RI Punya Gas Berlimpah, Kok Pusing Terus Soal Harga?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 January 2020 10:43
RI Punya Gas Berlimpah, Kok Pusing Terus Soal Harga?
Ilustrasi Kapal Pengangkut Gas Alam Cair (CNBC Indonesia/Edward Ricardo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga gas masih saja menjadi isu yang belum terselesaikan di Indonesia. Perdebatan soal apakah harga gas (terutama untuk industri) bisa turun atau tidak terus terjadi.

Teranyar, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan ultimatum. Dalam tiga bulan ke depan, Kepala Negara ingin harga gas turun ke US$ 6/MMBTU seperti yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 40/206 tentang Penetapan Harga Gas Bumi. Saat ini harga masih berada di kisaran US$ 9-12/MMBTU.


Padahal dari sisi pasokan, Indonesia sama sekali tidak kekurangan gas. Mengutip dokumen BP Statistical Review of World Energy 2019, cadangan gas alam Indonesia ditaksir mencapai 97,5 triliun kaki kubik. Ini adalah yang kedua terbesar di kawasan Asia-Pasifik, hanya kalah dari China.



Namun, memang cadangan tersebut sepertinya belum bisa termanfaatkan dengan baik. Produksi gas alam Indonesia pada 2018 tercatat 73,2 miliar meter kubik. Angka ini lebih kecil ketimbang Australia yang punya cadangan lebih sedikit ketimbang Indonesia.



Baca: Kekurangan Gas, Industri Gas RI Sekarat

Mungkin ini disebabkan oleh gas yang belum menjadi sumber energi favorit di Indonesia. Pada 2018, BP melaporkan konsumsi gas Tanah Air adalah 39 miliar meter kubik. Konsumsi gas di Indonesia bahkan tidak lebih besar dibandingkan Pakistan.




Indonesia belum menjadikan gas sebagai primadona karena mungkin masih 'kecanduan' akan batu bara. Dari sisi harga, batu bara memang lebih bersaing. Selain itu, Indonesia juga kaya akan si batu hitam.

BP mencatat cadangan batu bara Indonesia pada 2018 sebanyak 37.000 juta ton, menyumbang 3,5% dari total cadangan dunia. Di Asia-Pasifik, cadangan batu bara Indonesia hanya kalah dari Australia, China, dan India.



Baca: Produksi Batu Bara RI Lampaui Target 2019, kok Bisa?

Dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) 2017, batu bara masih menjadi andalan dalam bauran energi domestik. Sampai 2025, porsi batu bara dalam penyediaan energi primer masih lebih dari 30%. Baru pada 2050 porsi batu bara turun menjadi kurang dari 25%.

Sementara porsi gas dalam bauran energi nasional ada 2025 masih lebih dari 22%. Kemudian pada 2050 sedikit meningkat menjadi lebih dari 24%.

Rencana Umum Energi Nasional 2017
 
Jadi, sepertinya selama gas masih menjadi sumber energi 'marjinal', maka pengelolaannya belum akan optimal. Tidak seperti batu bara yang segala tetek-bengeknya menjadi perhatian pemerintah.

Sayang sekali, karena Indonesia sebenarnya sangat bisa memanfaatkan gas sebagai sumber energi utama. Modal cadangan besar, bahkan terbesar kedua di Asia-Pasifik, semestinya bisa membuat Indonesia lebih peduli kepada gas.

Ketika kepedulian itu muncul, maka tata kelola gas tentu akan lebih baik. Saat tata kelola membaik, tidak ada lagi cerita polemik harga gas yang sampai dibahas di Istana.

Baca: Pak Jokowi, Solusi CAD Paling Dekat & Cepat Buat RI Itu Gas!


T
IM RISET CNBC INDONESIA



(aji/gus) Next Article Kadin: Impor Bukan Solusi yang Tepat Atasi Mahalnya Harga Gas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular