPK sampai saat ini mengindikasikan telah terjadi penyimpangan atau perbuatan melawan hukum dalam pengumpulan dana dari produk JS Saving Plan maupun penempatan investasi pada saham dan reksa dana.


2.BSM Bakal IPO 2020, Bank Mandiri Tunggu Timing yang Tepat
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sedang mempersiapkan anak usaha PT Bank Syariah Mandiri (BSM) untuk go public pada tahun 2020 ini.

Meski demikian, kepastian BSM untuk menggelar penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) pada 2020 tergantung dari kondisi pasar modal.

"2020 yang kita persiapkan masuk ke market adalah BSM, namun demikian kita akan lihat situasi market untuk timingnya," ujar Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar dalam wawancara eksklusif di CNBC Indonesia, Rabu (8/1/2019).



3.Tutup Pabrik, Saham Magna Investama Disuspensi BEI
Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham emiten yang bergerak di bisnis investasi PT Magna Investama Mandiri Tbk (MGNA).

Penghentian sementara itu berlaku mulai perdagangan Rabu (8/01/2020) sejak sesi pertama di seluruh pasar.

Dalam pengumuman yang dipublikasi BEI yang ditandatangani Kepala Divisi Penilaian Perusahaan 3 Goklas Tambunan dan Pelaksana Harian Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan Mulyana, suspensi saham itu mengacu pada penghentian seluruh operasional pabrik milik entitas anak Magna Investama per 30 Desember 2019 hingga waktu yang ditentukan lebih lanjut.

"Bursa meminta kepada para pemangku kepentingan untuk memperhatikan setiap keterbukaan informasi yang disampaikan perseroan," tulis pengumuman tersebut, Rabu (8/01/2020).


4.Ada Pigijo yang Jadi Emiten Pertama Melantai di BEI 2020
Perusahaan rintisan (startup) PT Tourindo Guide Indonesia Tbk (PGJO) atau Pigijo menjadi emiten pertama yang mencatatkan saham perdana di tahun 2020 melalui skema penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).

Saat debut perdana, saham PGJO terpantau naik 10% ke level Rp 88 per saham atau naik 8 poin.

Perseroan melepas sebanyak 150 juta lembar saham baru dengan harga penawaran umum Rp 80/saham. Perusahaan dengan sandi PGJO ini berada di sektor trade, services & investment dengan sub sektor tourism, restoran and hotel. Dengan demikian, dana hasil dari IPO ini mencapai Rp 12 miliar.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyampaikan, Tourindo Guide menjadi emiten pertama yang tercatat di papan akselerasi BEI, papan yang dikhususkan bagi perusahaan rintisan.


5.Iran Tembakan Puluhan Rudal ke Militer AS, Minyak Naik 4%
Harga minyak kembali naik. Serangan terbaru Iran, yang menandai dimulainya balas dendam negara tersebut membuat harga minyak naik.

Meski harga minyak Brent belum mengalami perubahan, West Texas Intermediate (WTI) melejit hingga 4% atau US$ 2,51 ke US$ 65,21. Kenaikan di pagi waktu Jakarta ini merupakan yang tertinggi sejak April 2019 lalu.

Serangan ini juga sukses membuat bursa berjangka AS terjerembab. Dow Jones melemah 358 poin, sedangkan Indeks S&P 500 dan nasdaq turun 1,4%.

Sebelumnya,Iran menembakkan puluhan roket di pangkalan udara gabungan AS-Irak pada Rabu (8/1/2020). Roket ditembakkan Rabu pagi, sebagaimana dilansir Bloomberg dari televisi lokal yang mengutip Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC).



6.World War III Mau Mulai, Emas Menuju US$ 1.700/Oz
Harga emas kembali melambung tinggi setelah tensi Amerika Serikat (AS) dengan Iran kembali naik. Konflik telah bergulir, harga emas diramal bullish.

Rabu kemarin (8/1/2020), harga emas di pasar spot pada 10.15 WIB berada di level US$ 1.588,1/troy ons atau naik 0,9% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin. Emas sempat ke level US$ 1,610,9/troy ons dan sempat terpangkas ke level US$ 1.600,32/troy ons.

Konflik yang terjadi antara AS dengan Iran membuat harga emas melambung. Pekan kemarin pasar diwarnai dengan gejolak serangan AS ke Bandara Internasional Baghdad yang menewaskan Jenderal Karismatik Qassem Soleimani selaku pimpinan Quds Force.

Iran mengecam keras serangan AS atas perintah Presiden Donald Trump itu. Iran tak akan tinggal diam dan membalas. Bahkan pihaknya menyerukan barang siapa yang dapat membawa kepala orang yang memerintahkan serangan tersebut akan diberi imbalan US$ 80 juta atau setara dengan Rp 1 triliun.

[Gambas:Video CNBC]


(tas/tas) Next Article Jadi 'Korban' Corona, IHSG Ambles 6,9%, Asing Masih Kabur!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular