
Panas AS-Iran, Saham ELSA & MEDC Melesat Karena Minyak Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten minyak kembali mendapat berkah dari kenaikan harga minyak mentah (crude oil) menyusul serangan Iran ke basis pertahanan Amerika Serikat (AS) di sebuah bandara Irak.
Harga minyak mentah sempat terdongkrak naik signifikan setelah serangan tersebut. Minyak mentah jenis Brent pada Rabu pagi (8/1/2020) sempat menyentuh US$ 72,05/barel. Sementara minyak mentah acuan AS yaitu WTI juga sempat menyentuh US$ 65,4/barel.
Hal ini memberi dorongan secara fundamental bagi saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Elnusa Tbk (ELSA) untuk menguat. Hingga kini kedua saham tersebut paling menyita perhatian pelaku pasar jika terdapat gonjang-ganjing harga minyak karena likuiditas dan kapitalisasi lebih besar dibanding emiten minyak lainnya.
Saham MEDC pada penutupan sesi I diperdagangkan naik 10 poin (1,11%) pada harga Rp 910/unit saham, nilai transaksinya sebanyak 63 juta unit saham senilai Rp 58,25 miliar. Adapun investor asing mencatatkan jual bersih (net sell) terbilang tipis hanya Rp 265 juta.
Sementara ELSA diperdagangkan dengan kenaikan 6 poin (1,84%) pada harga Rp 332/unit saham, nilai transaksinya sebanyak 46,19 juta saham senilai Rp 15,4 miliar. Meski naik, asing justru mencatatkan net sell senilai Rp 1,66 miliar.
Dalam sepekan terakhir saham MEDC mengalami kenaikan 5,2% seiring kenaikan harga minyak, sementara ELSA naik lebih tinggi hingga 8,5%.
Situasi di Irak semakin memanas setelah Iran pada Rabu pagi tadi meluncurkan serangan roket ke pangkalan militer gabungan AS-Irak di Ayn Al Asad. Serangan balasan tersebut buntut dari kematian pimpinan militer kharismatik Jenderal Qassem Soleimani pekan kemarin.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh Korps Pengawal Revolusi Iran atau yang lebih dikenal dengan IRGC. ""IRGC mengumumkan bahwa balasan yang dilakukan kepada Setan AS akan dipenuhi rasa sakit dan kehancuran," katanya.
Gedung Putih mengkonfirmasi telah mengkorfirmasi kejadian tersebut. "Kami mengetahui adanya laporan serangan terhadap fasilitas AS di Irak," kata Sekretaris Gedung Putih Stephanie Grisham dalam sebuah pernyataan.
"Presiden telah diberi pengarahan dan sedang memantau situasi dengan cermat dan berkonsultasi dengan tim keamanan nasional." Tambahnya.
Presiden Trump sebelumnya sudah memperingatkan Iran untuk tidak balas dendam atas tewasnya Jendral Soleimani. Jika peringatan tersebut tidak dihiraukan, Trump akan menyerang sebanyak 52 wilayah Iran sebagai balasan.
Menteri Pertahanan Mark Esper mengatakan AS tidak mencari perang dengan Iran. "Kami tidak ingin memulai perang dengan Iran, tetapi kami siap untuk menyelesaikannya,"
Kini konflik telah bergulir. Serangan Iran ke pangkalan militer AS di Al Asad dikhawatirkan membuat Irak menjadi medan pertempuran keduanya. Hal tersebut memicu kekhawatiran bahwa infrastruktur dan fasilitas perminyakan di negara tersebut menjadi terancam dan dapat mengganggu pasokan minyak mentah global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Harga Minyak Cenderung Naik, Saham MEDC & ELSA Mulai Melesat